Chapter 23: Keluarga (2)

519 122 7
                                    

Matahari sudah menampakkan wujudnya, cuaca pagi ini sangat cerah, bahkan lebih cerah dari biasanya. Sama seperti suasana hati Arina. Entah kenapa ada perasaan yang sungguh membuat hatinya bahagia. Apakah karena waktu yang dia habiskan semalam? Entahlah, yang pasti semuanya tampak menyenangkan.

Seperti biasa, setiap pagi wanita itu sudah siap dengan afron yang memeluk perutnya. Arina menyiapkan bahan-bahan membuat pancake yang akan menjadi sarapan keluarga kecilnya pagi ini. Arina cukup handal dalam hal memasak, maka tak butuh banyak waktu untuknya berhasil membuat tiga buah pancake serta semangkuk sedang salad buah. Dia menyusun semua itu diatas meja, tak lupa segelas susu serta kopi hangat turut tersedia.

Arina tersenyum bangga pada hasil kerjanya, sekarang adalah saatnya untuk membangunkan Sean dan Kiran.

Arina terlebih dahulu pergi menuju kamar tamu, tempat dimana Sean seharusnya tidur, namun dia bingung kala tak mendapati wanita itu disana.

"Sean? Seana? Kamu di kamar mandi?" Panggilnya berkali-kali, namun tak ada respon sama sekali.

Akhirnya, Arina memutuskan untuk pergi ke kamar Kiran. Mungkin saja Seana ada disana. Dan benar saja, dua manusia berbeda usia itu tidur dengan saling memeluk diatas kasur yang tak terlalu besar milik Kiran, terbukti dengan tubuh Seana yang berada tepat dipinggiran ranjang, mungkin dia akan terjatuh jika bergerak sedikit.

Arina harus membeli kasur baru, agar sewaktu-waktu Sean bisa tertidur dengan nyaman bersama putrinya.

"Sayang, Kiran bangun nak, ayo siap-siap ke sekolah." Arina membangunkan Kiran lebih dulu.

Gadis muda itu mengerang, menolak untuk bangun. Arina menghela nafasnya, kenapa tiba-tiba Kiran menjadi sangat sulit dibangunkan.

"Seana, bangun nanti kamu telat ke kantor."

Tidak ada tanda-tanda bahwa kekasihnya itu akan membuka matanya, dia malah mengeratkan pelukannya pada Kiran.

"Astaga, Kiran, Seana ayo bangun. Nanti kalian kesiangan loh!" Kali ini nada suara Arina lebih tinggi.

"Sean!" Dia mencoba mengguncang tubuh Seana. Lalu melakukan hal yang sama pada Kiran, "Kiran nanti kamu kena hukum kalau telat."

"Biarin aja, ma. Kiran masih ngantuk." Gumam gadis itu pelan.

"Seana!"

"Bentar lagi, mending kamu ikut tidur sini." Kata Seana, dan entah bagaimana tiba-tiba tangan Arina tertarik hingga jatuh kedalam pelukan Sean, nyaris menindih tubuh Kiran.

Arina terjatuh tepat diatas tubuh Sean, sementara disisi lain wanita itu memeluk Kiran. Arina menelan salivanya dengan susah payah. Apakah Sean gila? Apa dia lupa kalau mereka bersama Kiran? Sungguh entah apa yang akan terjadi jika Kiran sepenuhnya bangun dan melihat mereka dalam posisi sepeti ini.

Tidak.

Itu tidak bisa terjadi.

Arina sekuat tenaga berusaha lepas dari pelukan Sean, namun wanita itu malah semakin menariknya.

"Sebentar, aku masih pengen peluk kamu." Bisiknya pelan, tepat ditelinga Arina. Membuat tubuh wanita itu seketika terdiam.

"Kamu wangi banget. Aku suka parfum kamu." Gumam Sean, sembari menyesap aroma parfum pada leher Arina.

"Seana, jangan gini." Wanita itu menahan.

Arina menatap Seana dalam, penuh peringatan. Namun sepertinya wanita itu tak menghiraukannya dan memilih melakukan lebih. Tanpa ijin Seana mencium bibir Arina, membuat kekasihnya itu terkejut dan hendak bangun. Namun lagi-lagi, dia menahannya. Seana mulai menggerakan bibirnya, mencoba memperdalam ciuman, meski dia hanya bekerja sendiri karena Arina hanya diam dalam keterkejutannya.

Gradasi (seulrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang