Semua dikumpulkan di ruang tengah, Jean pun berada pada mereka. Albara sangat serius dengan persoalan mengapa Jean berada di gudang sana.
"siapa yang membawa Jean ke gudang?" ucap Albara serius.
Tidak ada yang menjawab, mereka takut walau memang di antara mereka tidak ada yang membawa Jean ke gudang.
Jean bingung, ia bingung sebenarnya ada apa. Mengapa mereka sangat tegang fikir Jean. Jean ingin sekali mengetahui hal ini, tapi tidak bisa.
Albara semakin tegas untuk menanyakan kepada anak anak nya itu. "SIAPA YANG MEMBAWA PUTRA SAYA KE GUDANG SANA!" bentak Albara.
Dipta takut untuk mengaku, Dipta seharusnya memikirkan apa resiko nya. Dipta memberanikan dirinya untuk mengaku.
"maaf.." lirih Dipta
Sontak mereka semua kaget dengan Dipta, karena Mahen Tama Raga Zaidan dan Eja sangat tidak mengetahui kalau Dipta lah dalangnya.
"bughhh"
Tonjokan itu melayang dari tangan Albara. Jean kaget melihat itu, ia pun memegang lengan Albara, sebagai kode untuk tidak meneruskan hal itu.
Ya walau Jean tidak paham apa yang terjadi sebenarnya, ia tidak mau ayah menyakiti mereka.
"apa ada hubungannya dengan Jean yang terkunci tadi?" fikir Jean.
Sungguh, Albara sangat kecewa dengan Dipta. Yang dia lakukan kepada Jean bisa saja jadi fatal.
"KAU BOLEH MEMBENCI JEAN, KAU BOLEH TIDAK PEDULI KEPADA NYA, TAPI KAU TIDAK ADA HAK UNTUK MENGUSIR MENYAKITI PUTRA SAYA! KAU PAHAM DIPTA?"
"SAYA TAHU KAU INGIN MENGUSIR JEAN DARI HIDUPMU BUKAN? TAPI SELAMA KAU BERADA DI RUMAH INI, KAU TIDAK ADA HAK UNTUK ITU!"
"sekali kau menyakiti Jean, tidak ada ampun bagimu." ancam Albara
Dipta meringis kesakitan, itu lebih sakit dari tonjokan Raga kepada Dipta. Apa Dipta tidak akan melakukan hal membahayakan untuk Jean?
Tentu tidak, Dipta sangat membenci anak itu. Dipta semakin membenci Jean, karena hal itu Dipta mendapatkan tonjokan dari ayah nya sendiri.
Albara pun pergi dan meninggal kan ke 7 anak nya, Jean berada di situ berdekatan dengan Eja. Jadi Jean aman, Eja lah yang akan menjaga Jean selama ia berada di rumah.
Eja merasa kecewa kepada Dipta, Eja mengenal Dipta sudah lama. Dipta bukan orang yang sangat pembenci seperti itu.
"Eja kecewa" lirih Eja menatap Dipta
Eja membawa Jean ke kamarnya, saat Eja masuk ke kamarnya, Eja melihat buku panduan.
"buku bahasa isyarat? untuk tunarungu?" ucap Eja
"apakah Jean belajar bahasa isyarat?"
"kenapa? apa dia ingin berkomunikasi?"
Eja fikir memang iya jawabannya. Jean pasti ingin sekali berkomunikasi ke orang lain. Eja sangat pandai dengan bahasa isyarat.
Eja mempunyai teman kampus nya yang sama seperti Jean. Jadi agar tidak susah, ia belajar bahasa isyarat dan siapa tau akan berguna di luar sana.
Jean sudah belajar bahasa isyarat itu sekitar 1 minggu selama di rumah sakit. Dari mana Jean mendapatkan buku itu? Dokter lah yang memberinya, Eja Albara dan Zai tidak tau jika Jean diberi buku panduan itu.
Eja menanyakan tentang buku itu menggunakan bahasa isyarat, Eja yakin Jean belajar bahasa isyarat sudah lama.
Saat Eja memakai bahasa isyarat, Jean paham dan senang. Ntah kenapa ia jadi bisa berkomunikasi lewat bahasa isyarat.
Dengan penuh kesenangan, Jean membalas bahasa isyarat itu dan menjelaskan bahwa yang memberi buku itu adalah dokter nya saat di rumah sakit.
Eja merasa senang, Eja melihat kebahagiaan sederhana di mata Jean. Walau hanya hal kecil seperti itu, Jean sangat bahagia.
follow komen vote yaaaa, biar semangat up nna :>
happy reading ^_^
******
***
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Untuk Jean
Teen Fiction[ DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Jean mempunyai 6 abang tiri, yaitu Mahendra, Tama, Raga, Adipta, Zaidan, Eja. tetapi abang Jean tidak pernah ingin menganggap Jean ada. Jean anak dari ayah Albara dengan bunda yang berbeda, bunda Jean sudah meni...