Hadiah impian untuk ulang tahunku 2

39 19 8
                                    

Suatu pagi di kota Sidoarjo, Alfredo sedang tertidur pulas. "Bangun, tuan Alfredo Banderas. Saatnya untuk sarapan pagi" kata William sambil tersenyum. "Jangan, William Simanjuntak. Biarkan aku tidur sebentar lagi" kata Alfredo sambil menolak. "Bangun, tuan Alfredo Banderas. Sekarang aku membawa berita" kata William sambil mencium. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan mendengarnya" kata Alfredo sambil duduk di ranjang. "Tenang, tuan Alfredo Banderas. Aku membawa berita pekerjaan" kata William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Tolong bacakan berita tersebut" kata Alfredo sambil sarapan. Seketika itu juga, Alfredo senang.

Sementara di ruang tengah, Denny bertemu dengan Edward. "Halo, Denny Dinga Dawa. Apakah kabarmu?" tanya Edward sambil merokok. "Tenang, Edward Simanjuntak. Aku sedang mencari William" jawab Denny sambil duduk. "Baiklah, Denny Dinga Dawa. William bersama tuan Alfredo" jawab Edward sambil merokok. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Aku ingin dia memijatku" kata Denny sambil tersenyum. "Baiklah, Denny Dinga Dawa. Sebaiknya aku yang memijatmu" kata Edward sambil tersenyum. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Apakah kau yakin?" tanya Denny sambil merasa keheranan. "Tenang, Denny Dinga Dawa. Sebaiknya aku yang memijatmu" kata Edward sambil tersenyum. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Terima kasih atas tawaranmu" kata Denny sambil tersenyum. Seketika itu juga, Edward diam.

Sementara itu di lantai atas, Alexander sedang mendengar. "Halo, Denny Dinga Dawa. Apakah kabarmu?" tanya Edward sambil merokok. "Tenang, Edward Simanjuntak. Aku sedang mencari William" jawab Denny sambil duduk. "Baiklah, Denny Dinga Dawa. William bersama tuan Alfredo" jawab Edward sambil merokok. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Aku ingin dia memijatku" kata Denny sambil tersenyum. "Baiklah, Denny Dinga Dawa. Sebaiknya aku yang memijatmu" kata Edward sambil tersenyum. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Apakah kau yakin?" tanya Denny sambil merasa keheranan. "Tenang, Denny Dinga Dawa. Sebaiknya aku yang memijatmu" kata Edward sambil tersenyum. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Terima kasih atas tawaranmu" kata Denny sambil tersenyum. Seketika itu juga, Alexander pergi mencuci motornya.

Sementara itu di sebuah kedai, TJ dan Victoria sedang berada. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Akhirnya kau datang kemari" kata Victoria sambil tersenyum. "Tenang saja, mama tersayang. Aku tadi terkejut melihat papa Alex pulang" kata TJ jujur. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Apakah kau ingin beli sesuatu?" tanya Victoria sambil tersenyum. "Baiklah, mama tersayang. Rasanya aku ingin beli kentang goreng" kata TJ tersenyum. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Aku akan menurutimu" kata Victoria sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka makan.

Sementara itu di rumahnya, Alfredo sedang terkulai lemas. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku senang sekali" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Berbaring saja dekat diriku" kata Alfredo sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku akan menurutimu" kata William sambil tersenyum. Seketika itu juga, William membelai dada berbulu Alfredo.

Sementara itu di ruang tengah, Edward sedang asyik memijat. "Tunggu, Denny Dinga Dawa. Ada yang tidak enak" kata Edward sambil mundur. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Apakah ada yang salah?" tanya Denny sambil menoleh. "Maafkan, Denny Dinga Dawa. Buka bajumu" jawab Edward. "Tetapi, Edward Simanjuntak. Apakah kamu batal memijat?" tanya Denny sambil tersenyum. "Tidak, Denny Dinga Dawa. Tolong lepaskan bajunya" jawab Edward sambil terus merokok. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Bukalah kemejaku ini" kata Denny sambil tersenyum. "Baiklah, Denny Dinga Dawa. Aku teringat akan masa lalu" kata Edward sambil berbisik. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Sekarang saatnya kau memijat punggungku lagi" kata Denny. Seketika itu juga, Edward diam.

