Hadiah impian untuk ulang tahunku 3

36 17 6
                                    

Berapa minggu kemudian, William dan Alfredo berduaan. "Astaga, tuan Alfredo Banderas. Apakah aku mengganggu?" tanya William sambil mendekat. "Tidak, William Simanjuntak. Rasanya aku ingin tidur" jawab Alfredo sambil merasa lunglai. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Bagaimana jika aku temani?" tanya William sambil berbisik. "Tidak, William Simanjuntak. Sepertinya kau sibuk" jawab Alfredo sambil menolak halus. "Tidak, tuan Alfredo Banderas. Biarkan aku menemanimu" kata William sambil memeluk. Seketika itu juga, Alfredo pasrah.

Sementara itu di atas gazebo, Denny melihat William pergi. "Astaga, tuan Alfredo Banderas. Apakah aku mengganggu?" tanya William sambil mendekat. "Tidak, William Simanjuntak. Rasanya aku ingin tidur" jawab Alfredo sambil merasa lunglai. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Bagaimana jika aku temani?" tanya William sambil berbisik. "Tidak, William Simanjuntak. Sepertinya kau sibuk" jawab Alfredo sambil menolak halus. "Tidak, tuan Alfredo Banderas. Biarkan aku menemanimu" kata William sambil memeluk erat. Seketika itu juga, Denny sedih.

Sementara itu di dalam rumah, William sedang tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku membuat diri kita bersatu" kata William sambil tersenyum. "Astaga, William Simanjuntak. Darimana kau memiliki tali itu?" tanya Alfredo sambil terkejut. "Tenang, tuan Alfredo Banderas. Tunggulah beberapa saat" jawab William sambil tersenyum lebar. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Alfredo sambil terkejut. "Tenang, tuan Alfredo Banderas. Aku akan melepas celanamu" jawab William sambil tersenyum dan merangkak pelan-pelan. Seketika itu juga, Alfredo mulai merasa kepalanya sedikit pusing.

Sementara itu di ruang tengah, Alexander sedang menyapu. "Hai, Edward Simanjuntak. Apakah kau ingin kopi?" tanya Alexander sambil menawar. "Baiklah, Alexander Radjah. Rasanya Aku tidak keberatan" jawab Edward tersenyum. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Aku akan membuatkan" kata Alexander sambil berjalan pergi. "Tunggu, Alexander Radjah. Apakah TJ bersama teman-temannya?" tanya Edward sambil merokok. "Bukan, Edward Simanjuntak. Victoria dan TJ berbelanja" jawab Alexander sambil turun. "Baiklah, Alexander Radjah. Dimana Brandy dan Wishky?" tanya Edward sambil merokok. "Tenang, Edward Simanjuntak. Mereka sedang dalam kamarku" jawab Alexander sekali lagi. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di sebuah kedai, Victoria dan TJ sedang berbicara.
"Baiklah, mama tersayang. Sekarang saatnya kita pulang" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Baiklah,TJ anakku tersayang. Sekarang saatnya kita pulang" kata Victoria sambil tersenyum. "Baiklah, mama tersayang. Sepertinya tuan Alfredo sedang bersama dengan kakak William" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Tentu saja, TJ anakku tersayang. Sepertinya tuan Alfredo sedang bersama kakak William" kata Victoria sambil berdiri membelakangi badan TJ. Seketika itu juga, mereka berdua terdiam sambil terus berjalan.

Sementara itu di sebuah kamar, William sedang tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Hentikan perbuatanmu" kata Alfredo sambil meronta-ronta. "Tidak, tuan Alfredo Banderas. Aku tidak akan berhenti" kata William sambil tersenyum. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau inginkan?" tanya Alfredo sambil mendesah. "Tidak, tuan Alfredo Banderas. Nanti akan aku jelaskan" jawab William sambil melepas celana. "Astaga, William Simanjuntak. Kenapa kau melepas celanaku?" tanya Alfredo sambil terkejut. "Tenang, tuan Alfredo Banderas. Nanti akan aku jelaskan" jawab William sambil tersenyum lebar. Seketika itu juga, Alfredo telanjang bulat di atas ranjang.

Sementara itu di sebuah kedai, Victoria sedang asyik bercerita. "Baiklah, TJ anakku sayang. Sekarang saatnya pulang" kata Victoria sambil tersenyum lebar. "Baiklah, mama tersayang. Sekarang saatnya pulang" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Baiklah,TJ anakku sayang. Sekarang saatnya pulang" kata Victoria sambil menutup bagasi. "Baiklah, mama tersayang. Biarkan aku yang menyetir" kata TJ sambil memberikan usul. Seketika itu juga, mereka berdua segera pulang ke rumahnya.

Sementara itu di ruang lainnya, Alexander sedang duduk sendiri. "Woof... Woof... Woof..." kata Chiko sambil terus menyalak. "Astaga, Chiko. Apakah yang kau lakukan?" tanya Alexander. "Woof... Woof... Woof..." jawab Chiko sambil terus menyalak. "Stop, Chiko. Jangan berisik!" kata Alexander sambil melarang. Seketika itu juga, Chiko pergi menjauh dari kusen pintu.

The BloodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang