"..."
["Apa kau mendengarnya Wang Yibo? Jangan berulah lagi."]
"Iya.."
["Apa kau jadi masuk club dance di sekolahmu?"]
"Belum."
["Kenapa? Aiyoo, kita bahas lain kali, sudah terlalu malam. Ingat apa yang Ayah katakan tadi, dua bulan lagi Ayah akan menemuimu di sana bersama dengan Bibi Fei. Belajarlah dengan benar."]
"Baik, Ayah."
Tutt..
Wang Yibo menghela napas panjang. Ayahnya yang kini masih di Korea Selatan, menelponnya sejak satu jam tadi dan terus berceloteh panjang karena laporan dari Chen Laoshi. Sebenarnya Ayahnya tidak memarahinya. Mungkin ia hanya berusaha memperhatikan anak semata wayangnya yang sudah jarang mengabarinya itu. Hanya saja Wang Yibo merasa energinya terkuras habis setelah berbincang dengan Ayahnya. Padahal, semenjak sang Ibu yang saat itu sakit keras akhirnya meninggalkannya saat ia masih duduk di kelas 2 SD, Wang Yibo menjadi sangat bergantung dengan sang Ayah. Namun sekarang, hanya berbicara dengannya saja membuat Wang Yibo merasa lelah.
Entah sejak kapan, Wang Yibo merasa tak lagi dekat dengan sang Ayah. Entah sejak sang Ayah menikah lagi, atau mungkin lebih awal dari itu? Mungkin sejak ia memutuskan untuk tinggal di asrama saat masuk di salah satu SMP ternama Seoul, dibandingkan harus tinggal dengan sang Ayah yang nyaris tidak pernah ada di rumah.
Wang Yibo tau ia tidak bisa menyalahkan Ayahnya yang bekerja keras untuk masa depan dirinya, ia bisa hidup tanpa mengkhawatirkan soal uang tentu saja karena jerih payah Ayahnya dan bagaimanapun juga Ayahnya sudah cukup lama sendiri. Bukankah bagus jika akhirnya Ayahnya menemukan sosok pendamping hidup yang tepat? Sosok pendamping yang bisa mengurusnya di hari tua.
Hanya saja, ia merasa sedikit kecewa karena setelah Ayahnya mengabaikannya akibat pekerjaannya yang begitu sibuk, ketika pada akhirnya bertemu, sang Ayah justru memberinya kabar bahwa ia akan menikahi Feifei, sekretarisnya selama ini. Biar bagaimanapun, Wang Yibo yang saat itu masih berusia 15 tahun tentu saja tidak bisa menerima informasi sebesar itu dengan santai. Ia tidak melarang sang Ayah menikah lagi, tapi ia juga menolak untuk menghadiri pernikahan Ayahnya. Singkatnya, ia berusaha untuk tidak peduli.Bibi Fei juga sebenarnya lumayan dekat dengannya sedari dulu. Justru ia lebih sering bertemu dengan wanita itu dibanding Ayahnya yang super sibuk. Sering kali, Bibi Fei yang datang ke sekolah untuk menjadi walinya. Tapi ia masih merasa aneh jika harus melihat wanita hangat itu sebagai Ibu tirinya.
Sebelumnya, Ayahnya tidak memiliki waktu untuk mengurusnya karena pekerjaan. Semenjak Ayahnya mengembangkan bisnis yang mengharuskan mereka tinggal di Seoul, pertemuan Ayah dan anak itu bisa dihitung jari dalam setahun.
Wang Yibo yang kala itu masih kelas 4 SD tiba-tiba terpaksa harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan bahasa baru. Ia berusaha keras mempelajari bahasa Korea. Namun sekeras apapun ia berusaha, rasanya begitu sulit untuk membaca jejeran huruf hangul itu. Butuh waktu dua tahun baginya untuk bisa membaca hangul dengan lancar. Tapi apa Ayahnya pernah menyadari kesulitan yang ia lalui? Tidak. Ia begitu sibuk bekerja hingga lupa kalau ada dirinya yang membutuhkan perhatian. Wang Yibo kecil kerap kali merasa ia tak ada bedanya dengan anak yatim-piatu.
Kemudian, setelah perusahaan yang dibangun Ayahnya itu stabil dan Ayahnya tidak lagi begitu sibuk, sang Ayah langsung menikah dan berbulan madu. Kalau boleh jujur, Wang Yibo merasa ditinggalkan dan tak lagi memiliki rumah. Sang Ayah yang sudah memiliki pendamping tentu saja lebih banyak menghabiskan waktu dan mencurahkan perhatiannya pada sang istri. Pada akhirnya Wang Yibo lagi-lagi terlupakan. Karena Wang Yibo merasa aneh jika harus berada diantara mereka, ia memutuskan pulang ke negara asalnya. Keindahan Seoul tak membuat Wang Yibo nyaman. Remaja yang perlahan bertumbuh menjadi pemuda itu merindukan Beijing. Merindukan kenangan indah masa kecilnya bersama sang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Xiao, Look at Me! ✔️
FanfictionMenurut Wang Yibo, Senior Xiao yang merupakan murid terpopuler dan terkenal dengan temperamennya yang baik itu sangatlah galak. Setelah melihat lebih jauh, bukan hanya galak, Xiao Zhan juga sangat centil seperti kucing betina yang menggoda dan minta...