4. Another World

11 2 2
                                    

4
Another World
"Where do i belong?"


Sosok hitam itu melangkahkan kakinya, mendekat. Senyum yang terlihat seperti goresan pisau terukir di wajahnya, menatap kami dengan kedua netra yang penuh dengan kegelapan. Aku melangkahkan kakiku mundur, menegak air ludahku.

“Mengapa kau menjauh gadis kecil?”

Aku sekali lagi melangkahkan kakiku mundur.

“Kemarilah.” Suara itu bagai nada yang menusuk telingaku. Membuat siapapun yang mendengarnya merinding.

Napasku berderu, detak jantungku berdetak tak beraturan. Aku menggenggam tangan dingin milik Elena yang ada di belakangku.

“Siapa kau?” Aku berucap pelan, suaraku bergetar.

Senyum itu kembali terukir, senyum yang bagai goresan pisau. Terlihat tajam nan mematikan. 

“Seseorang yang merindukanmu.”

Aku kembali melangkah mundur. Sosok itu melangkah maju.

“Aku membutuhkanmu gadis kecil. Kemarilah.”

Aku merasakan remasan di tanganku. Tangan Elena bergetar hebat. Sementara Carlo berdiri seperti patung di samping Elena, memeluk alat ciptaannya dengan erat.

“Aku tidak mengenalmu. Tolong jangan ganggu kami.” Ucapku bergetar.

Keringat dingin membasahi tubuhku, tumpuan tubuhku bergetar hebat. Rasa takut melanda bagai badai, menguasai tubuhku.

Wanita itu memiringkan kepalanya, tersenyum. “Jangan buat aku menghampirimu lebih dulu.” 

Aku mengepal tanganku.

“PERGILAH! JANGAN GANGGU KAMI.” Aku berteriak. 

Sosok itu melangkahkan kakinya maju. “Sekarang kau membuatku marah.” Ia tersenyum.

Aku menahan napasku. Sosok itu mengepalkan tangannya kedepan.

‘BUM!”

Sebuah bola cahaya berwarna hitam melesat keluar dari tangannya, menuju ke arah kami bak sebuah peluru.  Elena dan Carlo berteriak di belakangku. Aku berseru tertahan, memejamkan mataku. Aku menghalangi wajahku dengan tangan kananku, tak mau melihat peristiwa mengerikan ini.

Suara ledakan bergema di telingaku. Aku membuka mata, kebul asap hitam membuat pandanganku terganggu. Elena dan Carlo saling merangkul di belakangku. Aku menoleh ke arah depan, mataku membesar ketika melihat sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Tangan kananku mengeluarkan semacam perisai transparan berwarna ungu, menggagalkan serangan yang diluncurkan oleh sosok wanita menyeramkan itu. Aku berusaha mengatur napasku yang tak beraturan. Apa yang terjadi hari ini? Liontinku yang berpedar, sesosok wanita seram yang tiba-tiba muncul dan sekarang, kekuatan baruku. Terlalu banyak hal yang harus dicerna.

“Adeline, tanganmu!” Elena berseru.

“WOW!” Carlo menimpali.

“Aku tahu. Aku juga tidak mengerti.”

“Ternyata kau memang orang yang kucari.” Wanita itu menaikan satu sudut bibirnya.

Aku melangkah mundur. 

“Kita harus segera kabur.” Aku berucap pelan.

“Bagaimana caranya?” Tanya Elena, bergetar ketakutan.

Kami bertiga terus melangkah mundur seiring wanita itu melangkah maju mendekati kami.

“Lari.” Ujarku.

The Kingdom Of The Seven WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang