Kak Alpin

8 0 0
                                    

Hai kak pipinrewel
(^_^)/

Maaf sebelumnya karena telah mengganggu waktu kakak yg berharga itu. Aku disini hanya ingin menyampaikan satu patah kata yang mungkin akan menjadi berpatah-patah kata.

Sekali lagi aku ingin mengucapkan maaf karna sekarang aku ingin kakak pergi ke part/bab/chapter sebelumnya yang berjudul "The invitation letter".

Disana aku akan menjelaskan hal yang mungkin akan menjadi kebingungan Kakak saat ini. Jadi mohon untuk benar-benar pergi ke part 1 sebelum kembali melanjutkan part ini.

(◍•ᴗ•◍) ingat pergi ke part pertama, jan lanjut baca dulu! Kaka udh gede, ga boleh nakal!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bruk!

Aku segera berlutut ketika mendapati kak Alpin telah kembali ke part ini. Layaknya seorang kesatria yang menghadap kepada seorang raja, aku pun berlutut dengan salah satu kakiku.

"Kak Alpin yth. saya adalah salah satu dari belasan ribu pengikutmu di Wattpad. Saya tahu anda pasti tidak akan mengenal saya karna sebenarnya saya juga tidak mengenal Anda," ucapku.

Sedetik kemudian, barulah aku menyadari bahwa aku telah salah mengucapkan kalimat. Padahal sebelumnya aku sudah menyiapkan kalimat seperti apa yang akan utarakan kepada Kak Alpin, tapi begitu berbicara secara langsung, aku jdi merasa gugup dan berakhir salah mengucapkan kalimat.

'Duh, ngomong apa sih gue?! yang bener aja! Masa gue ngomong kek gitu??' kesalku dalam batin.

Enggak memikirkannya lagi, aku pun segera kembali berbicara, "Saya tidak ingin membuang-buang waktu berharga Kakak lagi, jadi saya akan langsung to the point. Seperti yang sudah saya katakan(ketikkan) di part pertama, saya ingin Kak Alpin masuk ke grup WA tersebut," pintaku dengan penuh harap.

Dalam hati, aku merasa cemas. Aku khawatir penulis hebat di hadapanku ini akan menolak permintaanku yang tidak penting ini.

'Tapi harusnya kak Alpin nerima sih. Secara 'kan kak Alpin kagak punya temen, jdi seharusnya kak alpin masuk grup biar bisa punya temen,' batinku kurang ajar.

Sadar tidak sadar, kini Kak Alpin tengah memelototi ku yang sedari tadi masih berlutut dengan kepala tertunduk.

Kak Alpin mengangkat tanganya dan bersiap untuk...

Opsi 1

... memukul pengikut kurang ajarnya.

Plak!

"Lo," Kak Alpin menunjukku dengan jari telunjuknya, "kenapa lo tau kalau gue gak punya temen?!"

Aku mengangkat kepalaku dengan kaku ke arah Kak Alpin. Dapat kulihat wajah Kak Alpin kini berubah menjadi merah karena...

'Dia marah karena dibilang ga punya temen atau malu karena ketahuan ga punya temen? Dan satu lagi, perasaan tadi gue ngomong dlm hati deh, kok Kak Alpin bisa tau yah?' bingungku.

Mendapati diriku yang terdiam, Kak Alpin pun mengusap wajahnya kasar. "Sudahlah. Gue menolak permintaan lo itu. Lo udah berbicara lancang ke gue dan gue gak suka itu."

"Tapi Ka—"

"Sekarang pergi dari hadapan gue!" potong Kak Alpin tanpa melirik ke arahku.

"Kak—”

"PERGI!"

Opsi 2

Kak Alpin mengangkat tangannya dan bersiap untuk menepuk kepala salah satu pengikutnya.

Puk

"Berdirilah," ucap kak Alpin dengan senyum yang terlihat aneh.

Tanpa menunggu diperintah lagi, aku pun segera berdiri. 'Daritadi kek, kaki gue dah cangkel(pegal) nih.'

Senyum Kak Alpin yang memang sudah aneh itu semakin aneh ketika aku menyelesaikan batinanku, tapi aku memilih tak menghiraukannya.

"Gue akan mengikuti perminataan lo itu. Karena jujur, gue emang ga punya temen. Jadi gue harap gue bisa punya temen dengan gabung tuh grup," ucap Kak Alpin.

Aku menutup mulutku dramatis dan berkata, "Jadi Kak Alpin beneran ga punya temen?! Ck ck ck... Kasihan~"

Kak Alpin semakin melebarkan senyumnya, namun kini aku dapat melihat bahwa sebenarnya kak Alpin tersenyum paksa.

"Terserah lu aja deh. Pokoknya gue nerima undangan lo itu."

Menyadari bahwa kak Alpin menerima tawaranku, Aku pun segera melompat-lompat kesenangan layaknya seekor monyet.

"YEYYYYY! GUE DITERIMA GUYS!" seruku terlampau senang.

The End

Jadi Kak Alpin ganteng yang baik hati dan tidak sombong, opsi manakah yang akan kakak pilih?

Opsi 2? atau opsi 2?

"Lah, opsi 1 nya mana?" tanya Kak Alpin.

kagak ada Kak(◍•ᴗ•◍) kakak cmn boleh milih opsi no 2

"Cih... nih anak emang rada lain ( ̄へ  ̄ 凸"

Oh ayolah kak, masa kakak mau nolak gue? Ga kasihan apa sama gue yang udh capek" ngetik nih part?

Kak Alpin menatap datar layar HP di hadapannya. "Gak."

Aku sontak memegang dada dramatis. "Kakak jahat! Potek nih hati neng💔🥺"

"ga peduli gue."

Huwaaa ᕕ( ཀ ʖ̯ ཀ)ᕗ ayolah kak... Terima permintaan salah satu pengikutmu ini. Kalau kakak nolak, nanti aku di kick lho dari grup itu(bohong). Kakak tega ngebuat aku di-kick dari grup?

"Iya."

Huh... aku tuh ga punya tmn kak(bohong). Aku cmn punya tuh grup yg penghuninya sekarang jdi temenku. Cmn mereka temen² ku. Jadi, kalo aku di-kick dari grup, nanti gimana nasib aku?

ntar aku kesepian (ಥ ͜ʖಥ)

Kak alpin mulai merasa muak dengan drama murahan dari orang yang gak jelas asal usulnya ini. Dalam hati ia membatin, 'Nih anak bagusnya diapain yah? dibuang ke rawa-rawa kah? atau dibuang ke kandang harimau?'

Wkwkwk.... just kidding kak pipin🙏😅

terserah kakak aja mau terima apa nggak(≡^∇^≡)

apapun keputusannya aku akan menerimanya dgn lapang dada 🔪

Invitation LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang