Elora tersenyum seraya melambaikan tangannya pada Zedekiah yang mulai menjauh dari pandangannya, ia merasa tindakkannya ini semakin dekat dengan ambisinya.
Saat ia kembali menuju kamar tidurnya, Elora tak sengaja mendengar obrolan sang adik dengan pelayannya.
"Saya senang Putra mahkota menganggap saya adalah orang terdekatnya."
Ujar Maeryn dengan nada suara yang terdengar malu-malu.
"Mungkinkah yang mulia jatuh hati pada anda nona?"
Sahut pelayan itu, sehingga membuat Elora menyeringai kala mendengar percakapan itu.
"Apakah menurutmu begitu?"
Lagi-lagi Maeryn ingin mendapatkan jawaban yang membuat hatinya puas.
"Tentu saja nona, mengingat yang mulia tak pernah berpacaran dengan lady manapun."
Elora menahan kekehannya, namun ia tetap geram karena adik yang dibencinya itu tak tahu diri akan posisinya.
Segera ia melengos pergi dan memikirkan cara untuk membuat Zedekiah bertekuk lutut padanya, demi menghancurkan ekspetasi berlebihan adiknya itu.
***
Seminggu berlalu, Elora yang telah memberanikan diri mengirim surat pada Zedekiah untuk menemaninya membeli mantel baru, mengingat salju yang tak lama lagi akan turun, akhirnya mendapatkan balasan.
Namun ia sedih kala mengingat Killian yang selalu mengabaikan surat darinya, ia tak tahu kesalahan apa yang membuat Grand duke begitu menghindarinya.
Perlahan Elora membuka surat yang dikirim oleh Zedekiah, seketika rasa sedihnya sirna saat Zedekiah menerima tawarannya itu dan segera menjemputnya.
"Jika aku tidak bisa bahagia, maka tak ada satupun yang berhak bahagia."
"Bantu aku mempersiapkan diri secantik mungkin, Zedekiah harus jatuh cinta saat ia melihatku lagi!".
Seru Elora pada pelayannya yang sedari tadi berdiri dibalik punggungnya.
***
Siang itu Maeryn yang sedari tadi duduk disebuah pondok kecil sembari menikmati teh hangat, seketika terkejut kala melihat kereta kuda yang berlambang singa emas masuk kehalaman kastil March.
"Nona, bukankah Tuan sedang tidak ada, mengapa Putra Mahkota mendatangi kediaman ini? Apakah anda memiliki janji dengannya?"
Tanya pelayan itu yang tampak takjub, ia mengira putra mahkota benar jatuh hati pada Lady yang dilayaninya.
Sontak Maeryn bingung saat mengetahui ternyata kereta kuda itu milik Zedekiah.
"Saya tidak tahu, sebaiknya saya harus menghampiri putra Mahkota untuk menyambut kedatangannya."
Seketika ia bangkit dari tempat duduknya menuju kereta kuda.
Saat ia mulai mendekat pada kereta kuda itu, tampak Elora dengan tampilan memukau menghampiri Zedekiah yang baru keluar dari kereta kuda, seketika Maeryn menghentikan langkahnya sembari memperhatikan kedua orang itu.
"Maeryn, kemarilah!"
Seru Elora ketika melirik Maeryn yang terlihat kecewa.
Maeryn mengangguk perlahan dan kemudian ia meneruskan langkahnya.
"Salam yang mulia."
Ujar Maeryn saat menatap Zedekiah.
"Maeryn, kau tak perlu melakukan itu, bagaimana kabarmu? Apakah kau benar-benar pulih?"

KAMU SEDANG MEMBACA
When Love and Revenge Become One [END]
Historical FictionElora Dauphine nekat mendekati Pria yang tak dicintainya demi membalaskan dendam kepada sang adik tiri, Fleur Maeryn. Namun Zedekiah Kael, seorang putra mahkota tertarik dengan perangkap Elora. sayangnya Elora mencintai pria lain, Grand Duke yang ta...