Bab 1

7.8K 551 0
                                    

"AKH!"

Terlihat seorang pria dewasa berumur 42 tahun bangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah-engah, tangannya gemetar, dan banyak keringat keluar dari pelipisnya.

"a-apa? k-kenapa ini..?" Pria itu melihat telapak tangannya, dan melihat sekeliling, yang tampak sangat asing baginya, tapi sepertinya ia sedang berada disebuah kamar, seseorang?

Tok!

Tok!

"Tuan? Ada apa? Kenapa anda berteriak?" Tanya seseorang dari balik pintu kamar, yang terdengar sangat khawatir, dengan menggedor-gedor pintu dengan kasar.

"H-hah, Tuan? Siapa maksudnya?" Gumam Shiro bingung, ia beranjak dari kasurnya dan berjalan kearah cermin dengan terhuyung-huyung, ia pun memegang dinding sebagai penopangnya agar tidak terjatuh.

"Apa?! Siapa ini!!" Terlihat dipantulan cermin, seorang pria yang seperti sudah berumur tapi masih terlihat muda, dengan matanya yang terlihat tajam dan wajahnya yang sedikit menyeramkan, menurutnya.

"Tuan?! Apa ada masalah?!!" Teriak seorang balik pintu lagi, yang terdengar semakin khawatir dan panik.

"u-ugh sebenarnya apa yang terjadi..?" Lirih Shiro, mengabaikan orang yang diluar, ia sudah sangat pusing untuk memikirkan apa yang terjadi saat ini.

"Rasanya ingin bunuh diri lagi.." Lanjutnya, sambil menatap langit-langit kamar.

"Tuan Arkan, apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa anda tidak menjawab dari tadi!?" Tanya seseorang yang masih dibalik pintu, semakin panik.

Shiro pun menghela nafas kesal, sepertinya ruangan yang ditempatinya ini kedap suara. Tapi, kenapa orang itu tidak pergi saja atau diam terlebih dahulu?

Shiro pun dengan terpaksa menghampiri pintu dan membukanya, dan terlihat seseorang yang memakai jas hitam dengan sangat rapi, memakai kaca mata dan sepertinya sudah berumur 35 tahunan.

"Berisik, diamlah!" tegas Shiro, menatap tajam orang didepannya.

"Syukurlah anda tidak apa-apa Tuan.." ia menghela nafas lega dan ekspresinya seketika berubah, yang sebelumnya terlihat panik dan khawatir menjadi lebih tenang.

"..Kau siapa?" tanya Shiro, membuat orang yang didepannya kembali berekspresi khawatir.

"Tuan, anda tidak ingat saya? Apakah tadi kepala anda sempat terbentur? Apa yang terjadi?" tanya nya bertubi-tubi.

"Berisik.., jawab saja."

"b-baik, saya Zex, sekretaris anda Tuan Arkan."

"Huh? Tuan Arkan? Apa yang dimaksud tubuh ini? Sebelumnya dia juga manggil begitu." batin Shiro, heran.

"Tuan?" panggil Zex.

"Apa berarti, aku pindah ketubuh orang lain? Lalu tubuhku sebelumnya apa sudah mati? Pasti sudah sih.." batin Shiro, tidak mendengar panggilan Zex.

"Tuan Arkan!!" teriak Zex, membuat Shiro terkejut dan tersadar dari lamunannya.

"Ah m-maaf, ada apa?"

"Tuan jika anda sedang sakit sebaiknya anda beristirahat saja hari ini, tidak usah pergi kekantor."

"..tidak, aku baik-baik saja, aku akan pergi kekantor." Sahut Arkan, tanpa pikir panjang.

"Tapi Tuan.."

"Sudah sana pergi, aku ingin bersiap-siap dulu."

"..baik, kalau gitu saya permisi" Zex membungkuk sedikit, lalu berbalik dan melangkahkan kakinya untuk menjauh.

[Mari kita panggil Shiro dengan Arkan mulai sekarang]

Arkan melangkahkan kakinya kedalam kamar, tidak lupa kembali menutup pintu, Arkan melihat sekeliling kamar, dan berhenti saat ia melihat sebuah bingkai foto diatas laci.

Arkan Mendekati laci itu, dan mengambil bingkai fotonya, memerhatikannya dengan seksama.

"Haha, Siapa yang menulis nama dibingkai fotonya? Bodoh sekali" kekeh Arkan, melihat nama yang tertera dimasing-masing orang didalam foto.

"Tapi mereka seperti jaga jarak sekali dengan orang ini, padahal sedang berfoto sekeluarga" Lanjutnya, yang melihat 4 orang yang ada didalam foto, dengan 3 orang yang umurnya berbeda jauh, seperti menjauh dengan 1 orang yang ada didalam foto.

"Sudahlah, lebih baikku bersiap-siap saja" Arkan Menaruh kembali bingkai foto tersebut diatas laci, lalu ia pergi menuju kamar mandi.

"Hah..sialan, seharusnya tadi aku setuju saja agar tidak usah pergi kekantor, kan aku tidak tau apapun apa yang terjadi saat ini." Batin Arkan, merutuki dirinya sendiri, menyesali perkataannya.
.
.
.
.

Tbc..

Seorang Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang