- CHAPTER 01 -

87 12 0
                                    


【Mr. Sim】


Masa SMA merupakan masa yang paling indah, katanya. Namun dibalik indahnya, banyak pula konflik yang terjadi di beberapa sekolah itu. SMA Gading 01 contohnya, sekolah itu terkenal dengan murid-muridnya yang aktif dan berprestasi, banyak murid sekolah itu yang sukses meraih impiannya. Mulai dari juara lomba, olimpiade, dan masih banyak kejuaraan lain yang mereka raih. Namun, tidak ada habisnya masalah yang terjadi di sana. Upaya para warga sekolah untuk menutupi keburukan sekolah mereka tidak sia-sia, sehingga sekolah itu masih menjadi sekolah terbaik yang ternama di kota itu.

Bugh!

Suara pukulan dan rintihan sudah terdengar di siang hari itu, terlihat tiga orang murid lelaki yang sedang berdiri di dekat seorang murid lelaki lainnya yang tersungkur ke tanah. "Ampun, sa.. ampun.." ucap murid lelaki yang dipukuli, dirinya hampir menangis karena tak mampu melawan. Sang pelaku hanya menyeringai sambil mendecak jengkel. "Diem lu, lu gak bakal bisa kabur dari gua." Dia berlutut di sebelah lelaki yang babak belur, mendekati telinganya dan berbisik. "Lain kali, kalo gua minta sesuatu ya kasih! Ini akibatnya kalo lu nyoba ngelawan gua." Yang lemah hanya mengangguk mengerti, di kepalanya mulai terpikirkan soal bagaimana cara agar ia tetap jauh dari sekelompok anak berandal ini. 

Mereka bertiga tak terkalahkan, bahkan anak OSIS pun segan dengan mereka. Kelompok itu dikenal dengan nama "ABG," alias "Anak Berandal Ganteng." ABG diketuai oleh satu orang di antara mereka bertiga, Harsaka namanya. Siswa lelaki berparas tampan ini tidak jarang menjadi rebutan para murid perempuan di sekolah, Harsa juga suka bermain perempuan, namun tidak ada yang peduli dengan sifat brengseknya hanya karena tertutupi oleh wajah sempurna yang dimilikinya. Yang diselingkuhi pun tak sakit hati. Ketika telah menjadi mantan, mereka akan terus mengagumi dan menyukai Harsa. Anggota kedua, Jagannath. Sebenarnya anak yang satu ini bisa dibilang badut di kelompok itu, karena dia lah yang paling konyol dan sering melawak. Siswa yang kerap disapa Agan itu masih memiliki sifat baik di luar. Contohnya membantu murid yang lain ketika kesusahan, membantu guru, maupun membantu tukang bersih-bersih di sekolah. Namun ia menjadi perebut uang saku para murid yang menjadi korban mereka, tidak sungkan-sungkan Agan mengambil uang dari saku seragam mereka. Dan yang terakhir, Sergio. Dia lah yang paling dingin, sifatnya acuh dan mudah merasa terganggu. Dia adalah murid tertampan nomor dua setelah Harsa menurut para murid di sekolah, namun mereka tidak kuasa melawan dinginnya sikap Sergio. Dia menjadi tukang pukul di kelompoknya, dia akan menyakiti dan menyiksa korban yang tidak ingin menuruti keinginan Harsa atau mencoba melawan mereka. Korban yang baru saja mereka tindas dibiarkan begitu saja, meninggalkan anak lelaki itu babak belur, kesakitan di tanah. 

____________________________________________________________________

Sekolah selesai pada pukul 15.30, bel terakhir berbunyi yang menandakan waktu pulang. Para murid SMA Gading 01 bergerombol keluar dari gedung itu, menggendong tas mereka sambil berjalan. Ada yang duduk di bangku taman sambil menunggu jemputan, ada pula yang pulang dengan berjalan kaki. Harsa, Agan, dan Sergio tidak langsung pulang seperti murid lain. Mereka akan nongkrong terlebih dahulu, biasanya hanya duduk-duduk di atas motor mereka masing-masing. Terkadang mereka merokok, atau sekedar berbincang mengenai guru yang tak mereka sukai karena menjengkelkan dan suka memberikan tugas yang sulit. "Sa, lu kan pinter, boleh lah nyontek tugasnya Bu Widya." Ujar Agan dengan seringai meledek, Sergio hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Agan. "Wani piro?  (berani berapa?)" Balas Harsa, mengembalikan seringai dan kikikan yang tak kalah meledek. "Alah duit mah gampang, yang penting kasih dulu tugas-" Perkataan Agan terpotong sebelum ia bisa melanjutkan, suara lantang itu terdengar seperti suara pria. 

"Harsa!" Suara itu membuat mereka bertiga menengok ke arah seorang pria paruh baya yang mendekati mereka, itu adalah ayah Harsa. "Papa ngapain kesini? Kan aku bawa motor, pa." Harsa turun dari motornya, berdiri di depan ayahnya. "Justru karena kamu bawa motor, kamu gak bisa se-enaknya, sa. Inget waktu, kalau sudah waktunya pulang ya pulang, bukan malah nongkrong di sini." Mendengar nasihat ayahnya, Harsa hanya mendecak pelan sambil menghela napas. Ini bukan pertama atau kedua kalinya Harsa pulang telat, melewati batas waktu pulang sekolah. Bahkan Harsa pernah pulang malam karena bermain di rumahnya Agan hingga lupa waktu. "Kalau gini lagi, Papa hukum kamu, Harsa. Ayo, sekarang ikut Papa pulang." Pria itu beranjak pergi, 

"Tapi, Pa!"

"Gak ada tapi-tapi. Pulang sekarang, Harsaka."

Harsa menghela napas frustrasi. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengeluarkan kunci motornya dan menyalakan kendaraan beroda dua itu. Kakinya dilangkahkan untuk menaiki motor itu, dan menancap gas untuk mengikuti mobil sang ayah dari belakang. Dia tak sempat berpamitan kepada dua temannya, meninggalkan Agan dan Sergio kebingungan.

• 💼 Mr. Sim | HeeJake/JakeSeungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang