[5] Sahabat Karib

2.1K 252 40
                                    

CHAPTER 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 5

Pagi ini pukul sembilan, Saerin mandi bersiap-siap menjenguk Babanya di rumah sakit sambil dibantu Jongseong saat berpakaian. Pria itu kurang mengerti bagaimana merapikan rambut Saerin, jadi bocah itu berinisiatif menyisir rambutnya sendiri. Biasanya ada Babanya yang membantu tapi kali ini ia harus mandiri.

Lima hari tidur tanpa Jaeyun membuat hari-hari Saerin terasa berat. Bocah itu kadang terbangun dari tidurnya kemudian menangis rindu akan sang Baba. Beberapa kali Saerin mendapati sang Ayah menemaninya tidur, namun saat bangun pagi Sunghoon sudah menghilang. Paman Jongseong yang selalu menjaganya di sini.

"Sudah, Maman, ayo ..." ajak Saerin menarik jemari Jongseong.

Jongseong membiarkan langkahnya mengikuti Saerin ke depan pintu, membantu anak itu memakai sepatu mungilnya, tak lupa mengunci rumah. Dibawanya Saerin dalam gendongan sambil menyusuri jalan.

"Tadi malam kata Ayah, Baba sudah bangun loh, Kakak Irin," kata Jongseong mengelus rambut Saerin.

"Baba?" tanya Saerin terkejut.

"Iya, tadi malam Baba sudah bangun. Berarti hari ini Kakak Irin sudah bisa ngobrol dengan Baba."

Saerin terdiam mendengar kabar dari Jongseong. Bahkan kata-kata tak sanggup bocah itu lontarkan, ia hanya berharap cepat-cepat bertemu Jaeyun. Saerin sudah terlampau rindu.

"Cepat, Maman Jjong," lirih Saerin merangkul bahu sang paman erat.

"Sebentar lagi kita sampai."

Di depan ruangan Jaeyun dirawat, Jongseong menurunkan Saerin dari gendongannya kemudian membuka pintu mempersilakan anak itu masuk. Saerin mengabaikan semua objek di ruangan tersebut, matanya fokus melihat Jaeyun menoleh ke arahnya dengan senyum teduh. Air mata yang berusaha ia tahan sedari tadi luruh begitu saja. Saerin berlari mengulurkan tangannya ke arah Jaeyun.

"Baba," racaunya memeluk leher Jaeyun susah payah sampai kakinya harus berjinjit.

Sunghoon meraih gadis kecil tersebut lalu ia baringkan di sebelah Jaeyun. Tangisan Saerin semakin mengudara memeluk pria cantik itu erat. Punggung kecilnya bergetar Jaeyun usap perlahan.

"Kakak Irin takut, ya?" bisik Jaeyun pelan.

Saerin mengangguk di ceruk leher Jaeyun. "Jangan sakit lagi, Baba," gugunya. "Jangan bobo lama-lama."

"Iya, Baba janji." Jaeyun mencium dahi Saerin lembut.

Beberapa menit Saerin habiskan untuk menangis di pelukan Jaeyun. Dadanya naik-turun terisak-isak akhirnya rindunya telah tuntas. Ia tak bisa hidup tanpa Jaeyun. Ia tak terbiasa makan masakan orang lain selain Babanya. Tak bisa tanpa mendengar suara Jaeyun saat bangun, saat beraktivitas, bahkan sebelum tidur. Tidak ada yang menyisir rambutnya dengan lembut. Bocah itu tak mampu sendirian.

"Kakak tadi makan?"

Saerin mengangguk menjawab pertanyaan Babanya. "Mam ikan," bisiknya pelan.

"Pintar. Kakak gimana tadi mandinya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last Legacy : The War | SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang