07.PERSONA

285 31 3
                                    

"Sejauh manapun dunia mengubahmu, kamu tetap ibuku, dan aku adalah anak laki-lakimu."


07.PERSONA

Jam kelas mereka sudah menunjukkan pukul 09:30 pagi. Jam pertama mata pelajaran mereka kini telah usai.

Sampai jam pertama selesai. Sajeha, anak itu tidak kunjung muncul dikelasnya. Padahal dirinya sangat jarang absen.

"Jay, lo ngeliat Jeha?"

Jay langsung menoleh kesumber suara yang tak asing ditelinganya itu.

Jay mengernyit tipis, "Ngapain lo nanyain Sajeha?" tanya Jay kepada Haru, anak yang menanyakan keberadaan Sajeha.

Haru pun langsung menghelakan nafasnya kasar, menatap Jay, "Dia bilang mau bimbel matematika sama gue," jawab Haru membuat Jay terkekeh mengejek.

"What?" jeda Jay bertanya tak percaya, "what are u say? Seorang Jeha minta ajarin sama kunyuk kaya lo?" Jay tak berhenti menatap Haru.

Karna sudah malas meladenin, Rubah satu ini. Akhirnya, Haru lebih memilih minggat dari hadapan Jay.

"Woy! Malah pergi lagi!" sentak Jay tak terima ditinggalkan begitu saja.

Ding...dong...ding...

Bel mata pelajaran kedua akan dimulai.

"Haru, lo bakalan lanjut kuliah dimana?" tanya seorang siswi bernama Hera, yang duduk tepat didepan Haru.

Haru yang tadi sibuk menulis, kini menghentikan pulpen miliknya, "gue belom tau, mau langsung lanjut atau nggak," jawab Haru tak begitu yakin.

"Kenapa?" lanjut tanya Hera.

"Beasiswa gue cuman sampe SMA," kata Haru menjelaskan.

Hera mengernyitkan dahinya tipis, "Tapi lo kan bisa ambil program Ampindo collage beasiswa," jelas Hera memberi tahu Haru.

Haru menganggukkan pelan, "Iya, tapi kayaknya gue bakalan nunda dulu," ujar Haru kepada Hera.

Hera pun menganggukkan kepalanya, mengakhiri pertanyaannya.

Titt...tittt...

Message!
From : xxxx

Jam 5 sore gue tunggu, didepan perpustakaan kota!

Haru mengernyitkan dahinya, setelah mendapatkan pesan tanpa nama itu. Tanpa pikir panjang, Haru langsung menebak kalo itu adalah Sajeha.

***

Mata Jiho hanya menatap dari jauh, bagaimana dia menyaksikan sang ayah, yang sedang mengelapin sebuah pas foto didepannya.

Jiho tercengir miring, "Wah, gila. Bukan cuman terobsesi, tapi dia juga ingin membunuh jiwa putra bungsunya agar menjadi seperti putra pertamanya," guman Jiho bergidik ngeri, dengan akan apa yang baru saja ia saksikan. Bahwa sang ayah, sering berbicara sendiri didepan foto anak pertamanya, Sean Sobin.

Seandrean menatap lama foto pertama anaknya, Sean Sobin.

Terukir senyuman tipis di raut wajah Seandrean, "Ayah akan mengembalikan dirimu kembali, Sobin!" ucap pelan Seandrean, seolah masih tak menerima putra pertamanya meninggal begitu saja.

PERSONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang