3: Troublemakers

323 50 4
                                    

Sejak dirinya ditarik sang kembaran keluar dari ruang kelas, Krystal tak ada hentinya menghela napas dan menggerutu di depan pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak dirinya ditarik sang kembaran keluar dari ruang kelas, Krystal tak ada hentinya menghela napas dan menggerutu di depan pemuda itu. Perjalanan mereka di sepanjang koridor juga turut menarik atensi semua murid di sana. Dua wajah asing yang tampak sangat rupawan itu menjadi titik fokus semua murid SMA Airlangga. Apalagi adegan tarik menarik antar keduanya yang sempat terjadi semakin membuat perhatian semua pasang mata tertuju kepada mereka tanpa terkecuali.

"Orang gila! Ngapain lo ngajak gue ke sini? Gue laper mau ke kantin!!" Krystal menendang kaki kiri Denise dengan raut kekesalan yang meluap. Keduanya saat ini sedang berada di warung kelontong yang terletak tepat di belakang sekolah, tempatnya sedikit kumuh dengan beberapa meja dan kursi yang juga penuh coretan.

Denise mendekap kepala Krystal dengan kedua telapak tangannya, berusaha menghentikan tendangan gadis itu yang semakin membabi-buta. Jujur saja, tenaga gadis itu tidak bisa dianggap remeh, membuat Denise dibuat kewalahan pada akhirnya. "Diem woi!! Bocil harus lebih sopan sama yang lebih tua!"

"Anjir! Ga usah belagu!! Kita cuma beda beberapa menit doang, lo ga usah gila hormat, deh!" Krystal menambah ritme tendangannya pada pemuda itu, sebelum akhirnya memilih berhenti dan bersedekap dada seraya memperhatikan sekitar.

Gadis itu mengedarkan pandangan ke semua sisi warung itu, banner dengan tulisan "Warung Bu Jani" juga menjadi perhatian gadis itu. Keberadaan warung itu sangat kontras dengan bangunan modern di sekitarnya, membuat Krystal mulai menduga suatu hal. "Hmm, pasti ada orang dalam."

Pastinya tidak mudah mempertahankan eksistensi warung kelontong seperti ini di area kawasan elite Jakarta. Apalagi letaknya tepat di belakang SMA Airlangga, hanya berjarak beberapa langkah kaki dari gerbang belakang. Pihak sekolah tentunya tidak semudah itu membiarkan lingkungan di sekitarnya terlihat tidak terawat dan mengganggu pemandangan. Gelar sekolah paling bergengsi juga sudah melekat pada sekolah milik salah satu keluarga konglomerat itu.

"Lo tau tempat ini dari mana?" Krystal menatap kembarannya dengan pandangan menyelidik. Sedangkan Denise mulai berjalan ke arah kursi dan duduk manis di sana, sembari menopang dagu menatap Krystal.

"Kepo! Yang pasti gue udah survei duluan sama semua hal di sekolah ini." Denise tersenyum pongah.

Krystal mengedikkan bahu, memilih tidak menanggapi lagi perkataan yang keluar dari mulut Denise. Gadis itu hendak berjalan ke dalam warung itu, namun kemunculan wanita paruh baya di sana mampu mengalihkan perhatian gadis itu.

"Eh, neng cantik murid SMA Airlangga, ya?" Wanita itu menatap Krystal dengan wajah berbinar terang.

Krystal menanggapi dengan senyuman yang teramat manis. "Iya, bu. Saya murid baru di SMA Airlangga."

"Oh gitu, nama saya Bu Jani, neng. Saya udah belasan tahun buka warung di sini. Kalau nama neng cantik ini siapa?"

Krystal mengangguk mengerti. "Saya Krystal, bu."

Krystal: The VengeanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang