"Bunda, abang disini. Bukan disitu."
- Alan Shailendra.
.
.Pagi ini matahari nampak bersinar cerah. Secerah layar handphone milik laki-laki setengah baya dengan setelan jas hitam, yang sedang duduk di sebuah sofa panjang, ditemani oleh secangkir kopi di depannya.
Laki-laki itu adalah Eka, ayah dari 2 anak laki-laki tampan yang saat ini tengah menonton televisi di sampingnya. Iya, hanya 2, Cipta dan Jingga."Ayah, turunkan kecerahan hp-nya. Itu sangat silau, mataku sakit melihatnya." ucap Cipta, tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi yang menampilkan kartun berjudul Doraemon itu.
Eka mendengus. "Suka suka ayah, kamu nonton tv saja jangan berisik." jawab Eka, lalu kembali memfokuskan pandangannya pada benda pipih tersebut.
"Dasar bapak bapak."
"Ayah dengar kak."
Jingga yang dari tadi hanya diam ikut bersuara. "Biarkan saja kak, nanti lama kelamaan mata ayah pasti rusak."
"Ah, bener juga ya. Biarin aja kan udah tua."
"Kalian meledek ayah?"
"Menurut ayah?"
"Sudah sudah, jangan diledek ayahnya." ujar seorang wanita yang baru saja datang dengan 2 piring nasi goreng spesial ditangannya.
"Bilangin tuh anaknya, jangan ledek orang tua." adu Eka.
Widia tertawa kecil, mendengar aduan suaminya. "Sudahlah mas, lagian anak kamu juga. Lebih baik sekarang kamu berangkat ke kantor, katanya ada rapat?"
Eka yang tadinya fokus melihat berita di aplikasi YouTube, langsung tersadar. Dengan gerakan cepat ia langsung meminum kopinya hingga tandas, dan langsung berdiri menghadap istrinya.
"Mas lupa, makasih udah ngingetin mas." ucapnya.
Widia hanya membalasnya dengan senyuman. Setelah itu, Eka mengusap pelan rambut kedua anaknya, lalu beralih mengecup kening istrinya. Kemudian ia segera bergegas keluar rumah untuk berangkat ke kantor.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Setelah kepergian suaminya, Widia mendudukkan dirinya di samping kedua anaknya yang sedang asyik menonton tv. Ia meletakkan dua piring nasi goreng yang tadi ia buat untuk sarapan anaknya di atas meja kecil yang terletak di depan mereka. Cipta dan Jingga yang melihat itu, menghela napas panjang. Mereka tidak suka sarapan pagi, karena setiap selesai sarapan, mereka akan merasa mulas, dan ujung ujungnya mereka akan berakhir di kamar mandi.
"Sarapan dulu, sebentar lagi kalian berangkat, kan? tv nya matikan dulu." ujar Widia saat melihat reaksi yang ditunjukan kedua anaknya. Ia tau anaknya tidak suka sarapan pagi.
"Bunda, adek ga suka sarapan."
"Kakak juga, nda."
Widia menghela napasnya. "Pagi ini aja. Masa setiap hari ngga mau sarapan? Ayo makan dulu, setelah itu berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
SI SULUNG ALAN (SLOW UP)
Short StoryAlan Shailendra, seorang anak laki laki yang selalu berharap bisa mendapatkan kehangatan di dalam rumahnya. Menjadi seorang kakak, tentu bukanlah hal yang mudah. Seperti yang dirasakan Alan. Sebagai anak sulung di keluarganya, Alan harus menjadi con...