06

103 7 6
                                    

Semenjak pertemuan
kedua itu mereka jadi
dekat setiap hari tuan
putri selalu kabur dari
istana dan berakhir di
lahan peternakan itu.

Begitu juga Lan Huan
lebih dekat dengan suen yi
yang sedikit galak dan
cerewet namun baik hati
tang dia tahu bibi dan
paman Hua ying.

mereka belum tahu siapa
sebenarnya kedua wanita
cantik itu yang selalu
berpenampilan sangat
sederhana bahkan bisa di
bilang kumel dan dekil.

Namun tidak dapat di
pungkiri wajah itu jauh
lebih cantik ketimbang
anak gadis para saudagar
kaya yang selalu datang
kesana untuk melihat
dua lan bersaudara itu.

Bahkan dengan angkuh
pernah berkata kasar
pada Hua Ying membuat
pengawal ingin sekali
merobek mulut kasar itu
namun lewat bahasa
isyarat tuan putri berhasil
menahannya.

Ketika lan zhan pertama
mengenalkan Hua Ying
pada kakak dan paman
sang paman langsung
tidak menyukai Hua ying
berbanding terbalik
dengan Lan Huan dia
menyukai gadis periang itu

Melihat pakaian dan
penampilan Hua ying
membuat Qiren paman
lan itu sudah tidak suka
karena dia ingin sang
keponakan bisa bersanding
dengan anak saudagar kaya
untuk merubah nasibnya.

Seandainya dia tahu yang
dia tolak dan sangat tidak
di sukainya itu adalah
pemilik negeri ini entah
apa yang terjadi dia pasti
akan menjilat ingin di
jadikan perdana mentri
mengingat selama ini dia
sangat menyukai orang
orang kaya yang punya
pengaruh pada kerajaan.

Namun Hua Ying ingin
melihat sejauh mana
orang tua itu menolaknya
dia kasihan karena kedua
kakak beradik itu sangat
baik padanya meski dia
mengaku orang miskin
yang tidak punya apa apa.

Walaupun selalu di tatap
dengan tajam namun
Lan zhan selalu memasang
badan melindunginya
membalas dengan tatapan
yang lebih tajam lalu
menariknya menjauhi
orang tua berkumis tebal
itu bermain di ladang.

Qhiren marah tentu saja
namun Keduanya tidak
peduli setiap hari dengan
senang hati mengajak
mereka ikut mengembala
sapi dan kambing di lahan
kecil itu sambil makan
siang di bawah pohon
yang rindang membuat
orang tua itu hanya bisa
mengurut dada.

Jl





Hua Ying berjalan santai
namun dia di jegat oleh
dua orang gadis lumayan
cantik yang sudah di
kenalnya.

"Upik abu kamu disini..??"

Hua Ying tidak ingin
menjawab namun salah
satu gadis yang berumur
dua belas tahun berdiri
di depannya menghalangi
jalannya.

"Eeh kalau ada yang
bicara denganmu jawab
apa kamu bisu..??"

"Tidak ada yang perlu
di jawab permisi jiejie.."

Hau Ying masih berkata
sopan namun sosok itu
pada dasar songong tidak
suka di abaikan dia
mendorong tubuh kecil
Hua Ying hingga hampir
tersungkur namun ada
tangan yang menahan
menepis kasar tangan
itu hingga terjerembab
untung di tahan oleh
gadis satu lagi.

"Sekali lagi kamu berani
menyentuhnya, tanganmu
ini aku potong sekalian.."

Berkata tegas dengan
aura dingin yang pekat
mengeluarkan pedang
dari balik bajunya
membuat kedua remaja
itu langsung kabur
ketakutan

"Tuan putri baik baik
saja.. maafkan paman.."

"Paman aying tidak
apa apa.."

"Tuan putri ayo kembali
kenapa berlari sangat
cepat tadi.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love And Tears..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang