03. Penghapus Terbang

0 1 0
                                    

Hari ini, SMA Argudana kembali dibuat ramai dengan kabar kembali nya salah satu siswi yang cukup terkenal dalam pencapaian prestasinya. Bahkan sampai ada yang bilang "Apa sih yang gak bisa di lakuin sama dia?".

Siswi itu bernama

"Livia Zanetti, dari IPA satu tolong panggilkan ya Aresia."

"Kenapa saya pak?"

"Karena kamu yang arah nya ke lantai tiga, toh juga nanti kamu bisa ketemu Degar."

"iya udah kalo gitu Sia pergi dulu."

"Iya iya, Terimakasih yaa."

Aresia pun keluar dari kantor dengan menghentakkan kakinya kuat kuat, ia kesal karena disuruh memanggil Livia. Sementara ia dan Livia adalah rival, rival dalam menyukai Degar. Sebenarnya hanya Aresia saja yang mengasumsikan itu, pihak Livia bahkan tidak peduli dengan perrivalan itu.

"Ini perasaan gue aja, atau emang kelas IPA satu jauh banget?" Dumel Aresia, sambil melihat kanan kiri koridor milik kelas IPA yang sepi dan tertata rapi.

Koridor kelas tiga di SMA Argudana memang terpisah IPA sendiri dan IPS sendiri, tapi mereka tetap berada di lantai yang sama yakni lantai tiga.

Sesampainya Aresia di depan kelas IPA satu, ia bisa merasakan hawa yang amat mencekam. Atmosfer disekitar nya seperti memanas berbarengan dengan sampainya ia depan pintu.

Sampai Aresia memutuskan untuk mengetuk pintu dengan perlahan dan mencoba membuka sedikit.

"Permisi, guys tolong pangg-

Ucapan Aresia terpotong kala sebuah penghapus kayu melayang tepat ke arah jidatnya, dan sukses memberi sedikit warna biru di jidat Aresia.

"Siaaa!!" Panik Arta yang disusul Gian lalu menghampiri Aresia yang mengelus-elus jidatnya.

"Lo gapapa Sia? Ini berapa? Siapa gue? Lo masih suka  Degar kan? Rumus perhitungan dinamika penduduk total apa Sia? Jawab Sia!!" Ucap Arta sambil menggoyang-goyangkan tubuh Aresia.

"Ta stop, Sia gak selemah itu kali." Jawab Gian sambil menghentikan Arta.

"Gak gue gapapa, itu tolong panggilin Livia dipanggil Pak Danur di kantor."

"Iya iya, yaudah sekarang lo balik ke kelas atau ke uks kompres memar lo nanti gue panggilin Livia nya." Jawab Arta dan menuntun Aresia agar cepat keluar kelas.

"Kenapa? Kelas lo ada yang berantem? sampai penghapus melayang begitu." Tanya Aresia sambil mencoba melihat kedalam, namun yang bisa ia lihat hanya siluet Degar yang berdiri membelakanginya dan sedang berhadapan dengan seseorang.

"Nanti gue ke uks, kompres dulu yaa biar gak nambah biru." Ucap Arta lalu mendorong Aresia agar segera menjauh dari kelas.

Setelah Aresia pergi, Arta dan Gian pun saling menatap dan membuang nafas berat.

"Gila tu cewe, untung yang kena bukan guru." Ucap Gian.

"Udah ayo masuk, bisa bahaya kalo Degar juga emosi."

✧—DESIA—✧

| UKS |

"Varoo~, ada kompersan tidak?" Sahut Aresia, sambil beranjak masuk.

"Kenapa Kak Sia??" Jawab seorang lelaki yang tengah merapikan kotak P3K.

"Ada kompres? Aku mau ngompres."

Varo pun melihat pada jidat Aresia yang sedikit membiru, dan segera menyiapkan kompersan.

✧DESIA✧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang