PART 3

5.1K 8 0
                                    

Hari masih terlalu pagi, bahkan ayam pun masih malas untuk berkokok, tapi seorang wanita paruh baya dengan dandanan menor dan puluhan aksesoris berkilau emas menimbun tubuh tambunnya sudah menggedor-gedor pintu rumah kontrakan yang ditempati Ayu dan Ibunya.

"Jangan keluar Yu..." Raut wajah Bu Halimah ketakutan, apalagi gedoran di pintu rumahnya semakin lama tidak semakin reda.

DOK

DOOK

DOOKKK!!!

"Saya tau kalian di dalam!!" Teriak si wanita tambun dari luar, tangan gempalnya masih terus menggedor permukaan pintu dengan keras.

Beberapa tetangga Ayu yang kebetulan mendengar kegaduhan hanya memandangi si Ibu tambun dari kejauhan, tidak ada yang berani mendekat untuk meredakan suasana di pagi buta ini.

"Nggak apa-apa Bu, lagian kalo dibiarin nggak enak diliatin sama tetangga." Kata Ayu sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Ibunya yang sedari tadi mencegahnya untuk menemui si Ibu tambun.

"Jangan Yu...Nanti kalo Bu Yeyen ngasarin Kamu gimana?" Ucap Bu Halimah dengan mimik wajah penuh kekhawatiran.

"Ibu tenang aja...Ayu nggak bakal diapa-apain kok.."

DOK!! 

DOOK!! 

DOOOK!!!

"Ayo keluar kalian!! Enak aja kalian ngontrak tapi nggak mau bayar!! Kalian pikir Saya nggak butuh uang apa?!!" Wajah Bu Yeyen, si Ibu tambun, pemilik kontrakan yang ditempati Ayu dan Ibunya, semakin memerah.

CEKLEK....

Ayu membuka pintu rumah setelah sebelumnya menarik nafas panjang, menyiapkan mental untuk menghadapi omelan atau bahkan cacian dari Bu Yeyen.

"Mana Ibumu?! Heh?!" Hardik Bu Yeyen kasar.

"Masuk dulu Bu, nggak enak diliat tetangga pagi-pagi udah ribut." Ucap Ayu mencoba menenangkan emosi Bu Yeyen.

"Alaahh...Kamu nggak usah banyak alesan! Kapan kalian bayar tunggakan kontrakan yang udah 3 bulan?! Heh?! Mau janji-janji lagi?! Jangan dikira Saya ini mudah ditipu ya! Ayo cepat bayar!" Bu Yeyen mencerca Ayu dengan ganas seperti tidak ingin disanggah omongannya oleh gadis cantik itu.

"I..Iya Bu Saya ngerti...Kasih kami waktu sebentar lagi, Kami janji akan membayar tunggakan kontrakan."

"Alah ! Aku sudah duga kamu bakal bilang kayak gitu Yu!! Udah hapal Aku ini!" Ucap Bu Yeyen ketus.

"Tolong kali ini saja Bu beri kami sedikit kelonggaran..." Ucap Ayu dengan nada mengiba, berharap hati wanita tambun di depannya itu sedikit luluh.

"Kelonggaran?? Kelonggaran katamu??! Lalu selama 3 bulan ini Kau kira apa?? Hah?! Enak aja kalian tinggal di rumahku tapi nggak mau bayar! Kalian pikir kontrakan ini milik nenek moyangmu apa?" Berondongan kalimat dari Bu Yeyen semakin membuat Ayu tak berkutik, gadis cantik itu seolah kehilangan kata untuk meredam amarah Bu Yeyen.

"Udah gini aja, Aku kasih waktu kalian 2 hari, kalo sampai lusa kalian tidak bisa melunasi tunggakan, kalian harus keluar dari rumah ini!" Tegas Bu Yeyen.

"Ta..Tapi Bu.."

"Nggak ada tapi-tapian, Aku udah cukup bersabar menghadapi orang miskin nggak tau diri seperti kalian ini!"

Kalimat kasar Bu Yeyen barusan mengakhiri keributan, Bu Yeyen melangkah pergi meninggalkan Ayu dan beberapa tatapan tetangga yang sedari tadi mendapat "tontonan" gratis di pagi hari. Dua hari terlalu cepat bagi Ayu, tunggakan sebesar 4 juta rupiah bukan uang kecil bagi pelayan restoran seperti dirinya. Tubuh Ayu mendadak lemas, pikirannya begitu kalut menghadapi masalah ini. Ayu seolah tidak bisa menemukan jalan keluar terhadap masalah ini. Tak terasa air matanya jatuh menetes, pandangan tetangga sekitar berubah menjadi iba terhadap kejadian yang menimpa Ayu dan Ibunya.

ISTRI MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang