03. Sinful face

113 26 3
                                    

Setelah menghabiskan waktu belajar mengenai sejarah kerajaan Arfeen, kini Anastasia bersama ibunya tengah menikmati secangkir teh susu hangat. Didalam ruangan luas yang berisikan artikel mengenai kesuksesan perusahaan Beverly, perusahaan yang dipimpin oleh ayahnya. Tiap artikel dipajang menggunakan figura kaca yang mahal, tempat yang cukup membosankan yang amat disukai oleh Merry; ibunya, untuk menikmati teh. Menurut Anastasia, Seleranya terlalu kaku untuk seorang yang begitu cantik.

"Ann, bagaimana perasaanmu?" Tanya Merry.

"Saya merasakan... Kenyang." Jawabnya serius.

"Astaga, Ann..." Kata Merry ketika melihat tangan putrinya kembali mengambil potongan terakhir Pie apple. "Apa pelajaran mu dengan Tuan muda Hardian akan berjalan lancar jika kau bersikap seperti ini?"

Pikiran Merry untuk segera membuat Anastasia belajar tatakrama kian membara saat melihat tingkah Anastasia yang luarbiasa.

Menyimpan sebentar kue yang telah di gigitnya, Anastasia lantas menundukkan kepala, menatap kakinya yang kini memakai sepasang sepatu lembut bewarna putih. Perempuan itu mendesah saat menatap mata ibunya.

"Bagaimana ini? jika tidak berjalan lancar, haruskah saya berlari? jika begitu izinkan saya mengganti sepatunya." senyuman ragu-ragu tersungging di bibirnya saat menatap ibunya.

"Saya tidak suka menggunakan sepatu putih untuk berlari, Saya lebih suka warna kuning." tambah Anastasia.

"Berjalan lancar, berlari lancar, la lala lalala~." senandungnya penuh ceria.

Merry memutar bola matanya lelah.
"Jika terus seperti ini, kau benar-benar akan ibu jual, Ann." ancam ibunya dengan mata yang melotot.

Tubuh Anastasia menegang melihat tatapan yang sama seramnya dengan cerita hantu, "Maafkan saya. Tolong jangan jual saya." katanya dengan suara yang gemetar nyaris menangis.

Kemudian, sikap ibunya melunak, ia menatap pada mata lilac sang Putri dengan lembut."Ingat ini Ann, jangan asal berbicara di depan tuan muda, jika kau tidak mengerti apa yang dikatakannya, cukup diam. Mengerti?"

Anastasia menganggukkan kepalanya, "Namun ibu..."

"Ada apa?"

"Saya ingin memakai sepatu kuning, agar bisa berlari."

"Nah, nah! Ya Tuhan Ann, apa yang harus ibu lakukan dengan mulutmu itu." Ibunya buru-buru memasukkan cookies pada mulut Anastasia sebelum perempuan itu kembali berbicara.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu terdengar membuat sepasang mata ibu dan anak melirik ke arah pintu, dan kemudian saat pintu terbuka memperlihatkan Cesar; Ayah Anastasia yang datang bersama dengan Hadrian di sampingnya.

"Silahkan masuk Tuan muda." Kata Cesar sang kepala keluarga pada Hardian.

Hadrian melangkah mantap, lantas dengan gerakan yang luwes ia menganggukkan kepalanya untuk memberi salam, "Selamat siang," sapanya dengan senyum yang manis diwajahnya.

"Selamat siang Tuan Muda, selamat datang di kediaman Beverly." kata Merry dengan ramah.

Setelahnya Merry melirik kearah Anastasia, begitupun dengan Cesar yang menatap penuh gelisah pada putrinya. Melihat kedua orangtuanya yang menatapnya dengan penuh arti barulah Anastasia sadar.

"Oh!" Anastasia lalu mengingat apa yang seharusnya ia lakukan, padahal ia telah belajar berulang kali dengan ibunya.

"Se- selamat siang Tuan Muda Hadrian. Su- sungguh senang bisa bertemu dengan Anda. Mohon bimbingannya utuk kedepannya." suaranya begitu terbata-bata, namun Anastasia berhasil mengatakannya. Tak sia-sia ia berlatih! Pikirnya senang.

ATREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang