42: Tidak Bisa Mengelak

1.3K 183 121
                                    

Suasana ruangan 07 seketika berubah menjadi ricuh. Mereka semua panik melihat Melvin tiba-tiba pingsan hingga sempat kejang beberapa detik di tengah ujian berlangsung.

Edo mengangkat kepala Melvin. Jantung Edo mencelos melihat rona wajah Melvin yang sangat pucat pasi. Badan Melvin juga demam tinggi. Tepat setelah Melvin mengatakan sudah tidak tahan, lima menit kemudian anak itu langsung ambruk begitu saja dari atas kursi. Edo pikir Melvin hanya bergurau, ia tidak menyadari temannya itu sedang tidak sehat sedari pagi tadi.

Tanpa menunggu tandu dibawakan, Edo dan Amar telah lebih dulu mengevakuasi Melvin ke UKS.

"Tolol lo!"

Marah Amar setelah mendengar kronologi kejadian dari Edo.

Edo menggaruk keningnya yang tidak terasa gatal. Di dalam UKS, Melvin sedang diperiksa oleh guru pembimbing ekstra PMR. Sebenarnya Amar ingin Melvin dirujuk ke rumah sakit karena demam anak itu yang benar-benar tinggi. Namun kata pihak sekolah kondisi Melvin masih memungkinkan untuk dibiarkan istirahat di sekolah sampai 2×60 menit.

"Melvin... sadar nak..."

"Ibuk..." kening Melvin terus mengeluarkan keringat dingin. Kepala anak itu bergerak tidak nyaman, efek demam tinggi membuat Melvin menjadi meracau tidak jelas.

"Vin.." panggil Amar tidak tega.

"Ibuuk... s-sakit..." cicit Melvin diluar kesadarannya.

"Ibunya udah nggak ada, Bu. Ini kami lagi hubungin adeknya," ujar Amar.

"Tolong dihubungin sampai bisa ya," Bu Guru menempelkan plaster pereda demam di atas kening Melvin.

"Anjir Regan nyeleb banget bangsat," umpat Amar kesal.

Edo melirik ke arah Guru yang untungnya tidak mendengar umpatan kasar Amar yang tidak sopan. "Udah lo spam chat?"

"Udah, nggak dibales anjay," tutur Amar memperlihatkan deretan spam chatnya di nomor Regan.

"Kebiasaan slow respon dia."

"Kapan Regan nggak slow respon anjir, tuh anak chat udah basi baru diread. Kebiasaan banget!"

"Itu dia anaknya!" Edo menuding Regan yang berlari dari koridor.

"Mana Bang Melvin?!" tanya Regan sesampainya di hadapan Amar dan Edo.

"Di dalem. Lo gue chat nap..."

Regan melenggang masuk ke ruang UKS.

"Anjir..." Amar menelan salivanya.

Regan berjalan membuka pembatas korden pertama. Ia langsung menemukan Melvin sedang berbaring tidak nyaman di atas brankar UKS, serta plaster pereda demam yang merekat di kening.

"B-bapak ... s-sesek, Pak... j-jangan dikunci..."

"S-sesek....!"

"S-sakit aarrgh...! L-lepasin..."

"I-ibuuuk... t-tolongin Melvin. M-melvin nggak suka gelap... ini gelap b-banget..."

"Nggak... nggak mau... M-melvin nggak m-mau ikut b-bapak..."

"Aaarrrgh... aaakh...!"

Regan mengguncang pundak Melvin keras. "BANG!"

Bayangan menyeramkan sosok bapak yang berada di ingatan Melvin seketika ditarik oleh Regan. Regan memaksa Melvin untuk membuka mata agar anak itu bisa sadar dari mimpi buruknya.

Nafas Melvin berhembus tidak beraturan, ketika ia membuka mata pemandangan pertama yang ia lihat ialah siluet bayangan yang sekilas mirip dengan Regan. Namun sebelum Melvin memastikan bayangan tersebut, pandangannya menggelap lagi. Rasanya ia tak sanggup membuka mata, seperti ada sesuatu yang membebani kelopak matanya.

MELVIN✔️[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang