Ruang Keluarga di Kediaman Tanuatmadja, 19:45 WIB.
Keegan melangkah berat menyusuri lorong yang melewati ruang tamu dan perpustakaan kecil. Tepat sebelum tangga yang menuju ke lantai dua di mana kamarnya berada, suara ayahnya menegur penuh intimidasi. "Dari mana kamu? Jam segini baru pulang!" Keegan memutar badan malas ke kanan. Dilihatnya Andreas Tanuatmadja, sang kepala keluarga, melangkah mendekat dan bersandar di kusen pintu kayu.
Pria itu bersedekap dada sembari berdecak marah. Ia menatap Keegan yang masih memakai penyamarannya sebagai seorang perempuan penuh benci. Penampilan putra semata wayang di depannya otomatis mengingatkan Adhi pada saudari kandung—yang turut ia panggil 'aneh' bersama saudara-saudara lain. "Pikiranmu sudah terkontaminasi oleh bibimu itu!"
"Jangan bawa-bawa Tante Lionny, Pa ...." Energi Keegan cukup terkuras dari mengajak Owena main vending machine dan jajan es krim sejak tadi siang. Ditambah percakapan yang tidak sengaja ia curi dengar antara Rika dan William tentang persahabatan Violet-Lionny.
"Lionny itu pembawa petaka, Keegan! Dari buyut sampai kakekmu, kita ini berjiwa pendidik! Bukan seniman yang peluk, cium, menari sana-sini sama sembarang orang!" cemooh Adhi. Ia tidak peduli teguran Janice, sang istri, yang muncul dari belakang berpakaian piyama dan mengusap-usap pundaknya mencoba mengingatkan darah tinggi yang pria tua itu miliki. "Di mana bibimu itu sekarang? Membusuk selamanya di kubur sama laki-laki idiot yang mengajaknya kawin lari!"
"Papa benci Tante Ony karena Papa pengecut!" raung Keegan tidak tahan lagi. Janice membentak putranya yang sudah keterlaluan, sedangkan kedua tangan wanita paruh baya itu sigap memeluk tubuh Adhi yang hendak melayangkan pukul ke anak mereka. Namun, sindiran Keegan tidak berhenti sampai di sana.
Remaja SMA yang belum melepaskan wignya tertawa pedih karena terpaksa mengungkit tumpukan kertas sketsa bangunan dan ruang-ruang sebuah rumah milik Adhi, dulu sekali. Kedua belah bibir Keegan bergetar kala berujar, "Papa enggak pernah bisa kasih tahu Opa hal yang benar-benar mau Papa lakuin! Papa benci Tante Ony karena dia berani ngomong dan berani memilih! Selama ini Papa jelek-jelekin Tante Ony supaya aku enggak lihat kekurangan Papa!"
"Tahu apa kamu soal Papa?!"
"Kalau gitu buat aku ngerti, Pa," pungkas Keegan mati-matian meredam kesedihan dan amarah yang masih membuat sekujur tubuhnya panas. Laki-laki yang masih berada dalam masa-masa tumpang tindih emosi remaja mulai membebaskan dua tangan di samping pahanya—yang sudah mengepal kuat sejak Adhi merendahkan karir Lionny. "Tes akting sebagai Rosalie ini caraku memilih jalan hidup sendiri. Wajahku, watak keras kepala ... mungkin menurun dari papa atau mama, tapi kita bukan orang yang sama!"
Keegan lanjut berjalan ke kamar. Jiwanya bersemangat ketika layar ponsel di kantong tas bagian depan bergetar dan menampilkan pesan singkat dari Rika tentang drama pertama yang akan dimainkan para anggota ekskul. Telunjuk Keegan mengetuk pelan bagian pinggir benda pipih kecil di tangannya. Menimbang-nimbang tugas apa yang akan ia pilih sebagai anggota baru di ekskul drama.
Kedua obsidian hijau kecokelatan Keegan naik ke foto teater pertama Lionny yang ia cetak sendiri dan ditempel di dinding kamar. Othello. Seiring batin Keegan menyebut salah satu sandiwara karya William Shakespeare, tangannya mengetik cepat bagian peran untuk produksi drama itu—tidak lupa usulan pribadi cerita yang terbesit di benaknya.
Empat hari kemudian di Ruang Kelas XII IPS 4 dan XII IPA 1, 14:55 WIB.
Di ekskul drama Rika adalah salah satu anggota yang mengajukan diri sebagai stage crew atau aktor cadangan. Akan tetapi, untuk cerita Othello yang akan diselenggarakan pada Hari Ulang Tahun Sekolah, Rika memutuskan bergabung dalam tim kostum.
"Gue enggak nyangka lo pilih jadi sutradara," komentar Rika yang baru saja memasuki tempat penyimpanan perlengkapan drama. Keegan sigap mengambil alih kardus berisi properti dan banyak lav mic yang Rika bawa.
Keegan terkekeh malu-malu sebelum menyahut, "Biar keren aja kalau nanti gue ngobrol sama sutradara film." Laki-laki itu mengacungkan jempol saat Rika membalas ucapannya dengan mengatakan ia ingin dapat tiket nonton VIP kalau temannya itu lulus tes.