Sementara itu di garasi besar, Alexander sedang mendengar. "Tunggu, Denny Dinga Dawa. Ada yang tidak enak" kata Edward sambil mundur. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Apakah ada yang salah?" tanya Denny sambil menoleh. "Maafkan, Denny Dinga Dawa. Buka bajumu" jawab Edward. "Tetapi, Edward Simanjuntak. Apakah kamu batal memijat?" tanya Denny sambil tersenyum. "Tidak, Denny Dinga Dawa. Tolong lepaskan bajunya" jawab Edward sambil terus merokok. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Bukalah kemejaku ini" kata Denny sambil tersenyum. "Baiklah, Denny Dinga Dawa. Aku teringat akan masa lalu" kata Edward sambil berbisik. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Sekarang saatnya kau memijat punggungku lagi" kata Denny. Seketika itu juga, Alexander mulai merasa tidak nyaman.

Sementara itu di sebuah kedai, TJ dan Victoria sedang berada. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Akhirnya kau datang kemari" kata Victoria sambil tersenyum. "Tenang saja, mama tersayang. Aku tadi terkejut melihat papa Alex pulang" kata TJ jujur. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Apakah kau ingin beli sesuatu?" tanya Victoria sambil tersenyum. "Baiklah, mama tersayang. Rasanya aku ingin beli kentang goreng" kata TJ tersenyum. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Aku akan menurutimu" kata Victoria sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka makan.

Sementara itu di rumahnya, Alfredo sedang terkulai lemas. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku senang sekali" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Berbaring saja dekat diriku" kata Alfredo sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku akan menurutimu" kata William sambil tersenyum. Seketika itu juga, William membelai dada berbulu Alfredo.

Sementara itu di depan kamar,
Alexander sedang menyapu. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku senang sekali" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Berbaring saja dekat diriku" kata Alfredo sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku akan menurutimu" kata William sambil tersenyum. Seketika itu juga, Alexander tahu apa yang William lakukan.

Sementara itu di sebuah kedai, TJ dan Victoria sedang berada. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Akhirnya kau datang kemari" kata Victoria sambil tersenyum. "Tenang saja, mama tersayang. Aku tadi terkejut melihat papa Alex pulang" kata TJ jujur. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Apakah kau ingin beli sesuatu?" tanya Victoria sambil tersenyum. "Baiklah, mama tersayang. Rasanya aku ingin beli kentang goreng" kata TJ tersenyum. "Baiklah, anakku TJ tersayang. Aku akan menurutimu" kata Victoria sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka makan.

Sementara itu di rumahnya, Alfredo sedang terkulai lemas. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku senang sekali" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Berbaring saja dekat diriku" kata Alfredo sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Alfredo Banderas. Aku akan menurutimu" kata William sambil tersenyum. Seketika itu juga, William membelai dada berbulu Alfredo.

Sementara itu di ruang tengah, Edward sedang asyik memijat. "Tunggu, Denny Dinga Dawa. Ada yang tidak enak" kata Edward sambil mundur. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Apakah ada yang salah?" tanya Denny sambil menoleh. "Maafkan, Denny Dinga Dawa. Buka bajumu" jawab Edward. "Tetapi, Edward Simanjuntak. Apakah kamu batal memijat?" tanya Denny sambil tersenyum. "Tidak, Denny Dinga Dawa. Tolong lepaskan bajunya" jawab Edward sambil terus merokok. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Bukalah kemejaku ini" kata Denny sambil tersenyum. "Baiklah, Denny Dinga Dawa. Aku teringat akan masa lalu" kata Edward sambil berbisik. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Sekarang saatnya kau memijat punggungku lagi" kata Denny. Seketika itu juga, Edward diam.

The BloodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang