Tired

28 7 0
                                    

"Lo ngapain bawa gue kesini?"

Jisung tidak menjawab. Dia menarik tangan Chenle, menuju tepian sungai.

"Lo nyuruh gue bunuh diri?!"

"Gausah bawel. Lo diem di sini, tenangin pikiran Lo"

"Mau sendiri.." Chenle berucap lirih, capek dia nge gas mulu.

"Iya oke, gw pantau lu dari jauh. Secapek capek nya lu, jangan loncat."

Jisung menjauh dari Chenle, tidak terlalu jauh. Agar dia bisa mendengar keluh kesah Chenle.

10 menit berlalu, tapi Chenle hanya menatap hamparan sungai yang indah karna pantulan cahaya bulan.

Tiba tiba.. Chenle melepas jaket nya dan melemparkannya ke sembarang arah.

Agar angin menerpa seluruh kulit nya, dingin. Apalagi dia hanya memakai baju lengan pendek.

"Nggak" Chenle memejamkan matanya, merasakan angin malam yang dingin.

"Aku gak sedih karna dia selingkuh, aku gak sedih karna putus sama dia."

"Aku cuma lelah, dia kelewatan. Egois"

Jisung menatap Chenle yang berbicara sendiri.

Dalam, sangat dalam. Tatapan itu.. seakan kagum.

"Mami.. lele cape, lele butuh pelukan.."

'le..' Jisung membatin sambil menatap Chenle.

"Harusnya aku natap sungai yang indah itu, tapi ternyata.. kamu lebih indah" Jisung bergumam, lalu dia berjalan ke arah Chenle.

Chenle tidak menyadari bahwa Jisung berdiri di samping nya.

Jisung menatap wajah cantik itu, rambut yang menutupi dahi itu bergerak gerak karna angin, membuat Jisung larut dalam kagum nya.

Jisung menyelipkan rambut anak chen-

Kebalik.

Jisung menyelipkan anak rambut Chenle ke belakang telinga nya, membuat Chenle tersadar dari lamunannya, lalu dia menoleh, menatap mata Jisung.

Membuat mereka saling tatap.

Wajah cantik itu basah karna air mata.

Chenle memalingkan pandangan nya, kembali menatap sungai yang dihiasi keindahan langit malam.

"Ngapain di sini? Aku mau sendiri" ucap Chenle tanpa menoleh.

Jisung menghela nafas "menyendiri bukan lah hal yang baik Jung Chenle." Kemudian..dia memakaikan Jaket hitam miliknya pada tubuh Chenle.

Dia selalu membawa jaket itu, tapi jarang memakainya, dan itu menjadi kebiasaan nya.

"Ngapain sih bawa aku kesini? Jadi ngelamun, bikin sedih nya nambah"

Chenle itu keras kepala, dan juga sedikit kasar. Tapi jika suasana nya seperti ini, dia akan berubah menjadi lembut walau ketus.

Sebenarnya dia itu tidak kasar, dan tidak se aktif itu. Sifat itu hanya untuk menutupi rasa penyesalan nya.

Entah apa yang buat dia sedih dan menyesal karna memori masa lalu, Chenle pun tidak mengetahui itu.

"Aku gak nyuruh kamu buat ngelamun dan mikirin hal yang gak seharusnya di pikirin" Jisung mengusap wajah indah yang di basahi air mata itu.

"Kalau kamu gak mau cerita sama siapa pun, setidaknya kamu ungkapin semuanya pada tuhan, dengan di saksikan sungai indah dan langit malam yang di sinari cahaya bulan dengan banyak bintang di sekitarnya, dan tanah yang selalu mengikuti mu"

Police Psyco || JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang