23

2.7K 205 21
                                        

Kalau saja tidak ada jadwal meeting bersama klien baru pagi ini, rasanya Tsabitha masih ingin memejamkan mata, bermalas-malasan di tempat tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau saja tidak ada jadwal meeting bersama klien baru pagi ini, rasanya Tsabitha masih ingin memejamkan mata, bermalas-malasan di tempat tidurnya. Apalagi saat mendapati sisi tempat tidurnya terasa dingin karena yang menempatinya mungkin pergi entah sejak kapan. Hal itu memambah buruk mood Tsabitha saat ini.

Dengan malas ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya yang hanya terbalut gaun tidur mini nan tipis. Ia menyesali pilihannya memilih pakaian kurang bahan itu untuk tidur, sehingga mudah dilucuti oleh Dirga yang tiba-tiba pulang saat hampir tengah malam.

Sambil memunguti dalamannya yang tergeletak malang di lantai, Tsabitha mencoba merunut apa yang terjadi semalam. Entah bagaimana ceritanya perdebatan panas mereka berakhir jauh lebih panas di atas ranjang. Dirga seakaan memanfaatkan amarah Tsabitha yang masih meletup-letup, untuk membakar gairah. Emosi keduanya yang naik sejak awal menjadi semakin melesat tinggi dan berganti menjadi afeksi yang menggelora dalam penyatuan mereka.

Dan sekarang, lelaki itu kembali pergi tanpa pamit. Mungkin lelaki itu berpikir telah berhasil menaklukkan dirinya semalam, sama dengan ia berdamai dengan keputusan sepihak yang lelaki itu. Padahal, sama sekali tidak.

Tsabitha keluar dari kamar setengah jam kemudian. Tampak wajahnya masih polos tanpa riasan dan rambut setengah basah, meski telah mengenakan pakaian kantornya. Pemandangan punggung lelaki gagah dengan memakai celemek ungu menyambut indera penglihatannya.

Tidak pernah Tsabitha dapati dalam sejarah pertemanannya dengan Dirga, kalau lelaki itu peduli dengan urusan dapur. Dan, kali ini entah apa yang sedang Dirga lakukan di sana.

"Morning, Bi!" sapa Dirga saat menyadari kedatangan Tsabitha.

Tsabitha hanya menggumam tak jelas diikuti suara air yang mengalir dari pitcher menuju gelasnya.

"Lihat aku buat apa, Bi!" seru Dirga.

Sebelah alis Tsabitha terangkat melihat roti panggang di piring yang baru saja Dirga letakkan di mejanya. Cukup menggugah seleranya, apalagi setelah Dirga memberi topping maple syrup di atas roti panggang itu.

"Hongkong French Toast with Maple Syrup."

Nama makanan dengan membawa nama dua negara lintas benua itu tak mendapat perhatian Tsabitha. Ia malah menyeringai pada Dirga. "Jadi, ini hasilnya selama tinggal di rumah perempuan itu?"

Dirga sempat berpikir sebentar hingga akhirnya mengerti maksud Tsabitha. "Bukan, Bi. Kemarin anak-anak buat ini di kantor untuk sarapan. Aku coba-coba tadi ternyata aku bisa." Dirga tersenyum jenaka di ujung kalimatnya.

Tsabitha membuang muka menanggapi Dirga diraihnya kembali gelas berisi airnya yang tersisa separuh yang langsung ia teguk hingga tandas. Dirga sendiri sudah sibuk memotong roti panggang buatannya menjadi ukuran sekali suap, dan meletakkannya di piring milik Tsabitha. Namun, kegiatannya terhenti tatkala menyadari Tsabitha menatapnya nyalang. Dirga meletakkan pisaunya di sisi piringnya, sebelum duduk dan berhenti untuk pura-pura tak membaca situasi.

Waktu Yang Dinanti ✅️ | LENGKAP DI KK DAN EBOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang