05 | Aquila

2 0 0
                                    

Hugo memegang kepalanya merasa tidak percaya. Matanya melirik jam yang ada pada dinding, waktu menunjukan jam 6 pagi.

Masih ada waktu sebelum ke kampus, aku bisa mampir ke toko bunga itu.

Ia beranjak dari kursi, bersiap untuk memulai rutinitas paginya. Setelah siap untuk pergi, ia membuka pintu depan. Dirinya sedikit melompat terkejut karena mendapati Finley, sang detektif berada di hadapannya, tangannya menunjukan gestur akan mengetuk pintu.

“Mr. Finley?”

“Selamat pagi Hugo, apa aku bisa bicara denganmu sebentar?”

Hugo terdiam sejenak, kebingungan menyelimuti pikirannya.

“Oh tentu saja, silahkan masuk.”

Ia melebarkan pintu, mempersilahkan Finley menapakkan kakinya masuk ke dalam dan duduk pada sofa di dekatnya, sedangkan Hugo duduk di hadapannya.

“Jadi kedatanganku kesini karena aku memerlukan sidik jarimu, Hugo, ada barang bukti yang perlu kami selidiki.” Ujar Finley.

“Begitu rupanya, baiklah.. harus kumulai darimana?”

“Mudah sekali, kamu hanya perlu meletakkan jarimu pada plastik ini.” Finley mengeluarkan sebuah plastik bening dari saku mantelnya.

“Begitu kamu melakukannya, sidik jarimu akan tercetak pada itu.”

Hugo mengangguk, ia meletakkan telunjuknya pada plastik tersebut. Setelah selesai dan sidik jarinya tercetak, Finley mengembalikan pelastik tersebut masuk ke dalam kantungnya dengan hati-hati.

“Baiklah dengan begini akan cukup.”

Keduanya terdiam beberapa saat, Hugo memperhatikan gerak-gerik Finley.

“Tentang amnesiamu, apakah ada perkembangan yang sekiranya perlu kamu sampaikan kepadaku?”
Sahutan Finley membuyarkan fokusnya.

“Oh soal itu, tidak banyak, hanya kenangan kecil yang diceritakan oleh orang lain kepadaku.”

“Apakah ada yang terkait dengan kasus ini?”

“Mungkin bisa dikatakan iya, aku menemukan buku catatan lamaku dan tertulis nama Aztec di dalamnya. Kemungkinan besar diriku yang dulu tahu sesuatu tentang lab itu.”

“Hanya itu?”

Hugo menjawab dengan anggukan. Terlepas dari mimpi yang baru ia alami, ia masih belum yakin untuk menceritakannya kepada Finley karena kepastian dari nyatanya mimpi itu atau tidak masih berada di ranah habu-abu. Finley mengusap keningnya, terlihat memikirkan sesuatu.

“Selain amnesia, apakah ada penyakit lain yang kamu alami?”

“Hanya amnesia saja. Dan aku yakin aku tidak terjangkit penyakit apapun.”

“Ah, begitu rupanya.”

Keduanya terdiam sebentar.

“Kalau boleh tahu.. bagaimana kamu bisa menemukan rumahku?”

“Sayangnya aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, salah satu peraturan yang merupakan rahasia kepolisian.”

“Tapi, bukankah aku berhak untuk tahu? Semenjak aku ikut turut serta dalam penyelidikan ini.”

“Ada beberapa hal yang tidak harus kamu ketahui semua, Hugo.”

Hugo mengernyitkan dahinya heran sekaligus gelisah, bisa saja ada orang tidak dikenal yang datang kerumah tanpa sepengetahuannya, kemungkinan terburuknya adalah kriminal. Finley yang tidak menyadari wajah Hugo yang kebingungan mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan. Matanya tertuju pada gelas di atas meja Hugo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Stars Sweet ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang