CHAPTER 4

94 39 23
                                    

"Apa semua orang mengetahui titik terendah mereka masing-masing?"


My life is so beauty…

Suara indah dari penyanyi asli Kim Taeyeon itu sayup-sayup terdengar keluar dari headphone-nya. Hazel mungkin memang tidak sadar dengan lagu yang masih terputar di playlist nya itu. Satu tangannya menopang dagu, sementara kaki kirinya sibuk menginjak-injak bumi. Hazel panik.

“Hazel!!” suara pria yang tidak asing itu terdengar kembali. Hazel tersentak, ia bahkan hampir menjatuhkan topangannya.

Ren berlari mengahmpiri Hazel. Pria itu jelas tampak sangat senang. Sementara Izzy menyusulnya di belakang.

“Dahi lo kenapa?” tanya Izzy penasaran.

Hazel bahkan baru menyadari saat Izzy bertanya. Dahinya membiru karena benturan tiang listrik kemarin. Hazel sudah mencoba menutupinya dengan make up tapi masih saja terlihat. Hingga akhirnya ia memilih menutupnya dengan perban kecil.

“Ah enggak, ini jatuh.” Hazel menjawab asal sambil cengengesan.

“Gimana sama si Jerapah?” Ren tahu-tahu menyambar. Persetan dengan Jerapah. Saat ini isi otak Hazel penuh dengan persoalan magang yang seperti tidak ada jalan keluarnya.

“Jerapah?” Tanya Izzy penasaran, sambil ikut duduk di sampingnya.

Hazel teringat ia belum menceritakan apapun tentang kencan kemarin. “Oh itu, dia cowok yang match sama gue dikencan kemarin”

Izzy mengangguk-angguk kecil. “Lancar?” tanyanya lagi singkat.

Hazel melirik Ren. Ia bahkan bisa melihat mata Ren yang kini penuh dengan rasa ingin tahu. “Nggak. Kita nggak cocok.” Mendengar itu Izzy memicingkan matanya. “Pokoknya gitu deh” tambahnya. Hazel malas menjelaskan secara detail dan bahkan ia tidak bisa mengatakannya secara jujur pada mereka.

“Lo kenapa sih Zel? Kalian kan baru pertama kali ketemu ya wajar dong kalo belum saling kenal. Ternyata bener ya Zel, lo itu  masih nggak bisa move on dari Han.” Izzy menaikkan sedikit nada suaranya. Melihat itu Ren agak panik dan memintanya untuk tenang.

Hazel menggelengkan kepalanya pelan. “Ini bukan soal Han.” Hazel diam sejenak. “ Gue udah bilang kan kemarin nggak mau ikut kencan? Gue bener-bener mau fokus magang. Zy, bahkan sampai sekarang pun gue masih belum dapet” Hazel berusaha menjelaskan. Mengingat saat kelas pagi tadi ia ditegur kembali  oleh dosen walinya karena belum juga mendapatkan tempat magang. Terlebih dosen walinya itu mempertegas jika besok lusa semua mahasiswa harus sudah mendapatkan tempat magang yang dituju. Mendengar itu sungguh membuat Hazel frustasi.

“Masih soal magang?” Izzy kembali memastikan. Hazel hanya bisa meng-iya kan.

“Lagian kenapa sih lo nggak punya temen??” celetuk Ren.

Tatapan Hazel berubah membara. “Emangnya salah gitu mereka gamau temenan sama gue?” Hazel memasang dada membalas Ren.

Hazel sudah berusaha. Jelas-jelas ia bahkan menyingkirkan gengsinya dan secara langsung meminta bergabung bersama mereka. Namun ternyata usahanya itu nihil. Mereka selalu beralasan karena tidak ingin satu kelompok dengannya. Hazel sebenarnya masih tidak mengerti mengapa semua teman kelasnya itu menjauhinya. Ia merasa tidak berbuat salah.

Izzy mengehela napasnya. “Kalian lagi ngapain sih?” ketusnya. Ia meregangkan tangannya. Memisahkan Hazel dan Ren yang saling berkacak pinggang satu sama lain.

“Awas lo ya!” Hazel menunjukkan jari telunjuknya pada Ren. Namun pria itu malah menjulurkan lidahnya. Membuat Hazel mengerutkan dahinya kesal. Lalu memeluk lengan Izzy, berharap gadis itu membelanya. Tapi Izzy malah melepaskan gengaman Hazel pada lengannya. Ia terlihat seperti sedang berpikir.

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang