[2] Wakaranai

1.6K 239 48
                                    

CHAPTER 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 2

"Maigo no maigo no koneko-chan! Anata no ouchi wa dokodesu ka," lantun Saerin menyanyikan lagu anak-anak itu semangat.

Pita suaranya melengking memenuhi kamar mandi sembari berendam air di bak mungilnya. Jaeyun yang sedang menyiapkan pakaian bocah itu menggeleng-gelengkan kepalanya terkekeh geli. Akhir-akhir ini Saerin jadi gemar bernyanyi karena pasar malam yang beberapa waktu lalu mereka kunjungi memutar lagu tersebut berulang-ulang.

"Apa lagi, ya, Baba?" tanya Saerin lupa liriknya.

"Ouchiー"

"OUCHI O KIITE MO WAKALANAI!" potong bocah tiga tahun itu berteriak dengan penuturan cadelnya.

"Wakaranai," ucap Jaeyun lembut memperbaiki.

"Wakawanai!" sahut Saerin semakin bersemangat membuat Jaeyun tertawa terpingkal-pingkal. "Namae o kiite mo wakawanai," lantun bocah itu menggeleng-gelengkan kepalanya memperagakan lirik lagu.

"Nyannyan! Nyannyan!"

Jaeyun berdiri di depan pintu kamar mandi mengawasi anaknya yang memukul-mukul air sambil bernyanyi. "Tangannya jangan lupa disabun. Ketiaknya, kakinya," suruh laki-laki cantik itu.

"Seperti ini, Baba?"

"Hm, pintar."

Terhitung sudah 28 minggu kehamilannya, Jaeyun semakin susah bergerak. Duduk saja ia kesulitan apalagi berjongkok jadi Jaeyun tidak bisa memandikan anaknya seperti sebelum-sebelumnya. Sebentar lagi mungkin Sunghoon pulang, biar suaminya nanti yang memandikan Saerin.

"Inu no omawalisan," celoteh Saerin melanjutkan lantunannya.

"Omawarisan, Kakak Irin." Suara berat menyahut dari arah pintu.

"AYAH!" teriak bocah perempuan itu meloncat-loncat di bak mandinya.

Sesuai janjinya pada Jaeyun dan Saerin, Sunghoon pulang pukul tiga sore lebih cepat dari biasanya. Mereka mau foto bersama mengabdikan kehamilan Jaeyun ke-7 bulan. Saat hamil Saerin dulu, mereka juga foto berdua untuk mengisi album milik anak perempuan itu. Jadi, mereka ingin mengabadikan hal yang sama di kehamilan si kembar.

Jaeyun berjalan perlahan menuju pintu utama menghampiri Sunghoon yang sedang melepaskan sepatu. "Aku pulang," ucap Sunghoon berdiri mengecup bibirnya.

Lengan pendeknya mengalung di leher kokoh itu membalas ciuman sang suami. "Bawa bunganya?"

Sunghoon menyimpan sepatunya kemudian mengambil bunga lili putih yang dibelinya tadi. "Begini, 'kan?"

"Cantiknya!"

Lengan kekar itu merangkul pinggang Jaeyun sambil badannya condong menciumi pelipis suami cantiknya. Sunghoon senang bunga pilihannya disukai laki-laki ini. Tangannya yang lain mengelus-elus perut Jaeyun lembut.

Last Legacy : The War | SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang