23 Siapa Angkasa?

19 13 0
                                    

"Jangan mudah dibutakan oleh cinta. Cinta tidak hanya membawa bahagia, tetapi juga membawa luka dan duka."
-Backburner

📖📖📖

Empat laki-lak bertopi dengan kaca mata hitam bertengger menutup matanya tengah duduk sambil menatap dua orang yang duduk tak jauh dari mereka. Bara, Rangga, Sean dan Ankala sepakat untuk menyelidiki Angkasa. Mereka diam-diam mengikuti pergerakan laki-laki itu.

Sudah satu minggu mereka habiskan untuk menjadi penguntit Angkasa. Dari yang mereka amati selama tujuh hari ini, Angkasa memang sering berada di luar. Laki-laki itu menghabiskan waktunya di luar bersama teman-temannya yang mereka tidak tahu. Tujuh hari itu pula mereka tidak melihat Angkasa dan Aruna bersama sampai di hari ketujuh yaitu sekarang, laki-laki itu bertemu dengan Aruna.

Ankala menyeruput minumannya dengan rakus. Tiba-tiba saja suhu cafe ini terasa panas setelah melihat Aruna datang menemui Angkasa. Melihat itu entah mengapa minat Ankala tiba-tiba hilang. Rasa penasarannya pada Angkasa tiba-tiba berubah menjadi rasa kesal, cemburu dan marah.

Ankala menatap ketiga temannya yang masih fokus menatap interaksi antara Aruna dan Angkasa. "Kita ngapain sih harus ngintipin orang pacaran."

Ketiganya kompak menatap Ankala. "Ini juga rencana kita kan." Rangga berucap sambil menyuapkan donat ke mulut Ankala agar laki-laki itu diam. Pasalnya Ankala sedari tadi terus mengeluh kepada mereka. Padahal di penyelidikan sebelumnya laki-laki itu tampak begitu semangat.

"Iya sih tapi enggak begini juga," ucap Ankala malas. Dia memilih berdiri hendak pergi tetapi Bara menahannya kuat.

"Sabar dulu kenapa sih? Lo mau kita ketinggalan informasi penting?" tanya Bara pada Ankala.

"Selama enam hari ini udah cukup menurut gue. Kita punya banyak bukti bahwa Angkasa itu memang cowok enggak benar." Ankala hendak kembali berdiri lagi tetapi lagi-lagi tangannya di tarik, kali ini Sean yang menariknya.

"Lo yakin Aruna bakal percaya sama bukti yang enggak akurat kayak begitu? Terus kalau Angkasa cowok enggak benar kenapa? Apa selama ini ngerugiin Aruna, enggak kan. Kita setidaknya selidiki lagi, gue punya firasat kalau Angkasa ada kaitannya sama penculikan lo waktu itu." Sean berkata panjang lebar membuat Bara dan Rangga tersenyum bangga, sedangkan Ankala memutar bola matanya malas.

"Gue enggak di culik ya. Gue itu menyerahkan diri." Ankala mengoreksi ucapan Sean. Sean hanya membalas dengan dengusan, dari pada harus berdebat panjang dengan Ankala lebih baik dia diam.

Mereka kembali fokus menatap Aruna dan Angkasa. Ankala tak peduli, dia memilih memakan semua pesanan mereka dengan tenang. Dari pada matanya harus kepanasan melihat mereka berdua yang tengah romantis-romantis lebih baik dia mengisi perutnya yang kelaparan. Biarlah tugas kali ini Ankala serahkan ke ketiga temannya.

Satu jam berlalu sangat lama bagi Ankala. Dia menatap Angkasa dan Aruna yang masih seru dengan percakapan mereka, bahkan beberapa kali Angkasa mengelus rambut Aruna atau memegang wajah gadis itu. Coba saja jika Ankala berada di dekat mereka pasti tangan Angkasa sudah dia buat patah terbelah menjadi dua. Dia geram melihat mereka.

"Ck, ini berapa lama lagi sih. Gue ngantuk pengen tidur."

Bara memberikan tatapan sinisnya pada Ankala. Sudah lah tidak membantu apa-apa berisik pula. Rasanya Bara ingin memukul kepala Ankala, tetapi karna dia takut pada laki-laki itu dia memilih memendamnya.

"Gue santet ya lo lama-lama Ankala."

Ankala acuh. Dia kembali menatap pada pasangan yang sangat romantis itu. Sepertinya pembicaraan mereka sudah selesai, terlihat Angkasa mulai berdiri di susul Aruna. Tetapi anehnya laki-laki itu pergi setelah memeluk Aruna sebentar, apa laki-laki itu meninggalkan Aruna. Kenapa Angkasa tidak mengantarkan Aruna pulang?

BackburnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang