Perhatian Kecil Rayya

254 19 0
                                    

"Jadi gimana ra?" Tanya mayor teddy memastikan.

"Ikut maunya pak teddy saja" sahut rayya. Wajah rayya cemberut. Melihat sosok rayya yg kentara sekali sedang menahan kesal, menjadi hiburan tersendiri bagi mayor teddy.
Rayya memang tidak pandai menyembunyikan ekpresi wajah.

"Oke, kamu selesaikan draft pertanyaan ini sekarang". Mayor teddy menyodorkan kertas yg sudah ia corat coret. "Saya ke bapak sebentar, kamu kerjakan disini saja. Mbak nana otw kesini".

Rayya menatap mayor teddy sebentar lalu mengecek pesan whatshapnya. "Mbak na WA pak mayor ya?"

"Iya". Jawabnya singkat.

"Mushola disini dimana pak?" Tanya raya.

"Bawa mukena tidak?"

"Bawa pak".

"Kamu sholat ashar disini saja. Teman kamu nanti biar sama saya ke mushola. Arah kiblat kesana". Mayor teddy sambil menunjuk arah kiblat.

Rayya baru sadar. Lengan kanan bagian luar mayor teddy memang masih tampak bekas lebam.
Setelah mayor teddy bersama andra keluar dari ruangan. Tinggalah rayya seorang diri di ruangan ini.

"Gimana caranya kasih salep ini ke mayor teddy ya? Langsung kasih aja deh ya... Ah, nanti dikira modus. Atau tinggalin aja kali ya. Biar ditemuin dia. " Pikiran rayya berkecamuk. Sedang mencari cara agar salep ini sampai ditangan mayor teddy.

Tepat setelah rayya menyelesaikan sholat asharnya, mayor teddy bersama mbak nana masuk ke ruangan.

"Mbak na kok engga WA rayya? Cuma WA pak teddy aja". Pertanyaan yg seperti sebuah tuntutan rayya lontarkan pada mbak nana.

"Jangan ngambek ra, nanti kelamaan jomblo kamu"

"Ish engga ada hubungannya ya mbak"

Mayor teddy yg melihat interaksi antara 2 wanita yg terpaut usia cukup jauh ini tersenyum tertahan. Melihat bagaimana rayya dan mbak nana berkomunikasi saja, ia sudah tahu bahwa mereka adalah sahabat sekaligus musuh bebuyutan.

"Oke, tempat sudah saya pesan. Kita langsung ke pasundan sunda ya". Mayor teddy menyebut nama rumah makan sunda yg cukup terkenal.

"Kemana mbak?". Rayya bertanya berbisik.

"Pak mayor mau ngajakin kita makan malam ra, sekalian bahas finishing alur program kita". Jelas mbak nana.

"Mas andra nya mana mbak?". Sejak pergi sholat tadi, rayya tidak lagi melihat andra.

"Andra balik ke kantor. Kordinasi dengan tim lapangan nanti".

"Kita bertiga aja nih?". Tanya rayya memastikan.

"Ayo ah, keburu macet jakarta ra". Mbak nana menggamit lengan rayya untuk mulai berjalan. Sementara mayor teddy mengekor dibelakang mereka.

"Tunggu disini saja, saya ambil mobil sebentar". Mayor teddy bergegas mengambil mobilnya.

"Mbak na kita naik mobil pak teddy?"

"Iya dong"

"Kirain mbak bawa mobil sendiri tadi"

"Mas aldi mampir ke kantor, sekalian mbak minta anterin ke kemhan".

Tidak berapa lama, mayor teddy sudah menunggu di depan kantor kemhan.

"Mbak na didepan aja, rayya dibelakang". Tanpa menunggu persetujuan, rayya masuk ke mobil. Tepat duduk di tengah. Sementara mbak nana duduk didepan, bersampingan dengan mayor teddy yg hari ini  seperti menjadi sopir bagi mereka berdua.

#####

Sesampainya di rumah makan pasundan sunda, mereka menuju ruangan yg sudah dipesan oleh mayor teddy. Seperti awal pertemuan mereka, rayya masih juga memberi jarak. Ia akan berbicara hanya jika ditanya. Melihat sikap rayya yg bertolak belakang dengan rayya yg dikenalnya lewat buku harian, membuat mayor teddy gemas sendiri.

Dear Mas Mayor, Ini Surat UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang