03.PERSONA

314 36 2
                                    

“Bahkan ibuku tak tahu, apa yang diriku rasakan selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bahkan ibuku tak tahu, apa yang diriku rasakan selama ini. Apa harusnya aku yang mati, saat itu?”


03.PERSONA

Seperti biasa, hari ini adalah jadwal Sajeha menjenguk ibunya dirumah sakit. Anak laki-laki itu tak lupa, menyiapkan makanan kesukaan ibunya, puding nanas.

"Tuan Jeha, mobil dan supir sudah menunggu tuan didepan," ujar bibi pada Sajeha.

"Hm, sebentar lagi bi, Sajeha turun!" jawab Sajeha menjawab bibinya.

"Baik tuan."

Sajeha menghelakan nafasnya dengan kuat, "Apakah hari ini bakalan baik-baik saja?" ujarnya dalam hati sebelum pergi menjenguk sang ibu, dengan sorot mata tak percaya diri.

30 menit perjalanan.

#RUMAH SAKIT JIWA AMPINDO

Sajeha melangkahkan kakinya, berjalan menuju koridor rumah sakit tersebut. Ditangan kanannya menenteng makanan kesukaan ibunya, sedangkan tangan kirinya menenteng sebuah buket bunga mawar putih.

"Selamat sore, tuan Sajeha!" sambut seorang suster rumah sakit jiwa tersebut, ramah.

Sajeha mengangguk pelan, "Sore, sus!"

"Mau langsung kekamar nyonya?" tanya suster tersebut.

Sajeha langsung mengangguk pelan.

"Mari, suster antar!"

"Terima kasih." ucap sopan Sajeha, kemudian mengikuti langkah kaki sang suster, menuju kamar milik ibunya dirawat.

Klek!

Suara pintu terbuka.

Seorang wanita dengan rambut sebahu, memandang kosong kearah jendela dengan mata yang penuh dengan kekosongan.

"Mah," lirih Sajeha yang kini menatap punggung ibunya dari pintu.

Wanita itu langsung menoleh kearah suara tersebut. Ya, dia adalah ibu Sajeha, wanita yang melahirkan anak laki-laki yang menatap dirinya itu sekarang.

Wanita itu menatap dengan kedua matanya yang sudah memerah, "Dimana putraku?" tanya wanita itu dengan nada sedih, "DIMANA PUTRAKU, JAWAB!! JAWAB SEKARANG DIMANA!!" teriakan sang ibu kembali membuat Sajeha takut dan trauma.

"Nyonya tenang, ini Sajeha, putra nyo—"

"BUKAN! BUKAN DIA BUKAN PUTRAKU, DIA BUKAN PUTRAKU," wanita itu terus memberontak setiap bertemu Sajeha yang merupakan putra bungsunya, dirinya seakan tak pernah menganggap Sajeha sebagai putranya.

Jemari Sajeha terlihat bergetar, sorot matanya kembali tak fokus. Dirinya kembali menggretakkan giginya semakin kuat dan kuat. Kakinya semakin lemah hingga terasa ingin jatuh, ketika ibunya kembali meneriakkin bahwa dirinya bukan putranya.

PERSONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang