HZ : 7

21 1 4
                                    

Happy Reading🌷

“Harfa?” Panggil Clarissa. Ia berdiri disamping laki-laki yang tengah fokus menatap layar ponsel.

Harfa mendongak tanpa minat untuk menjawab panggilan cewek yang berada disampingnya.

“Tugas Fisika nya udah?” tanya Clarissa. Gadis itu bukanlah tipe orang yang mudah menyerah. Apapun yang ia inginkan, maka ia harus mendapatkannya.

“Udah.” sahutnya ketus. Clarissa mengambil buku miliknya yang tergeletak di atas mejanya.

“kamu––” Clarissa menggantung ucapannya tatkala manik matanya nya bersirobok dengan sepasang mata tajam milik Harfa.

“Butuh apa?” tanya Harfa dengan malasnya.

Clarissa merasa diberi lampu hijau, ia meletakkan bukunya di atas meja Harfa. “Aku gak faham sama materinya, kamu mau kan ajarin aku?” Clarissa berbicara dengan lembut.

Awalnya Harfa merasa bebas. Ia mengira jika setelah lulus SMP tidak akan ada lagi serangga pink yang terus-terusan menganggunya.

“Ko diem?”Tanya Clarissa menepuk pelan bahu Harfa. Sontak Harfa sedikit menghindar.

Entah mengapa? Clarissa merasa canggung setelah melihat kedua manik laki-laki itu tertuju kepadanya.

“Harfa, kamu––AWW! EH LEPASIN!” Pekik Clarissa kesakitan, tatkala seseorang dari hadapannya dengan tiba-tiba menjambak rambut nya yang tergerai.

Jesy melepaskan cekalan tangannya yang menggenggam rambut Clarissa. Kemudian ia melipat kedua tangannya di dada.
“Gue kesel ya, sama lo! Ngapain lo sekolah kesini, hah!?” Tanya Jesy tanpa basa-basi. Lea dan Mayang hanya memperhatikan dari ambang pintu kelas.

“Emang nya kenapa, kalo aku sekolah kesini?” Clarissa balik bertanya dengan tampang polosnya.

“Gak usah sok polos deh!” Bukan Jesy yang menjawab, tapi Mayang yang tengah menghampirinya.

“Emang, kita udah kenal lama?” tanyanya dengan mengerutkan keningnya.

Sebenarnya, Jesy pernah menjadi teman sekelas nya Clarissa waktu SD. Dimana waktu itu, ia belum mengenal Mayang dan Lea.

“Kenal lah. Tukang caper! Anak Mama!”Sahut Jesy.

Clarissa menunduk, manik nya berkaca-kaca. “Padahal,, aku berusaha buat gak inget Mama, kenapa kalian malah ngingetin aku sama Mama?” tanya-nya sembari mengusap kedua sudut matanya bergantian.

Jesy terdiam. Ia terdiam bukan karena merasa bersalah dengan ucapannya. Namun, merasa kebingungan.

Tante Shania kan Masih ada,,” Batin Jesy.

“Kalian gak bakalan tahu rasanya hidup sendirian. Dengan mudahnya kalian malah ngingetin aku sama 'mereka',,” lirih Clarissa. Kemudian ia berlari keluar kelas.

Harfa yang mendengar penuturan Clarissa, berfikir sejenak.
Pikirannya tertuju kepada cin-cin inisial itu.

Tanpa ragu, ia melangkahkan kakinya keluar kelas. Mencari sosok perempuan yang tadi mengganggunya.

“Tuh cowok kenapa?” Tanya Mayang ketika ia melihat Harfa berjalan keluar kelas. “Ouh. Pacarnya kali ya?” Lanjut Mayang yang membuat Lea mengarahkan pandangannya ke ambang pintu.

Ada rasa tak rela saat Mayang bertanya seperti itu, tapi kenapa?

Mungkinkah? Jika Lea jatuh hati pada laki-laki pertama yang menatapnya dengan tatapan teduh?

Cuman dia. Seperti itukah, tatapan seorang Ayah seperti itu?

“Kenapa ya? Gue ngerasain sosok Ayah ada disini,,” ucap Lea pelan didalam lamunannya. Jesy yang samar-samar mendengar ucapan Lea menoleh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARZALEA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang