PART 38: Pamit

13 1 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

"Bacalah olehmu sekalian Al-Qur'an karena sesungguhnya Al-Qur'an itu akan menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di hari kiamat." (HR Muslim)

📝Jadi, pastikan sebelum membaca cerita ini, kalian sudah membaca Al Qur'an!!!

📝Jadi, pastikan sebelum membaca cerita ini, kalian sudah membaca Al Qur'an!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pamit bukan berarti aku pergi. Raga ku pergi belum tentu jiwa ku juga turut pergi. Masa berlalu bukan berarti dahulu kala terlupakan. Percayalah! Yang telah terjadi, waktu yang menjadi saksi bisu, bahkan alam yang menjadi saksi pertemuan, akan selalu tersimpan, tersemat, di dalam kalbu."

📜


"Eunghhh" lenguh seorang gadis yang tengah tertidur menandakan sebentar lagi Ia akan bangun dari tidurnya.

Dibukanya matanya secara perlahan lalu mengedarkan kedua mata hitam legam itu ke setiap sisi kamar.

Terlihat kini Ali yang sedang berada di sofa seraya melihat handphone nya. "Zoya, kau sudah bangun?" Tanya Ali basa-basi kala tersadar bahwa Zoya sudah bangun.

"Hm"

"Sholat lah!" Refleks Zoya melihat ke arah jam. Pukul 14.00 WIB. "Saya ingin mengajak mu tadi, tapi kamu terlihat tertidur sangat pulas."

Tak menghiraukan ucapan Ali, gadis itu beranjak dari kasur, ingin ke dapur untuk mengambil air wudhu.

Teringat akan sesuatu, gadis itu mengarahkan dirinya pada cermin. Memutar-mutar tubuhnya, memperhatikan tampilannya.

"Oke, aman."

Saat sudah ingin sampai di dapur, gadis itu kejutkan oleh keadaan rumah nya yang terbilang cukup ramai baginya. Gadis itu berbalik, kembali memasuki kamarnya.

"Ada apa, Zoya?" Tanya Ali sedikit kaget kala melihat Zoya kembali memasuki kamar.

"Rumah gue ramai banget."

"Gapapa, semuanya udah menjadi mahram kamu saat kita udah sah. Hanya ada kakek dan papa kan?"

"Iya, kakek dan papa, Lo."

"Kakek dan papa kamu juga."

"Terserah," putus gadis itu, capek berdebat dengan Ali.

"Zoya, kenapa kamu masuk kembali ke kamar tadi?" Tanya Aryo sembari terkekeh kecil.

"Eh? Ga ada om. Eh apa?apa sebutannya?"

"Papa. Panggil Saya Papa. Sama seperti Ali."

"Ah iya itu."

"Itu apa?"

"Papa," ucap Zoya terlihat lucu dimata Aryo dan Aiman. Keluarga baru mereka ini memang sangat berbeda.

ZOYA (Sujud Terakhir) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang