03.

49 9 0
                                    

"Ayahanda.. Aying mau
ayahanda..lepasin.."

"Tuan putri..yang mulia
raja sedang memimpin
rapat dengan dewan
mentri, yang mulia tuan
putri tidak boleh masuk
kesana, itu melanggar
aturan di istana ini.."

Namun bocah itu tidak
peduli dia belum paham
protokoler istana yang
dia mau ayahnya saat ini
sambil terus menangis
meronta ingin masuk ke
dalam ruangan aula yang
besar tempat rapat
kerajaan berlangsung
membahas banyak hal.

Sejak bangun tidur siang
sang tuan putri uring
uringan karena sang ratu
sedang pergi bersama
istri para mentri untuk
menghadiri pembukaan
pameran kerajinan di alun
alun istana yang harus di
buka olehnya seperti biasa
jika event itu berlangsung.

Meskipun dia anak yang
mandiri namun sesekali
jiwa balitanya keluar
tetap kedua orang tuanya
yang di cari jika sedang
rewel wajar untuk anak
berumur lima tahun
tidàk mendengarkan
ucapan dayang dayang
yang menjaganya.

Dia menginginkan
ayah ibu saat ini.
sifat manjanya tetap
ada di kala tertentu

"Mau ayahanda..aying
mau ayahanda..!!"

Namanya bocah lima
tahun jika berkeinginan
harus di dapatinya tidak
peduli apakah ayahnya
sibuk atau tidak selama
ini selalu bisa ditemui
dengan mudah kenapa
hari ini dia di halangi
untuk bertemu ayahnya
menangis kejer yang bisa
di lakukannya mengingat
ibunda ratu juga pergi
seperti perkataan dayang
dayang tadi saat dia ingin
bertemu sang ibu.

Dia belum begitu paham
jika orang dewasa punya
kesibukan sendiri di
samping menemaninya
bermain setiap hari di
istana megah itu yang
kesepian tidak ada teman
sebaya.

"Iya..kita tunggu disini,
Sebentar lagi selesai."

"Tidak mau..aying mau
sekarang..!!"

Tepat disaat gadis kecil
itu meronta ingin masuk
pintu terbuka dan ada
pengumuman jika yang
mulia raja hendak keluar
meninggalkan aula itu di
ikuti parà pengawalnya.

Matanya langsung berbinar
melihat pintu kokoh itu di
buka dan langsung lari
menghambur kedalam
pelukan sang ayah..

"Ayahandaaaa.."

"Tuan putri..jangan
berlari... maafkan kami
yang mulia raja.. dari tadi
yang mulia tuan putri
terus rewel.."

Para dayang menunduk
penuh hormat mereka
ketakutan tidak bisa
mendiamkan kerewelan
tuan putri kecil itu.

"Tidak apa apa, biarkan
saja, kembalilah biar dia
bersamaku.."

Sang raja membungkuk
ketika melihat putrinya
berada didepannya dan
menangkap tubuh mungil
itu menciumi perutnya
sambil berjalan kembali
ke ruangannya.

"Putri kesayangan ayah
sudah bangun..? Kenapa
menangis, ada apa kesini?
Apa sangat merindukan
ayahanda mñn, biasanya
lebih suka bermain dengan
kelinci di belakang.."

Mengusap lembut pipi
penuh lemak itu bekas
tangisan mengecup
kepalanya.

",ibunda ratu pergi
ayahanda meninggalkan
aying..tidak mengajak
aying melihat pameran.."

Wajah imut itu lalu
cemberut memeluk erat
leher sang ayah sisa sisa
airmata masih tergenang
di sudut matanya namun
senyumnya sudah kembali
terkembang.

"Tadi putri ayah masih
tidur siang.. kita bisa
pergi besok kalau aying
mau.."

"Mau ayahanda. Aying
mau makan tenghulu
yang banyak, disana
banyak yang jual kata
penjaga..!!"

Love And Tears..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang