Selamat membaca
Alessa menapaki jalan memasuki area kampus bersama dengan Iris di sebelahnya. Mereka masih ada di hari kedua pengenalan fakultas masing-masing. Percayalah, semalaman suntuk Alessa tidak lelap, karena memikirkan tentang mempertahankan ataukah harus melepaskan janin yang adalam dalam dirinya tersebut.
Demi Tuhan, Alessa kebingungan sekarang. Antara mengikhlaskan dan tidak, dia berada pada posisi yang tidak bisa dia tentukan.
Dalam lamunannya dia dikejutkan dengan panggilan Iris seraya menepuk pundaknya. Alessa menoleh dengan cepat pada sahabatnya itu.
"Kau melamun lagi," ucap Iris. Dan Alessa tak menanggapi dengan reaksi apa pun, dia hanya diam. "Aku sudah mencari beberapa informasi di internet. Karena kandunganmu masih awal coba saja dengan sering mengkonsumsi soda, itu perlahan bisa menggugurkan janinmu."
Alessa menyimak. Ucapan Iris terdengar dengan sangat jelas di indra pendengarannya. Tapi, sungguh dia sangat sulit melakukannya. Alessa benar-benar bingung. Antara masa depannya atau anaknya, dia tidak bisa memilih.
"Alessa?" Iris menyentuh pundak Alessa sekali lagi. Dia tau apa yang dirasakan sahabatnya ini. Demi Tuhan, jika dia tau laki-laki yang telah melakukan perbuatan cela itu pada sahabatnya bukan hanya tidak memaafkan, melainkan bogem mentah akan jatuh di wajahnya, tak peduli dia seorang laki-laki dewasa sekalipun. Si brengsek itu sudah merebut wajah riang sahabatnya berganti kesedihan dan luka yang dalam.
"Aku dengar," ucap Alessa.
"Kau baik-baik saja?" tanya Iris sedikit khawatir. Selain itu, dia tau bahwa laki-laki yang menghamili Alessa adalah senior sahabatnya itu. Hal yang paling dikahwatirkan adalah mental sahabatnya saat bertemu laki-laki itu lagi. Bagaimana jika laki-laki itu berlaku kasar padanya? Melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan sama sekali, mengingat dia tidak ingin calon bayi yang dikandung Alessa itu lahir ke dunia.
Alessa mengangguk lesu. "Aku baik-baik saja," jawabnya.
"Alessa, kau yakin ini mengikuti pertemuan har ini?"
Alessa lagi-lagi mengangguk dengan lesu. "Aku yakin."
"Bagaimana jika kau bertemu dengannya?" Dahi Alessa berkerut samar. "Aku takut dia berbuat jahat padamu, karena dia tidak ingin bertanggungjawab."
Alessa mengukir senyum kecil. "Aku baik-baik saja. Dia tidak kasar, hanya ... hanya memberiku waktu dua hari untuk menggugurkan anak ini," tutur Alessa. "Tenang saja, Iris. Aku baik-baik saja. Aku bisa menghadapinya." Dia berusaha meyakinkan sahabatnya itu.
"Alessa ..." Iris menarik pundak sahabatnya agar keduanya saling berhadapan. "Jangan pernah menyembunyikan sesuatu dariku. Jika dia menyakitimu, katakan padaku, aku yang akan menghadapinya. Aku bisa memukulnya dan melaporkannya."
Alessa tertawa kecil. "Kau berpikir terlalu jauh. Tenang saja, Iris."
"Bagaimana aku bisa tenang. Kau terlihat sangat jauh berbeda dari sebelumnya, Alessa. Dia tidak ingin bertanggungjawab atas kehamilanmu dan menyuruhmu untuk menggugurkan anak itu, bagaimana jika dia berbuat yang terlalu jauh?"
"Tidak akan. Aku bisa menjaga diriku, Iris. Jangan khawatir." Alessa membalas dengan mengusap pundak sahabatnya, berusaha menenangkan Iris.
"Tapi, tetap saja-"
"Pergilah ke fakultasmu, kau akan terlambat dan dihukum. Percayalah, dia tidak akan berbuat berlebihan, karena yang dia inginkan adalah aku menggugurkan anak ini. Jika dia bertanya aku bisa mengatakan, aku sudah melakukannya," tutur Alessa.
"Tapi, kau belum melakukannya."
"Perlahan kita akan melakukannya. Setidaknya dengan mengatakan seperti itu, dia tidak akan menggangguku lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/328235173-288-k474217.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
D'Arcy • Liskook 18+
Fanfiction⚠️ Tentang Alessa yang hamil di luar nikah dengan pemuda asing akibat obat perangsang yang diberikan temannya. Semesta menutup fakta kehidupan Alessa bertahun-tahun lamanya, tapi takdir malah membukanya. Satu malam kelam menghantui kehidupannya.