[4] Hari Kelahiran

2K 268 71
                                    

CHAPTER 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 4

"Baba ... Baba tidak apa-apa?" tanya Saerin memeluk kaki Jaeyun khawatir mendengar laki-laki itu meringis dari tadi.

Jaeyun menarik napasnya pelan berpegangan pada meja makan mencoba tenang agar tidak menakuti Saerin. Perlahan napasnya terasa berat, Jaeyun meraba perutnya yang tidak bergerak. Mencoba merasakan detak jantung bayi-bayinya tapi ia terlalu cemas. Seluruh tubuhnya gemetaran tak bisa merasakan denyut teratur dari perutnya.

Saerin yang melihat kondisi Babanya aneh mulai berkaca-kaca. Dipeluknya Jaeyun erat berharap mampu menopang sang Baba agar tidak menghantam lantai. Isakannya lolos memanggil-manggil Sunghoon berharap ayahnya pulang.

"Kaーkakak Irin, shh ... jauh, Nak," suruh Jaeyun takut ia ambruk menimpa anaknya.

"Bwaba janーhiks tidak mau," rengek Saerin mengucur air matanya. "Bwaba jan sakit huwa, Ayah hiks ... pulang!"

Jaeyun meraup oksigen rakus mencoba menarik kursi di dekatnya. "Tidak apa-apa," ucapnya bergetar.

"Bwaba Kakーkakak Irin takut, kenapwa hiksーBabaaaa!" raung Saerin histeris Jaeyun tergeletak jatuh dari kursinya. Tangisannya berderai melihat cairan membasahi celana panjang Babanya.

Bocah itu memeluk Jaeyun saat didapatinya laki-laki itu menutup mata. "Ayah! Kakak Irin takut, Ayah!" racaunya tidak jelas.

Saerin berlari membuka pintu buru-buru memakai sandalnya mencari Sunghoon. Batita itu terisak-isak di depan rumahnya mengundang tatapan dari para tetangga. "Saerin mau ke mana?" panggil ibu-ibu mengikuti kaki kecil Saerin.

"Saerin!"

"Bwaba sa-skit, jatuh, huhu Ayah!" racaunya semakin-makin.

Perempuan tua tiba-tiba menggendongnya menahan kakinya melangkah. "Kenapa nangis? Mana Baba? Kenapa sendirian? Mau ke mana?" tanya wanita itu khawatir.

"Bwaba Yayah Iwin jatuh, mau huhu Yayah," katanya menunjuk rumahnya yang terbuka lebar.

Sontak tiga wanita yang mendengar hal tersebut berlari memeriksa rumah Jaeyun mengingat laki-laki itu sudah hamil tua. Mereka terkejut melihat Jaeyun tergeletak dengan ketubannya yang sudah pecah. "Tandu, ambil tandu!" teriak wanita yang lebih berumur.

Saerin hanya bisa menangis memeluk kepala Jaeyun membiarkan air matanya luruh membasahi pipi sang Baba. Tak lama kemudian Jaeyun dipindahkan ke tandu bersiap dibawa ke rumah sakit. "Saerin main di rumah Bibi saja, ya? Ada Kakak Yuki di sana."

Batita itu menggeleng tak mau. Ia menggenggam erat jemari Jaeyun tak ingin dipisahkan dari Babanya. "Mau Baba."

"Tidak apa-apa, ikutkan saja. Tidak semua anak nyaman berjauhan dari orang tuanya. Oi, Uyeda! Pergi ke balai militer panggil Ayahnya Saerin ke rumah sakit! Tau tempatnya 'kan?"

"Iya!" Remaja yang dipanggil Uyeda itu berlari menuju kantor Sunghoon.

-

Pakaian Jaeyun sudah berubah gaun pasien. Ia diletakkan di ruang bersalin sambil perawat mengawasi bukaannya. Saerin, batita cantik itu dilarang masuk. Jadi, hanya bisa menangis memanggil-manggil Jaeyun dipangku bibi tetangganya.

Last Legacy : The War | SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang