Sementara itu di rumahnya, William sedang asyik menonton. "Astaga, opa Denny tersayang. Rasanya aku senang" kata William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang membuatmu senang?" tanya Denny singkat. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku senang bertemu denganmu" jawab William tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah kau ada maksud lain?" tanya Denny sambil curiga. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku ingin memijatmu" jawab William sambil terbelalak. Seketika itu juga, Denny pasrah.
Sementara itu di lantai atas, Alexander sedang menyapu. "Astaga, opa Denny tersayang. Rasanya aku senang" kata William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang membuatmu senang?" tanya Denny singkat. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku senang bertemu denganmu" jawab William tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah kau ada maksud lain?" tanya Denny sambil curiga. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku ingin memijatmu" jawab William sambil terbelalak. Seketika itu juga, Alexander diam dan minum air mineral.
Sementara itu di kamar lainnya, TJ sedang duduk sendirian. "Astaga, opa Denny tersayang. Rasanya aku senang" kata William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang membuatmu senang?" tanya Denny singkat. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku senang bertemu denganmu" jawab William tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah kau ada maksud lain?" tanya Denny sambil curiga. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku ingin memijatmu" jawab William sambil terbelalak. Seketika itu juga, TJ pergi.
Sementara itu di teras belakang, Victoria duduk sendirian. "Astaga, opa Denny tersayang. Rasanya aku senang" kata William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang membuatmu senang?" tanya Denny singkat. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku senang bertemu denganmu" jawab William tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah kau ada maksud lain?" tanya Denny sambil curiga. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku ingin memijatmu" jawab William sambil terbelalak. Seketika itu juga, Victoria sedih.
Sementara itu di rumah sakit, Alfredo sedang asyik menonton. "Astaga, Catherine Montoya. Rasanya aku bosan sekali" kata Alfredo sambil mendesah. "Baiklah, Alfredo Banderas. Apakah yang kau inginkan?" tanya Catherine tersenyum. "Baiklah, Catherine Montoya. Aku ingin bertemu William" jawab Alfredo sambil rebahan. "Astaga, Alfredo Banderas. Ternyata itu adalah alasannya" kata Catherine sambil tertawa. "Baiklah, Catherine Montoya. Apakah aku boleh pulang?" tanya Alfredo sambil memeluk. "Baiklah, Alfredo Banderas. Sekarang kau boleh pulang" jawab Catherine sambil pasrah. Seketika itu juga, Alfredo pergi.
Sementara itu di kamar lainnya, Edward sedang asyik merokok. "Astaga, Catherine Montoya. Rasanya aku bosan sekali" kata Alfredo sambil mendesah. "Baiklah, Alfredo Banderas. Apakah yang kau inginkan?" tanya Catherine tersenyum. "Baiklah, Catherine Montoya. Aku ingin bertemu William" jawab Alfredo sambil rebahan. "Astaga, Alfredo Banderas. Ternyata itu adalah alasannya" kata Catherine sambil tertawa. "Baiklah, Catherine Montoya. Apakah aku boleh pulang?" tanya Alfredo sambil memeluk. "Baiklah, Alfredo Banderas. Sekarang kau boleh pulang" jawab Catherine sambil pasrah. Seketika itu juga, Edward pergi.
Sementara itu di rumahnya, William sedang merasa ereksi. "Tunggu, opa Denny tersayang. Ada yang tidak enak" kata William sambil mundur. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah ada yang salah?" tanya Denny sambil menoleh. "Maafkan, opa Denny tersayang. Aku tidak enak dengan bajunya" jawab William sambil menatap. "Tetapi, William Simanjuntak. Apakah kamu batal memijat?" tanya opa Denny sambil tersenyum selebar-lebarnya. "Tidak, opa Denny tersayang. Tolong lepaskan bajunya" jawab William sambil terbata-bata. "Baiklah, William Simanjuntak. Bukalah kemejaku ini" kata Denny sambil tersenyum. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku teringat akan masa lalu" kata William sambil berbisik. "Baiklah, William Simanjuntak. Sekarang saatnya kau memijat" kata Denny sambil pasrah. Seketika itu juga, William semakin bergairah.
Sementara itu di atas tangga, William dilihat Alexander. "Tunggu, opa Denny tersayang. Ada yang tidak enak" kata William sambil mundur. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah ada yang salah?" tanya Denny sambil menoleh. "Maafkan, opa Denny tersayang. Aku tidak enak dengan bajunya" jawab William sambil menatap. "Tetapi, William Simanjuntak. Apakah kamu batal memijat?" tanya opa Denny sambil tersenyum selebar-lebarnya. "Tidak, opa Denny tersayang. Tolong lepaskan bajunya" jawab William sambil terbata-bata. "Baiklah, William Simanjuntak. Bukalah kemejaku ini" kata Denny sambil tersenyum. "Baiklah, opa Denny tersayang. Aku teringat akan masa lalu" kata William sambil berbisik. "Baiklah, William Simanjuntak. Sekarang saatnya kau memijat" kata Denny sambil pasrah. Seketika itu juga, Alexander pergi menuju halaman belakang.