04.

2K 226 15
                                    













"Kau sendiri tahu kan kalau malam itu aku mabuk?" Pim menepis tangan Fedderod dengan ketus. Dia bahkan tidak memberikan pria belanda itu beberapa lirikan lagi dan hanya pergi sembari mengatakan, "Aku bukannya ingin memberikanmu harapan. Ingat, Mayor Fed, kau dan aku berbeda."

"Darimananya?"

"Kau adalah kolonial. Dan aku pribumi."

Fedderod terkekeh sarkas, "Aku tidak tahu kenapa itu jadi penghalang. Banyak Pribumi yang menjadi kekasih dari kaum yang kalian sebut kolonial."

Pim melirik pria itu pada akhirnya, "Fed. Kau masih berpikir kalau kami pribumi hanyalah sekelompok orang bodoh yang membuat keributan karena hal sepele?"

Fedderod terdiam dengan wajah mengeras. "Banyak tentaraku yang mati ditangan pemberontak."

"Kenapa kami disebut pemberontak hanya karena kami berusaha mempertahankan sepetak lahan didepan rumah kami?!" Tanya Pim. Ia yang tadinya hendak pergi mencengkeram kerah Fedderod dan berteriak dengan mata menyala-nyala. "Pegang pistolmu."

"Apa?" Nada suara Fedderod tampak menajam mendengarnya. Ini sama sekali berbeda dengan ajakan duel Pim yang lebih seperti ajakan bermain oleh Pim kemarin.

Pim kemudian melepas kerah pria itu dan meraih sebuah bambu runcing yang selalu dia letakkan ditepi pantai. Pim hanya ingin terus mengingat siapa dirinya, meski dia sedang berada disisi penjajah.

"Mayor Pim."

"Radja." Pim mengoreksi. "Yang didepanmu sekarang adalah Radja, Mayor Fedderod Von Hoëvell."

"Ini tidak lucu..."

Pim tertawa. "Kau tahu apa yang lucu? Penjajah yang sama sekali tidak tahu kalau mereka sedang menjajah!"

Pim kemudian mengacungkan bambunya kearah Fedderod yang dengan cekatan menghindarinya.

"Bambu runcing? Aku bahkan tidak perlu menarik pistolku."

"Aku memberimu kesempatan untuk mengambilnya. Ambil sebelum tanganmu putus." Pim mengacungkan ujung tombaknya lagi.

Fedderod terdiam. Pim serius. Matanya itu menyiratkan kebencian. Tapi Fedderod tidak tahu, kenapa bisa Pim memberikan tatapan kebencian itu padanya, padahal malam itu Pim memeluknya dengan penuh cinta?

Saat Fedderod mulai menarik pelatuk, Pim segera saja berlari kehadapannya dan memukul lengan Fedderod. Pistolnya hampir terjatuh, tapi Fedderod segera meraihnya kembali dan memberikan side-kick pada kaki Pim yang segera saja dihindari Pim dengan melompat kebelakang.

Setelahnya, Pim terus saja berlari menghindari rentetan peluru yang ditembakkan Fedderod.

Saat bertarung didarat, zona tarung menjadi luas. Mengetahui kondisi map adalah keberuntungan.

Cara bagaimana pribumi memberikan kerusakan besar saat perang dengan hanya bambu runcing :

Tidak ada yang tahu bagaimana kondisi tanah air mereka sebaik mereka.

Jadi, Pim segera saja, berlari menuju antara satu batu dan batu lainnya, menjauh dari serangan gila peluru Fedderod.

Fedderod mengeritkan gigi, Pim sangat menghafal kondisi pantai ini, melihat bagaimana dia bersembunyi dan berpindah dari satu ketempat lainnya untuk melindungi diri dari peluru.

Dia sungguh,

Tidak ingin menembak Pim.

Tapi Pim akan marah jika dia tidak mengeluarkan kemampuannya saat bertarung. Penghinaan bagi prajurit.

1901, The Majoors.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang