01. How did we meet

356 36 2
                                    

Suaranya riuh. Ruangan besar yang lama terkunci kembali terbuka, lilin-lilin menyala di dalam hiasan gantung yang menyilaukan bak kristal, kaki kecilnya melangkah penuh kebingungan, hanya karena ia berusia 9 tahun bukan berarti ia tak boleh melihat kemewahan ini bukan? Rambut hitamnya yang pendek terbang karena kain yang di kibaskan oleh pelayan. Mengusap matanya yang terkena debu mata lilac bulat itu menemukan sorot mata yang menakutkan.

Kembali ia merasakan sesak di dadanya, ia ketakutan dan tanpa di sadarinya ia menangis, ia menyatukan tangannya tanpa bersuara, "Maafkan saya ibu, saya tak akan melihat ballroom lagi," isaknya.

Di saat semua pelayan hilir mudik tanpa menaruh perhatian pada mereka, sorot mata wanita di depannya kian menajam dengan bibir yang melengkung penuh senyuman. Semuanya semakin jelas menakutkan bagai hantu yang bergentayangan.

Terdengar langkah kaki yang berat mendekat dari arah belakangnya, lelaki dewasa mengangkat gadis mungil dengan bola mata lilac itu ke pangkuannya, "Kau tak ingin namamu keluar sebagai berita utama bukan? Berita dengan judul Putri nakal yang akan di jual." ia mencubit hidung kecil anak di pangkuannya.

"Ayah... Saya tidak ingin di jual." jawabnya dengan air hidung yang meleber.

Tawa seketika meledak saat mendengar rengekan putrinya yang di sertai dengan air muka yang berantakan, ia adalah Cesar Beverly, seorang pengusaha yang fokus di bidang pencetakan koran yang namanya cukup terkenal di kerajaan Arfeen.

Wanita di depannya yang sebelumnya mengeluarkan tatapan tajam, hanya bisa menghela nafas lelah, "Jika tidak ingin di jual, maka jangan membuat ibu lelah mencari mu, Anastasia."

"Maafkan saya Ibu, saya penasaran dengan pesta."

Wanita itu mengambil alih, di pangkunya Anastasia menuju ballroom yang telah terisi meja-meja serta hiasan menakjubkan, "pesta bukan hal yang menyenangkan, Anna."

"Apa anda akan menangis ibu?" Anastasia bertanya pelan, saat ia melihat mata ibunya yang berkaca-kaca.

Sorot mata ibunya terlihat rumit, meski memiliki Netra cerah bagai anggur yang sama dengannya, namun Anastasia tak bisa mengerti ibunya.
"Sudahlah, kita harus bersiap-siap,"

"Kita??" mata Anastasia berbinar-binar. "Apa kali ini saya boleh ikut pesta?"

"Benar, ayahmu mengundang serta anak-anak. Kau mungkin akan memiliki seorang teman? Atau bahkan lebih." mereka berjalan menuju kamar Anastasia.

"Aku senang sekali!!!" ia begitu senang, hingga sesaat setelah tiba di kamarnya ia melompati kasurnya dengan girang.

Saat ibunya kembali membawa gaun, matanya kembali menajam, "Anastasia!" bentaknya, "bersikaplah dewasa, kau harus terlihat seperti seorang bangsawan."

Mata itu berkedip lugu, "Ibu, ayah bilang kita bukan bangsawan, jadi mengapa harus seperti mereka di saat kita bukan bagian dari mereka?" ia menunduk, bertanya dengan nada yang berbisik.

"Dunia ini keras, Anastasia."

"Dunia? siapa itu dunia?" tanyanya.

"Tempat yang saat ini kau pijak, Anna."

"Tapi ibu, tanah yang saya pijak tidaklah keras." jawabnya, "kemarin saya menggali tanah dengan paman Josh dan itu tidaklah keras."

"Beruntunglah kau Josh!" geram ibunya, "baiklah berhenti membahas itu, ibu akan membuat kau menjadi cantik."

Tangannya dengan lembut membingbing putrinya untuk berganti pakaian, kamar luas dengan banyaknya kaca besar membuat kamar ini terang oleh cahaya, warna merah muda yang lembut di sepanjang dinding seolah bersinar terang, di samping ranjang tercium aroma teh lavender yang telah di bawa sebelumnya, suasana yang tenang untuk menikmati waktu antara ibu dan anak.

ATREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang