10

309 37 11
                                    

All Naruto's characters are belong to Masashi Kishimoto.

Warning: OOC, typo(s), crack couple(s), plot hole(s)!

.

.

.

Satu hari. Hinata menunggu, tapi juga tidak menghubungi. Mungkin dia masih sibuk. Itu pikirannya selama beberapa hari ini. Mulai kembali mendesak pihak perusahaan tempatnya mengambil tugas akhir, Hinata berusaha mengalihkan pikiran. Meskipun Hinata tak bohong, ia coba mencari media sosial Gaara. Sialnya, Hinata tidak bisa menemukannya. Entah Gaara yang pandai menyembunyikan atau memang Gaara bukan tipikal orang yang aktif di media sosial seperti Sai. Oh, tentu Hinata mencari tahu tentang pria yang setiap hari mengiriminya kabar itu. Dan ya, Hinata rasa ia belum bisa mengimbangi energinya.

Mungkin dia akan menghubungiku rabu depan. Begitu harapannya selama seminggu. Sampai hari rabu berganti, dan masih tak ada pesan dari Gaara. Hinata bahkan tak sadar waktu berlalu. Ia terus murung hingga hampir dua minggu berlalu.

"Hei, Hinata."

Panggilan Ino membuat Hinata menoleh. Lalu, Hinata menjawab dengan dehaman sembari kembali menata stok pakaian. "Kau baik-baik saja?" Hinata menghentikan kegiatannya dan berbalik pada Ino. "Aku? Baik. Kenapa?" katanya sebelum kembali melanjutkan kegiatan.

"Kau terlihat... sedih?" Ino bicara ragu. Mencari kata-kata yang sekiranya tidak akan menyinggung. "Apa aku belum bilang? Aku tidak bisa lulus semester depan."

"Kau sudah bilang. Tapi rasanya, kau jauh lebih sedih. Apa ada masalah lain yang belum aku tahu, Hinata?" Hinata lagi-lagi berhenti dan berbalik pada Ino. Dilihatnya wajah perempuan pirang itu yang menunggu jawaban penuh kekhawatiran. Sedang Hinata menggigit bibir bawahnya. Ia bingung musti cerita dari mana. "Aku..."

"Hinata? Bisa bicara sebentar?" Deidara muncul dari ruang staf. Setelah Ino melepasnya dengan anggukan, Hinata mengikuti Deidara masuk ruangan tempatnya keluar. "Duduklah, Hinata. Ada yang ingin aku bicarakan."

Hinata duduk gusar di kursi ruangan. Di seberangnya juga Deidara terlihat berpikir banyak. Hinata jadi ikut berpikir. Apa yang akan dibicarakan atasan sekaligus kakak dari sahabatnya itu? Bukankah Ino tidak ada bilang apa-apa?

"Begini, Hinata. Aku tahu kau adalah sahabat Ino. Aku juga senang kau ikut membantu selama setahun ini. Tapi, sepertinya aku tidak bisa bekerja denganmu lagi."

Keduanya terdiam. Hinata masih memandang Deidara dengan sedikit kebingungan. Apa aku baru saja dipecat?

"Kak Dei, apa aku melakukan kesalahan?"

"Ya. Tentu. Kau..." Deidara membuang napas, berusaha mengatur cara bicaranya. "Kau tahu, Hinata? Akhir-akhir ini kau sering tidak masuk. Oke, Ino bilang alasannya karena kau sibuk dengan tugas akhirmu. Jadi menurutku, bagaimana jika kau fokus menyelesaikan tugas akhirmu dulu saja?"

"Jangan salah paham, Hinata. Aku bukan marah atau membencimu. Tapi sebagai pemilik usaha, aku rasa tidak akan adil untuk karyawan lain. Kau tahu usaha ini bukan hanya milik Ino, 'kan?" Hinata mengangguk. "Aku minta maaf jika ada kata-kataku yang menyinggung. Terima kasih sudah banyak membantu kami, Hinata. Aku tahu kau akan punya karir yang lebih baik ke depannya. Bisa kau tetap datang untuk seminggu terakhir minggu depan? Sebelum pergantian karyawan dan gajian."

Hinata hanya bisa menuruti perkataan atasannya. Ia tidak bisa berkilah tentang sikapnya akhir-akhir ini. Bahkan ketika Ino berusaha menghibur dan meminta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa, Hinata memberi tawa canggung. Mengatakan semuanya baik-baik saja, harusnya.

Bumble Trouble [SasuHina X GaaHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang