Shido membaca tiap kata nama makanan yang tertulis di atas kertas buku menu, ia menggaruk kepalanya.
"Mirai.." Shido melirik ke arah Keiko, saat ia memiringkan kepala agar ia dapat melihat sosok Keiko di hadapannya.
"Ya?" Keiko menatap Shido datar.
"Pesan.. apa?"
Keiko terlihat terdiam sejenak.
"Spagetthi. Neapolitan."
Shido ber-oh. Lalu menatap kepada sang pelayan yang menunggu disamping meja.
"Spagetthi neapolitan 2- Minumnya... ah.."
"...Jus mangga.."
"Ooh, jus mangga 2..!"
Sang pelayan menulis pesanan mereka berdua, lalu mengangguk. "Terima kasih! Silahkan tunggu sebentar!"
Shido mengangguk kecil sambil nyengir. Lalu menoleh kepada Keiko. Mati-matian berpikir apa yang akan ia katakan untuk menghindari kecanggungan.
Sudah lebih dari 3 gadis Shido kencani, tetapi tampaknya ia masih demam panggung menghadapi Keiko yang jauh lebih kalem dari Yoshino.
Shido menekan interkom, dan berbicara dengan nada berbisik, "Kotori! Aku harus bicara apa?"
Kotori yang didalam Fraxinus, menimang-nimang gagang permennya, "Tunggu sebentar, Shido." katanya sambil menyeringai.
Lalu muncullah beberapa opsi di monitor layar mahabesar itu.
1. Dimana rumahmu?
2. Hobimu apa?
3. Apa kau sudah punya pacar?"Yaa.. mulai!" suara Kotori menggema ke seluruh penjuru ruangan.
Semua staf segera memilih opsi menurut pendapat mereka masing-masing.
"Ooh.. paling banyak opsi kesatu, ya." Kotori bergumam.
"Kalau opsi ketiga, tampaknya tak cocok bagi Mirai yang sangat privasi. Opsi kesatu lebih bagus." Reine menambahkan.
Kotori manggut-manggut, "Baiklah, Shido, ikuti kata-kataku,"
"Dimana rumahmu?" Shido bertanya, pada Keiko, tentu saja.
Keiko yang sedari tadi memperhatikan jendela, menoleh pada Shido. "Tak jauh dari sini." katanya.
Shido tersenyum, "Pantas saja kau cepat sekali tadi sampai sini."
Keiko mengangguk. "Di apartemen kecil, tapi bagus." Ia menggumamkan tempat tinggalnya setelah mengalihkan pandangan dari Shido.
"Begitukah?" Shido berkata. "Tempatku tinggal juga bagus, dan.. ramai sekali." Ia mengingat tingkah para roh yang selalu membuat Shido pusing.
Keiko melirik Shido dengan ekor matanya. "Tohka-san, Yoshino-san. . Pacarmu?"
Shido agak terkejut dengan pertanyaan si Keiko, lalu cepat-cepat menjawab, "Aah--bukan, bukan, mereka cuma.. yah, orang penting, tapi bukan pacar." Walau Shido sudah mencium semua dari mereka.
Keiko manggut-manggut, lalu sang pelayan datang membawa pesanan. "Spagetthi Neapolitan dan jus mangga dua! Ada yang lain, tuan, nyonya?"
"Tak ada, terima kasih." jawab Shido, sang pelayan tersenyum ramah, membungkuk, lalu berbalik dan berlalu.
"Selamat makan. ." kata Shido.
". . . Selamat makan." Keiko membalas.
Lalu Shido dan Keiko sama-sama menikmati makanan mereka. Shido melirik Keiko, dilihatnya setitik saus menempel pada pipi Keiko.
"E-eeh, Mirai."
Keiko yang sedaritadi menunduk, mendongak untuk melihat wajah Shido. "Ya?"
Shido mengulurkan tangannya, diusapnya saus dipipi Keiko dengan lembut, "A-ada saus." jawab Shido.
Keiko membelalakan matanya, terkejut. Lalu cepat-cepat mengalihkan pandangannya, "T-terima, kasih." Ucapnya, sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Shido sendiri hanya mengangguk sok tenang, padahal jantungnya bergedup kencang, walau sudah sering mengencani para roh, tetap saja hal seperti itu tak membuat Shido terbiasa.
Sekitar lima belas menit kemudian Shido dan Keiko telah menyelesaikan makannya.
"Gochisousama!"
"Gochisousama."
Shido memegang dagunya, "Film masih lama dimulai." Gumamnya, lalu menoleh pada Keiko. "Mirai, film dimulai satu setengah jam lagi. Mau kemana untuk menunggu film dimulai?"
Lalu suara Kotori menggema di telinganya, "Oi, Shido. Harusnya kau tak bertanya seperti itu. Kau tampak seperti pria tak punya tujuan, heh."
Shido membuat senyuman masam yang ditujukan pada Kotori, "Maaf, deh." Balasnya.
"Terserah." Keiko membalas masih dengan tatapan mematikannya.
Suara Kotori menggema lagi, "Sudah kubilang, kan?"
Shido rasanya ingin mencubiti pipi adiknya itu sekarang juga, tapi ia mencoba sabar. "Hmm, bagaimana kalau ke game center?"
"Tak suka tempat yang ramai."
Shido mengangkat alis, "Hmm, begitu, ya. Bagaimana kalau ke toko buku?"
Keiko diam, tak tahu ia sedang berpikir atau mengabaikan ucapan Shido. Namun ia menjawab, "Baiklah."
Shido tersenyum, lalu melambaikan tangannya untuk memangil sang pelayan, dan membayarnya.
YOU ARE READING
Date A Live Fanfiction : Mystic Mirai [ gatau mw dilanjut ap g. ]
Fanfiction"Kau tahu, gadis di dalam shelter yang berada di samping pemakaman itu? Ia berada di sudut shelter, di sebelah mesin penjual minuman. Konon ia tak pernah bicara, dan sangat tenang. Ia hanya berdiri di tempatnya sambil menunduk, terkadang menatap ora...