Diam-diam Keegan melirik Rika yang sedang mengamati situasi ruangan kakak-kakak kelas mereka—juga ketua dan wakil ketua ekskul drama.
"Kunci butik kamu kasih ke Om Will, Rik?" tanya Keegan hati-hati. Rika menatap netra hijau laki-laki berambut panjang itu beberapa detik, lalu tersenyum dan menggelengkan kepala.
Rika duduk di salah satu bangku kelas yang telah dijajar rapi, merapat ke pinggir kelas. "Om Will bilang dia percaya gue bisa bikin butik Tante Violet hidup lagi," gumam gadis yang hari itu memutuskan mengikat rambut lurusnya dengan gaya fishtail. Rika menghela napas karena mendadak teringat obrolannya dengan William. Keresahan dan trust issue akan kesediaan Violet dulu setuju menikahinya. Keponakan wanita itu juga penasaran mengenai masa muda mendiang bibinya, sehingga Rika bertanya kepada Firdha–di hari yang sama siswi SMA itu mengobrol dengan William–bagaimana watak keseharian seorang Violet.
Di luar dugaan Rika bahwa ibunya akan mengomel seperti saat Om William datang di pagi hari, wanita yang melahirkan gadis itu justru samar-samar tersenyum sendu saat menggambarkan sosok mendiang adik perempuannya. Tante Vio-mu seperti Jo March dari Little Women, atau Katherine di film Mona Lisa Smile ... keras kepala dan selalu menentang orang lain yang mengatur-atur hidupnya, tapi dia enggak sadar karena pemikiran idealisnya—dia juga berusaha mendikte pilihan hidup ibumu ini, terang Firdha malam itu, "hei!" Keegan menjentikkan jari di depan wajah Rika yang melamun. Sementara Perempuan itu sudah sadar jarak hidungnya dan milik Keegan kurang dari sepuluh sentimeter. Keegan bisa melihat gerak pupil mata Rika bergetar dengan rona merah kian menghiasi kedua pipi, tetapi tidak membuang pandang juga darinya. "Lo lagi mikirin ap–"
"Jo March!" sahut Rika cepat. Saking terburu-buru suara perempuan itu terdengar setengah berteriak sampai Keegan sontak menegakkan punggungnya yang tadi membungkuk di depan Rika.
Kening Keegan mengernyit heran, meskipun tahu tokoh apa yang dibicarakan Rika. "Jo March yang diperanin Winona Ryder? Little Women, bukan?" Ekspresi salah tingkah Rika berubah total jadi terkejut, lalu mengangguk-anggukan kepalanya bersemangat. "Oh ... itu, sih, sering gue tonton sama Tante Ony! Di rumah gue masih ada, mau nonton bareng?"
"Wes! Pada mau nonton apa, nih?" seru suara seorang perempuan lain. Tiba-tiba Chika diikuti Kiki, ketua serta wakil ketua ekskul drama, muncul dari pintu kelas yang terbuka. Keegan merutuki dirinya sendiri bodoh karena tidak seharusnya bebas menggunakan suara asli di tempat ia sedang dites! Chika dan Kiki makin berjalan mendekat ke arah dua adik kelas mereka.
Beruntung suara Rika termasuk alto, jadi ia tidak terlalu susah menirukan suara bariton asli Keegan. "Tadi aku ngajakin Rosalie nonton," kilahnya, lalu mengulang kalimat si calon aktor tadi.
"Keren juga lo bisa niru suara laki-laki," komentar Kiki setelah terpukau selama beberapa menit.
Chika merangkul Rika dan berkata bangga, "Oh, harus, ya, Ka! Aktor cadangan Cassio, nih!"
Mendengar Chika yang mengungkit salah satu peran utama dari cerita yang dipilih, Keegan angkat suara bertanya, "Kak Chika yakin Vincent bakal tampil di hari h? Waktu kepilih, kok, dia kayak ogah-ogahan gitu, ya?" Tentu saja Keegan sudah menekan pita suaranya agar terdengar manis dan lembut—ciri khas Rosalie.
Chika dan Kiki melempar tatap satu sama lain sebelum keduanya menghela napas berat berbarengan. "Mau gimana lagi ... anak kepala sekolah ...," bisik Chika hati-hati.
Selagi Rika membalas heboh—menanyakan apakah ada lagi nepotisme di sekolah mereka, Keegan diam-diam menyeringai kecil sambil tertawa dalam hati, Cih! Baru anak kepala sekolah aja belagu!
![](https://img.wattpad.com/cover/370162542-288-k316313.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum Realitas - A Novelette [Sudah Terbit]
JugendliteraturRika terpesona dengan dunia fesyen sejak memasuki butik milik Tante Violet, Lacy's. Namun, butik selalu sepi pengunjung bahkan sampai Tante Violet wafat. Rika yang sudah beranjak menjadi siswi SMA bertekad akan membuka butik itu lagi. Rika semakin...