بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
assalamualaikum.
- selamat menggulir halaman ini! -
***
Tiga hari kemudian.
Fathar kembali pergi kuliah dan bekerja seperti biasanya. Sekitar pukul 8 malam, pekerjaan Fathar yang di cafe telah selesai, ia ingin segera pulang ke Apartemen.
Tapi Fathar lupa, ia harus pergi ke rumah Pandi untuk memenuhi undangan dari temannya itu. Hanya makan-makan sederhana, untuk merayakan Vandy yang lulus sidang skripsi beberapa waktu lalu.
Ponselnya yang berada di saku celana bergetar, membuat Fathar sigap mengambilnya. "Halo?"
"Thar, lo di mana? Kita udah pada ngumpul di rumah si Pandi." terdengar suara Fauzi dari seberang telepon.
"Bentar lagi, gue baru selesai kerja Zi. Mulai ajalah udah, kalau nunggu gue takutnya kelamaan."
"Serius nih lo gapapa?"
"Ck, iya elah."
"Yaudah iye, hati hati lo. Nanti kabarin kalau ada apa-apa."
"Iya, aman." Tut.
Disimpannya kembali benda pipih itu ke dalam saku celana. Fathar berjalan menuju mobilnya yang terparkir di halaman cafe. Sebelum pergi ke rumah Pandi, ia sudah lebih dulu mengabari Saheera bahwa dirinya pulang lebih lama.
Ra, aku ke rumah Pandi dulu ya, kamu tidur duluan aja.
Sedang apa Saheera, Fathar tidak tahu. Karena saat mengirim pesan, posisinya Saheera tengah tidak on.
Ia pun mulai menginjak pedal gas dan pergi meninggalkan pekarangan cafe.
***
Di sisi lain, Saheera yang baru selesai menyuci piring, tiba-tiba saja merasakan sakit yang teramat nyeri di perutnya. Awalnya Saheera mengabaikan saja punggungnya yang terasa nyeri itu, tapi lama kelamaan ia tidak tahan.
Tangannya reflek memegang ujung wastafel. Saheera mengigit bibir bawahnya menahan rasa sakit yang menyerang. "Ya Allah kenapa ya..."
"Shh... Akhh," Saheera mengelus pelan perutnya yang mulas sekali. "Astaghfirullah," Saheera mengucap lirih.
Wanita itu berusaha berjalan ke kamarnya dengan perut yang masih terasa sakit. Rasanya seperti ada yang meremas-remas perutnya, membuat air mata Saheera luruh seketika.
Diraihnya ponsel yang ada di kasur itu, Saheera segera menghubungi Fathar.
"Assalamualaikum, iya kenapa Ra?"
"F-Fathar, perut aku sakit."
"Ra? Bentar sayang, aku lagi di jalan ini. Aku pulang ya, bentar kamu tahan dulu."
Saheera mengigit kuat bibir bawahnya hingga berdarah, ia menggeleng pelan. Matanya melebar saat melihat cairan bening mengalir di sela-sela kakinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
New Love
Teen Fiction𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰! __ Fatharazka Al-Gifari tak pernah menyangka, satu kebohongan kecil akan mengubah seluruh hidupnya. Demi menghindari perjodohan yang telah dirancang orang tuanya, Fathar nekat mengaku sudah memiliki...