"Mi, Mirai..?"
Mata Shido terbelalak, ia tak menyangka sama sekali Keiko akan berubah menjadi roh disaat-saat seperti ini.
"...Aku benci...AST..." ujar Keiko pelan, ia menunduk, di tangan kanannya, telah digenggam sebuah kuas, itu merupakan sosok Mikael, malaikatnya.
Memang sangat sederhana, tetapi kuas itu membuatnya seperti Tuhan yang bisa menciptakan apa saja.
"Apa yang kau.."
Para AST menembakkan peluru peluru mereka.
Keiko mengaktifkan teritorinya, peluru itu takkan bisa menembusnya.
"...Shido.." Tobiichi Origami, salah 1 anggota AST bergumam melihat Itsuka Shido di sebelah roh itu, ia mengernyitkan dahi.
Keiko terdiam sejenak, lalu ia mengangkat Mikael perlahan.
"Mikael---" Keiko mengarahkan Mikael, menggerakkannya seperti membentuk sebuah perisai.
Detik itu juga, perisai yang digambar di udara itu berubah menjadi baja yang sangat kuat, membentuk perisai asli.
Keiko mengambil perisai itu, lalu melemparkan ke arah Shido.
"E-eh?!" Shido dengan sigap menangkap perisai itu dengan sukses. "Berat!"
"....Pakai itu, lalu.. pergi.." kata Keiko tanpa menoleh kepada Shido, ia masih memperhatikan AST yang melayang-layang di udara di hadapannya.
"....Aku tak mau." Shido membalas.
Keiko menoleh ke Shido, "Pergi."
"....Tidak."
"............."
"Aku akan tetap disini!"
"Kau mau mati?"
"Aku tak akan mati!"
Keiko menatap Shido, lalu ia berbalik.
"...Berikan perisai itu padaku..Itsuka."
Shido dengan segera menyerahkan perisai yang ia genggam itu.
Keiko menggenggamnya, ia menoleh ke atas, melihat AST yang masih menembakkan misil-misil ke arahnya.
Seketika Origami mendarat, mendekati Keiko dan Shido. Di tangannya sudah tergenggam sebilah pedang tempur miliknya.
Keiko menatap Origami datar, tatapan datarnya sama seperti Origami, namun yang ini terlihat 'mati'.
"Shido, pergi dari sana." kata Origami pada Shido yang berada di belakang Keiko.
Shido menatap Origami, ia menggeleng.
Seketika, Keiko berseru. "Mikael---Kiydon!"
Sedetik kemudian, Mikael yang merupakan kuas berubah menjadi Kiydon--sebuah tombak tempur besar.
Tanpa berkata apa-apa, sang Aegis mengarahkan Mikael ke wajah Origami.
Origami sendiri mencondongkan pedangnya ke depan, dengan begitu percaya diri.
Keiko dengan cepat mendorong keras Mikael.
Origami terbelalak, dengan mudahnya Mikael menghancurkan teritorinya, seharusnya teritorinya sangat kuat dan absolut, namun kasus ini tak seperti saat Tohka, yang ini, Origami benar-benar hati-hati dan tidak ceroboh seperti saat kasus Tohka dulu.
Keiko masih dengan wajah datarnya, Ia mendorong Mikael seperti tadi.
Seharusnya ujung runcing Mikael mengenai bahkan menembus tubuh Origami, namun Origami dengan cepat menangkis Mikael ke bawah dengan pedangnya.
Para AST masih menembak-nembaki Keiko, walau itu rasanya mustahil untuk menembus teritorinya, karena teritori Keiko sangatlah kuat, dari situlah nama julukannya terinspirasi.
"Origami!! Mirai!! Hentikan!!" Shido berseru dengan keras, berusaha menghentikan pertarungan ilegal Origami dan Keiko. Disebut ilegal karena bahkan para warga belum semua di evakuasi, karena memang tak ada alarm pertanda gempa bumi, jadi shelter tak membantu untuk saat ini.
"......."
Keiko meraih pinggang Shido, membawanya terbang.
"Hu-huwaa!!" Shido berteriak.
Keiko bertujuan untuk mendarat di dalam gedung, karena ia tahu, AST tidak menyerang jika sasaran berada di dalam gedung.
"....Huwaah.." Shido menghela nafas, sudah kesekian kalinya ia diajak terbang, tetap saja tak terbiasa.
".......Kita aman..."
Shido menatap Keiko, ia menatap matanya.
Ternyata, jika di tatap dalam, mata Keiko tidak seperti orang mati.
Matanya indah.
"Oi, Shido. Ajak dia kencan!" suara Kotori berkumandang lagi. "Sudah cukup untuk pertempurn ini!" lanjutnya.
"Err.." Shido menggeram kepada Kotori, yang akhirnya menurut.
"Uhhm, M-Mirai.."
Keiko menoleh ke Shido, "Ya?"
"Maukah kau.. berkencan denganku?"
YOU ARE READING
Date A Live Fanfiction : Mystic Mirai [ gatau mw dilanjut ap g. ]
Fanfiction"Kau tahu, gadis di dalam shelter yang berada di samping pemakaman itu? Ia berada di sudut shelter, di sebelah mesin penjual minuman. Konon ia tak pernah bicara, dan sangat tenang. Ia hanya berdiri di tempatnya sambil menunduk, terkadang menatap ora...