BAB 16

406 23 5
                                    

Diperjalanan pulang menuju Kastil, salju kembali turun hingga sang kusir terpaksa melajukan kereta kudanya.

Tubuh Maeryn ikut terguncang saat roda dari kereta itu tak sengaja berjalan diatas tanah bergelombang.

Angin dingin bertiup menerobos tirai hingga tubuh Maeryn terasa membeku.

"Bagaimana ini? Apakah aku bisa kembali dengan cepat? Kakak pasti sedang menungguku."

Tahu-tahu kereta kuda yang ditumpanginya itu berhenti tanpa perintahnya.

"Nona, roda kereta kuda ini bermasalah, sepertinya tak mungkin anda bisa kembali kekastil."

Kusir yang tampak kebingungan itu menggaruk-garuk kepalanya, perlahan ia jongkok memeriksa roda yang tampak meliuk.

"Lalu bagaimana dengan saya? Apa yang harus saya lalukan?"

Tanya Maeryn yang telah  keluar dari kereta kuda tersebut, ditatapnya daerah yang belum jauh dari tempat kakaknya berada.

"Anda bisa pergi ke penginapan atau ke restoran itu, jika kereta kuda ini selesai diperbaiki, saya akan menjemput anda, Nona."

Sahut si kusir seraya menunjuk sebuah tempat makan yang tampak sepi.

"Ta,tapi saya tak membawa seperpun koin."

Maeryn yang tampak kalang kabut bercampur cemas, takut jika Elora terus menunggunya disana.

"Bagaimana jika anda menunggu direstoran itu sebentar, sepertinya tak akan lama untuk memperbaiki kereta kuda ini, saya tak ingin anda kedinginan nona."

Mendengar ucapan itu, Maeryn berlari kearah restoran yang ditunjuk si kusir, ia tak membawa satupun barang milik Elora, karena ia percaya dengan ucapan kusir itu.

Perlahan ia membuka pintu kaca dan memasuki restoran yang sama sepinya saat ditatap dari luar, dikejauhan tampak seorang pria duduk memunggunginya dengan beberapa botol minuman keras diatas mejanya.

Tuk,tuk,tuk.

Langkah demi langkah menggema diruangan itu saat Maeryn mendekati pria asing tersebut, ia bermaksud menanyakan tentang pemilik tempat ini, karena ia hanya mampir sejenak.

"Pe,permisi Tuan, ma,maaf jika saya mengganggu anda."

Ujar Maeryn yang kini berdiri tepat disamping pria itu, hingga akhirnya ia terkejut saat menatap wajah pria yang tampak mabuk itu.

"Grand Duke apa yang terjadi?"

Perlahan Killian menggerakkan wajahnya kearah Maeryn, ia tampak rapuh dan berantakan sangat berbeda dengan Grand duke yang biasa dikenal Maeryn, berwibawa dan memiliki aura kehormatan.

"Elora?"

Lenguh Killian saat ia menatap kearah Maeryn.

"Elora kau kah itu?"

Ujar Killian lagi, perlahan ia bangkit hingga posisinya sama dengan Maeryn.

Dengan wajah yang begitu cemas, Maeryn diam menatap Killian yang telah hilang akal.

"Mengapa kau bisa berada disekitar Zedekiah? Apa kau tahu hatiku begitu sakit saat melihatnya? Elora, maafkan aku telah membuatmu salah paham, aku melakukan semua ini untukmu, kau tahukan jika ayahmu tak ingin disebut pengkhianat jika aku terus disisimu? Aku bersumpah tak menginginkan tahta itu, kumohon Elora, apa yang harus kulakan?"

Saat itu ia menggenggam kedua bahu Maeryn dengan erat, hingga akhirnya dirinya lemah dan tak sadarkan diri dalam pelukan Maeryn.

"Tuan? Tuan?"

When Love and Revenge Become One [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang