(Kris's pov)
Hanjir... mati aja gue sekarang. Daritadi udah dua jam gue muter-muter di kawasan MacArthur Blvd, tapi belum juga nemuin yang mana rumahnya! Pake google maps udah, nanya-nanya ke orang-orang udah. Tapi kenapa gak ketemu-ketemu ni apartemen?!
Gue menggaruk kepala kasar. Haaahh, tau gini mending gue tadi pura-pura tidur aja di rumah.
Capek berkeliling-keliling, dan sebelum gue dikirain gembel nyasar, gue memutuskan duduk di depan 7-Eleven—itu toko 24 jam, kalau di Indonesia ibaratnya Indomaret atau Alfamidi. Kebetulan di teras tokonya diisi kursi-kursi buat nongkrong. Sebenernya gue haus dan laper, tapi karena buru-buru jadinya cuma bawa $5 di kantong.
Gue duduk sendirian, tanpa teman (?) diseberang gue ada sepasang lovebirds yang lagi bermesraan. Elit banget deh pacaran di depan toko gini. Tapi melihat sepasang lovebirds itu membuat dada gue perih ditengah udara musim dingin yang sedang berlangsung saat ini.
Luke.
Gue jadi kangen Luke.
Kapan ya gue sama Luke bisa kayak lovebirds didepan? Pelukan, bercanda, bahkan... ciuman.
Gue sadar gue refleks nyengir lebar banget—salah satu refleks gue ketika ber-daydream ria tentang Luke. Kemudian gue menghela napas panjang. Lebih ke helaan pasrah, lalu gue menangkap kresek yang gue taruh diatas meja. Seketika otak gue mengusir khayalan indah dengan Luke jauh-jauh.
Ah, urusan Luke bisa belakangan. Sekarang gue harus berhasil nemuin dulu yang mana apartemen tempat Om Anton tinggal, atau kalau nggak, gue gak bakal dikasih pulang sama mama. Gue mengeluarkan secarik kertas yang dikasih sama mama sebelum pergi, membacanya untuk yang kesejuta kali.
Perasaan tadi dibilangnya disekitaran sini tapi kok gue gak ada liat apartemen ya?
"Hiks hiks hiks... I hate you, mom... Hiks, hiks..."
Pikiran gue buyar ketika mendengar ada orang nangis tiba-tiba. Palingan juga anak kecil, batin gue sesaat sebelum akhirnya gue iseng nengok dan... oh.
Dugaan gue salah besar.
Dia bukan anak kecil.
Melainkan bule cowok ganteng yang udah remaja, yang entah muncul darimana tau-tau main nangis aja didepan gue.
Kemudian, gue secara gak sengaja terpaku begitu melihat wajahnya; Iris matanya coklat, rambutnya coklat, alisnya coklat... ini orang apa Silverqueen pake baju? hehehe.
But overall, dia ganteng. Ganteng banget. Eh tapi gantengan Luke sih. Eh tapi orang ini manis juga. Duh kok gue bingung sendiri nentuin siapa yang lebih ganteng?
"Hiks.. hiks.. why are you staring at me in that fucking way?! hiks.. hiks.."
Yaelah lu nangis, nangis aja kali. Pake acara judes segala.
Gue mendengus lalu memutar bola mata males.
"Hah, what? Sorry, but don't you think it's sooo disturbing when someone is suddenly crying like a baby who lost his diapers in front of you?" sahut gue sinis.
"Hiks.. hiks.." dia mengelap air matanya yang derasnya melebihi air terjun Niagara. Bodo amat deh. Gue sendiri aja masih kesasar gak nemu alamat.
"May I sit there?" orang itu nunjuk ke kursi kosong disebelah gue. Stupid question.
"Well, they also have a reason why they put these chairs here."
Orang itu tidak menjawab lagi dan langsung duduk. Lalu tebak apa. Dia melanjutkan acara nangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OKLAHOMIES // greyson chance
فكاهة“MOMMY PLEASE DON’T!” –tapi mom sudah mendorongku keluar, begitu juga dengan koperku. Setelah itu, tanpa adegan slow motion, pintu utama rumah dibanting menutup dengan kasar…persis didepan mataku. “MOMMY!!!” Aku merengek sambil terus menggedor tapi...