"Hari pertama"
Mata Hazel berbinar. Di ujung gedung terlihat jelas logo bertuliskan Lucaa. Yap, benar hari pertamanya magang telah tiba. Akhirnya Hazel mulai bisa bernapas lega. Mulai detik ini bagaimanapun dan apapun yang terjadi ia berjanji akan selalu berusaha dengan segala kesulitan yang akan datang. Toh, hasilnya terlihat bukan? Walaupun sempat ragu dengan saran Izzy, tapi rupanya Hazel akui ide gadis itu berhasil. Terlebih Kak Shion sendiri lah yang langsung mengajaknya tanpa Hazel meminta. Kini perasaan resah itu hilang. Perasaan takut akan gagal dengan keputusan besarnya ini, Hazel sudah tidak perlu pusing lagi.
Hazel mengangguk dengan yakin. Lalu berjalan dengan semangat menuju lobi utama. Ada seorang gadis tampak seusianya tengah melambai pada Hazel.
Gadis itu menghampiri. "Hazel ya?" Katanya dengan sumringah sambil mengulurkan tangannya.
Hazel mengangguk. Kemudian membalas jabatan tangan gadis itu. "Kenalin gue Vitha" Lanjut gadis itu lagi.
"Ha-Hazel" Balas Hazel sedikit gugup. Ia melihat gadis bernama Vitha itu dari ujung kepala hingga kaki. Vitha memakai kemeja yang kebesaran dipadukan dengan rok di atas lutut. Hazel kemudian beralih pandangan mengamati sekitar. Untung saja Hazel memakai pakaian semi formal, karena rupanya para karyawan disini tidak kaku dalam berpakaian.
"Yuk ikut gue ke ruangan" Ajaknya langsung melangkah menuju lift. Hazel mengangguk.
Hazel masih takjub dengan apa yang dilihatnya saat ini. Lucaa bukanlah perusahaan besar tapi mereka mampu menembus pasar dunia fesyen. Kalau kata orang, Lucaa ini kecil-kecil cabe rawit. Dilihat dari gedungnya saja tidak sebanding dengan gedung menjulang milik perusahaan fesyen ternama lainnya. Bahkan cabang yang mereka punya pun bisa dihitung jari. Padahal kalau menerawang kasar saja sudah terlihat hasil yang mereka dapatkan sangat besar hingga seharusnya sudah mempunyai gedung yang menjulang bahkan termasuk puluhan cabang. Hazel yakin orang-orang pun mempertanyakan hal yang sama sepertinya.
Vitha mengetuk bahu Hazel menggunakan jari telunjuknya. "Lo nggak mau masuk?" Ajak Vitha menyadarkan Hazel yang entah sedang memikirkan apa.
Hazel buru-buru berjalan mengekor Vitha masuk ke dalam lift. Tangannya memencet tombol bernomor lima.
"Deg-degan ya?" Tanya Vitha lembut. Hazel hanya tersenyum kikuk, rasa gugupnya itu rupanya terlihat jelas.
Vitha sedikit terkekeh "Dulu hari pertama gue magang juga gitu kok. Tapi tetep harus semangat ya!" Hazel kembali menganggukkan kepalanya. Ia tahu sebenarnya wajar gugup di hari pertama magangnya. Terlebih disaat teman-temannya yang lain berkelompok Hazel malah sendiri menghadapi ujian magang ini.
"Kebetulan gue yang ditugaskan sama Pak manajer buat bareng sama lo selama periode magang. Jadi kalo ada apa-apa bilang aja ya ke gue, jangan sungkan" ucap Vitha dengan menyakinkan. Ucapannya itu cukup membuat Hazel sedikit merasa aman. Karena banyak desas-desus yang didengarnya persoalan karyawan tetap yang semena-mena dengan pemagang. Tapi setelah mendengar Vitha berbicara tadi, karyawan tetap rupanya tidak seburuk omongan orang-orang. Hazel berharap.
---
"Semuanya harap hentikan aktivitas kalian sementara dulu, kita ada kedatangan anak magang."Pria paruh baya bernama Pak Tomi-selaku manajer itu memberi pengumuman.
Saat para karyawan sudah mulai memperhatikan, Pak Tomi kembali berbicara "Silahkan perkenalkan diri" ucapnya pada Hazel.
"Halo semuanya, saya Hazel mahasiswi fashion design dari Universitas Axfard. Mohon bimbingannya" Hazel membungkukkan badannya, kemudian disusul tepuk tangan meriah para karyawan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake
Teen FictionHazel meyakini kesialannya itu selalu datang pada saat musim panas. Tepatnya mungkin sejak empat tahun lalu setelah ia putus dengan pria bernama Han. Hazel juga selalu menghindar dari segala kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi. Tapi acara k...