вαgιαη 03

60 7 0
                                    

Jam istirahat sudah berbunyi sejak tujuh menit lalu. Disaat anak anak lain memilih untuk makan dikantin atau sekedar bersantai di tepi lapangan, Nilam justru memilih untuk diam di taman sekolah yang menghadap langsung ke tempat praktek hidroponik. Pastinya taman itu ditumbuhi beberapa sayur mayur, buah buahan dan bunga bunga manis. Taman biasanya ramai pengunjung tapi kali ini tidak. Hanya ada Nilam dan sekotak bekal makan dari Vera yang terdapat roti berisikan telur omega juga sekotak susu cokelat ukuran kecil terselip di bagian ujung. Seingat Nilam, Vera ini alergi terhadap telur apalagi cokelat. Jadi pantas saja Vera memberi bekalnya pada Nilam.

" Emang enak makan roti doang? "

" Huh? "

Kepala Nilam mendongak Beo kala mendengar suara yang sudah dipastikan untuk Nilam. Pria jangkung dengan seragam yang tidak Nilam kenali berdiri persis di sebelah kursi panjang yang dia duduki. " Gue nanya loh? Emang enak makan roti doang? "

" Enak lah? Mau? " tawar Nilam sedikit kesal. Pria itu terlihat menggeleng dua kali sebagai tanda penolakan. Nilam acuh tak acuh, memilih menghabiskan makanan yang harus dia habiskan sebelum bel masuk kembali berbunyi. " Kenapa ngga ke kantin? " Oh ayolah, Nilam bukan peramal tapi dia langsung bisa mengetahui karakteristik manusia aneh yang kini ikut duduk di sebelahnya bahkan tak sungkan untuk bertanya. Kali ini biarkan Nilam hanya menggeleng sebagai jawaban. " Gausah natap gue kaya gitu. Gue punya uang, tapi sayang aja mau dipake " Final Nilam sedikit risih dengan tatapan pria itu.

" Yauda, pake aja uang gue "

" Hah? "

" Gue anak baru. Kebetulan belum tau tempat tempat disini. Jadi gue mau ajak lo ke kantin buat nemenin makan "

" Kenapa gue? "

" Gue Haikal " katanya sambil mengulurkan tangan tanpa niat menjawab pertanyaan Nilam yang sebelumnya. " Nilam " jawab Nilam dengan tatapan aneh. Haikal lagi lagi mengajak Nilam untuk menemaninya ke kantin. Nilam hanya diam sambil mengunyah bekal yang di beri sang kaka dengan tenang. " Lo beneran gamau nemenin ke kantin? gue traktir, tenang aja "

" Ogah. Blagu banget mentang mentang berduit. Gue juga bisa makan di kantin tanpa duit lo " kesal Nilam langsung beranjak dari kursi " Gue salah ngomong? " Gumam Haikal.

———————————
Jam pelajaran sudah terlewat beberapa, dan kini hanya tinggal menunggu jam terakhir tiba. Nilam berjalan santai mengelilingi sekolah dengan buku tulis bersampul biru di tangan kanan. Nilam berjanji, pelajaran Bahasa Inggris akan menjadi yang pertama dari akhir dalam list pelajaran favorit. Nilam selalu mual kalau berhadapan dengan bahasa asing satu ini. " Ka Nilam! " tubuh Nilam berputar dengan cepat kala mendengar suara melengking memanggil namanya.

" Iya? " tanya Nilam sambil menelisik siapa gadis yang ada di depannya ini.

" Kata Bu Maesa, pulang sekolah kaka disuruh menghadap ke ruang BK " ujarnya. " Ohh, oke. Makasih infonya ya " Jawab Nilam. Setelahnya Nilam berfikir keras tentang kesalahan apa yang dia perbuat sampai di utus ke ruang BK oleh guru killer yang kerjaannya memarahi anak anak nakal. Baru saja Nilam melangkah untuk kesekian kalinya, tiba tiba saja bel pulang berbunyi. Alih alih kembali ke kelas, Nilam malah pergi ke kamar mandi untuk mengganti rok SMA nya menjadi celana putih polos. Tidak memakan waktu lama, Nilam kembali ke kelas di menit kedua setelah mengganti bawahan dan langsung mengambil tas.

" Permisi " sopan Nilam mengetuk pintu BK sambil sedikit menunduk. " Ada Bu Maesa? "

" Nama kamu siapa? "

" Nilam bu. Tadi katanya Nilam disuruh menghadap bu Mae " Guru dengan seragam coksu itu berdiri sambil mengambil beberapa berkas di lemari. " Bu Mae nya ada keperluan di kampus, paling kesini sejam-an lagi. kamu tunggu aja dulu, soalnga tadi Ibu cuma di titipin ini " Ujar Bu Saurlyn menyerahkan tiga lembar kertas. " Makasih banyak bu, Permisi " tudep Nilam karna Bu Saurlyn terlihat sibuk dengan beberapa murid yang setor absen.

" Lembar Penanggung Jawab " gumam Nilam membaca deretan judul pada lembar paling atas. " Lpj Pramuka? " beo nya. Nilam rasa masa menjabatnya sudah habis pada periode pertama. Mana mungkin dia harus mengurus Lpj lagi. Memilih memasukkan lembaran lembaran itu ke dalam tas dan duduk di tepi lapangan yang mulai sepi. " Gue harus apa biar satu jam gue ngga sia sia "

The Reason Why I Live Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang