"Archi?"
Tanya mengerjap, matanya lengket oleh air mata yang mengering. Rambutnya yang terlalu panjang jatuh hampir menutupi seluruh wajahnya.
"Welcome back. Sudah puas main-mainnya, hmm?"
Areez menyeka rambut yang menutupi wajah Tanya, mengelus lembut mata sembab Tanya dengan ibu jarinya.
Tanya membeku di tempatnya tertidur, tubuhnya refleks beringsut, menjauhi Areez, menjauhi sentuhannya.
"Jangan jadi gadis nakal, Anya!" Areez memperingatkan, menarik kembali tubuh Tanya ke dalam sentuhannya.
Tanya meronta, berusaha menjauh meski ia tahu tidak akan bisa menjauh dari sosok Areez yang hampir dua kali lebih besar dari tubuhnya.
"Ak-aku.. aku gak tahu kenapa bisa ada di sini. Aku mau pulang." Suara Tanya bergetar, matanya kembali basah.
Ia menatap ke segala penjuru ruangan, mencari celah untuk kabur, Tanya harus pergi dari sini sebelum terlambat.
Namun Areez mencengkram bahunya dengan kekuatan yang selalu membayangi Tanya, mempengaruhi alam bawah sadar dalam pikirannya yang berkabut.
Areez menatap tajam mata Tanya, meminta gadis itu untuk berhenti memberontak,
"Brengsek! Diam! Mau pulang kemana? Ini rumah kita, ini rumah kamu. Kamu yang datang lagi ke sini dengan sukarela."
"Tidak, tidak... Aku mau pulang Archi. Kumohon izinkan aku pergi, aku harus menemuinya."
Areez memukul kepala sofa tepat di samping wajah Tanya. Menyisakan sentakan udara dengan bunyi yang sangat keras.
Tanya memekik, jeritan tangisnya lolos. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan, tubuhnya gemetaran oleh rasa takut.
Areez menyugar rambutnya, kali ini tidak menghentikan Tanya untuk beringsut makin menjauh di ujung sofa.
"Sudah tiga bulan, Anya. Tiga bulan harusnya udah cukup untuk kamu main. Sekarang kamu udah pulang, jadi apa masalahnya?" Areez mencoba berbicara lebih lembut, tangannya terulur ingin menyentuh Tanya.
"Aku gak tahu, aku gak bermaksud untuk datang ke sini. Archi aku harus pulang, Dean pasti sedang mencariku. Dean, dia..."
"Damn it!" Areez berteriak, suaranya menggema ke seluruh ruangan.
Tanya makin meringkuk, menghindar saat Areez menariknya, memaksanya membuka mulut, menjejalkan lidahnya yang panas ke dalam mulut Tanya dengan paksa.
Areez melahap mulut Tanya, menikmati keakraban dari saliva Tanya di mulutnya.
Sialan, Tanya terasa begitu nikmat. Begitu menggairahkan, dan Areez sangat merindukan gadis ini.
Areez menggeram, melilit lidah Tanya, menghisap mulut gadis ini yang sekarang mulai membalas lumatannya dengan kepatuhan yang Areez rindukan.
Tubuh Tanya melemas oleh sentuhannya, oleh cumbuannya...
Areez tersenyum, melepaskan ciuman mereka. Mengangkat tubuh Tanya yang lemas ke dalam gendongannya.
"Harusnya begini, Anya... Kamu itu milikku. Tidak akan ada orang lain yang mampu menghadapi dirimu."
Tatapan mata Tanya yang nyalang berubah menjadi kosong. Wajahnya memerah, bibirnya yang terbuka menerima kembali ujung lidah Areez, meminta Areez untuk lebih banyak menyentuh tubuhnya yang bergetar.
"Jiwa dan pikiranmu itu sakit, Anya. Tidak ada seorang pun yang mampu menghadapinya kecuali aku. Hmm? Kamu setuju kan, Anyaku yang manis?"
Areez menjilati kelopak mata Tanya, menghapus air mata yang lolos dari sana.
Tanya memandang wajah Areez, pandangannya buram. Namun ia mengerti maksud ucapan Areez.
Areez benar, ia bukanlah orang dengan pikiran yang sehat.
Areez adalah orang yang paling mengenal dirinya. Areez adalah orang yang paling mampu mengurus dan menghadapi orang dengan jiwa pesakitan seperti dirinya.
Tanya sangat tahu, itu sebabnya Tanya tidak mau Areez pergi meninggalkannya. Itu sebabnya Tanya selalu menuruti semua keinginan Areez.
Semuanya, apapun yang Areez katakan, apapun yang Areez inginkan.
Tapi Dean bagaimana?
Dean selalu mengutamakan keinginan Tanya...
Dean selalu mengajukan pertanyaan pada Tanya, Dean selalu bersikap lembut padanya...
Jadi mengapa Dean tidak bisa menjadi orang yang mampu menghadapi jiwanya yang sakit?
Mengapa...
"Jangan memikirkan lelaki lain saat sedang bersamaku..."
Areez mendongakkan wajah Tanya, mencengkram leher gadis itu dengan telapak tangannya yang besar.
"Atau kamu bisa membayangkan lelaki itu jika kamu mau. Bayangkan saja saat aku menusuki vaginamu dengan penisku, dan bagaimana responnya jika dia tahu?"
Hati Tanya mencelos. Tangannya menggapai udara, dia harus pergi.
Ya Tuhan, dia harus pergi dari sini...
---Draft Juni 2024---
***
Follow akunku jika kamu menikmati semua karyaku ya! Jangan lupa berikan vote dan masukkan Love Mistake ke reading list kamu ^°^
==Perkenalan tokoh==
1. Tanya Zemira (24th), Areez lebih suka memanggil Tanya dengan 'Anya'. Sejauh ini, hanya Areez yang memanggil Tanya dengan panggilan Anya.
Tinggi badan: 155cm
Berat badan: 48kg2. Areez Christopher (30th), Tanya memanggil Areez dengan sebutan 'Archi'. Itu nama sayang yang Tanya berikan untuk Areez. Hanya Tanya yang memanggil Areez dengan sebutan Archi.
Tinggi badan: 187cm
Berat badan: 75kg3. Dean Danver (22th), mahasiswa Jurusan Seni Rupa. Dean adalah anak bungsu dari keluarga Danver yang terkenal sebagai keluarga para seniman.
Tinggi badan: 190cm
Berat badan: 70kgSampai jumpa di chapter pertama Love Mistake ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mistake
RomanceDibanding ditinggalkan, Tanya lebih memilih untuk melakukan apapun yang Areez inginkan. Apapun itu, meski menyakiti perasaannya, melukai harga dirinya. "Good girl..." Areez mengelus punggung telanjang Tanya dengan ujung jemarinya, tangan lainnya mer...