2. Lamaran

89 12 0
                                    

Assalamualaikum semua..

Jangan lupa vote, komen & share yaa!

"Kita memang harus merelakan apa yang seharusnya direlakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita memang harus merelakan apa yang seharusnya direlakan. Karena tidak semua harus kita miliki."
- Abel Ceisya Salsabila.

•°•

Abel sudah siap dengan setelan abaya yang sangat indah dan cocok saat ia kenakan.

Ia menatap dirinya di pantulan cermin besar yang ada di kamar nya itu.

Abel menghela nafas panjang, menghilangkan rasa gugup yang tengah bersemayam di dalam dirinya.

"Bismillah Abel, kamu pasti bisa. Inshallah ini jalan yang terbaik yang telah Allah takdirkan untukmu." Ia bergumam dengan sendirinya.

"Abel, Nak, turun sayang tamunya sudah datang," Abel mendengar suara uminya dibalik pintu kamarnya.

Abel menutup matanya sebentar lalu menghembuskan nafas. "Iya umi, Abel sudah selesai. Umi sama Abi duluan aja ya, Abel nyusul kok." Jawab nya.

Zafina yang mendengar jawaban putri semata wayangnya itu pun mengangguk dari balik pintu. "Yaudah kalau begitu, jangan lama-lama ya Nak," setelah mengatakan itu Zafina menyusul suaminya untuk menyambut tamu yang sudah tiba.

Abel pun dengan gesit merapihkan pakaian, walaupun sebenarnya pakaian yang ia gunakan sudah sangat rapih.

Sedetik kemudian pun ia beranjak keluar kamar menyusul Abi dan uminya.

Ia berjalan dengan pelan seraya menunduk malu serta gugup melanda nya.

Ia bisa lihat dua orang berlawanan jenis yang seperti seumuran dengan Abi dan Uminya juga tengah menatap dirinya dan satu lelaki dewasa.

"Masyaallah cantik sekali," puji wanita paruh baya.

"Aamiin, ini putri ku Nis. Abel beri salam dulu sama Tante Annisa dan Om Bastian."

Abel pun dengan langkah canggung mendekat dan mencium telapak tangan dari kedua teman Abi dan Uminya.

"Assalamualaikum, om, tante, salam kenal saya Abel." ucap Abel pelan.

Annisa mengelus pipi putih Abel dengan sayang. "Masyaallah sayang, kamu cantik sekali."

"Gak sabar mau cepat-cepat Nak Abel jadi mantu aku jeng," ucap Annisa dengan senang.

Bastian yang mendengar istrinya berucap demikian hanya bisa terkekeh.

Sedangkan Abel sudah duduk di sebelah Uminya. Ia masih menunduk malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAKHABEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang