chapter 4 : pengendalian diri

217 30 12
                                    

Belial berdiri di hadapan King, napasnya tersengal-sengal karena kelelahan. Berkali-kali dia mencoba, tetapi selalu gagal. King terus menggunakan barriernya untuk mencegah Belial merebut permata di tangan kirinya.

"Cih..." Belial mendengus kesal, napasnya terdengar berat. "Fokus, Belial. Kendalikan dirimu... Jangan terbawa emosi," gumamnya pada dirinya sendiri. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba merilekskan tubuhnya yang mulai menegang karena amarah yang kembali menyeruak.

Sementara itu, King yang berdiri di hadapannya sambil memegang permata di tangan kirinya terus mengamati Belial dengan seksama saat Belial mengulangi upayanya dalam mengendalikan diri untuk kesekian kalinya.

Belial kembali mengambil kuda-kuda saat dia merasa lebih tenang. Dengan gerakan dan kecepatan yang tak terduga, dia bergerak ke arah King. Gerakannya stabil dan terarah, tidak membiarkan emosi dan egonya menguasainya hingga berakhir tergesa-gesa dan membuat sebuah kesalahan. Sudah jelas bahwa pengendalian dirinya saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya.

Belial terus menyerang, melompat sambil mulai memprediksi pola pertahanan barrier milik King. Sampai pada satu momen, dengan gerakan cepat, Belial meluncur ke arah King. King kembali menggunakan barriernya untuk mencoba menghentikan Belial. Namun dengan gerakan cepat, Belial melompat dan mengubah serangannya menjadi tendangan, melesat ke bawah dengan kecepatan tinggi dan menghancurkan barrier milik King. Dalam satu gerakan yang sama, Belial segera meraih permata yang ada di tangan kiri King, dan saat jari-jarinya menyentuh permata itu, Belial seperti merasakan getaran aneh sebelum dia melesat melewati tubuh ultra itu.

King melihat ke arah tangan kirinya dan menyadari permata itu sudah tidak ada di sana. Dia pun menoleh ke belakang, melihat Belial yang masih memunggunginya sambil menggenggam erat permata di tangannya.

Dengan perasaan bangga, King berkata, "Selamat, Belial. Kau berha--"

"Kenapa...?" Belial segera memotong ucapan King saat dia menoleh ke belakang dan melirik King dengan tajam. "Kenapa kau membiarkanku merebutnya dengan mudah?!" teriaknya dengan marah, menggenggam permata itu erat karena frustasi.

King mulai berjalan perlahan mendekati Belial. "Kau sadar, kan... Tujuan utama latihan ini adalah untuk melatihmu dalam mengendalikan emosimu. Dan kau telah melakukannya dengan baik. Jadi aku tak punya alasan lagi untuk terus mempertahankan kristal itu di tanganku."

"Tetap saja--!" Belial kembali berteriak, berbalik menghadap King. "Apa kau pikir aku tidak bisa melakukannya dengan usahaku sendiri?! Apa kau sedang meremehkanku?!" Kilatan kebencian terlihat dari matanya. "Seolah perjuanganku selama ini... Kau sia-siakan begitu saja karena kau pikir aku tak bisa melakukannya sendiri!"

King kini berdiri di hadapan Belial, tiba-tiba menyentuh pundaknya, membuat Belial tersentak kaget. "Jangan melihatnya dari sisi itu. Aku selalu memperhatikanmu setiap waktu. Bagaimana kau telah mencoba mengendalikan amarahmu dan tetap tenang, saat kau sadar emosimu adalah musuh dan penghalang terbesarmu. Dan bukankah itu berarti ia telah menjadi kemenangan yang sesungguhnya bagimu?"

"Tetap saja..." Belial semakin mengencangkan genggaman tangannya dan suara berderit pun mulai terdengar karenanya.

King kembali memperhatikan Belial dengan seksama. Matanya memperhatikan setiap detail perubahan bahasa tubuh dan emosi Belial.

"Kau benar..." Belial terlihat mengendurkan kepalan tangannya yang sebelumnya sangat erat. "Selama ini aku sudah berusaha keras untuk tetap tenang, dan aku tak akan membiarkan diriku kehilangannya," ucap Belial sambil menghela napas panjang dan menenangkan diri lagi setelah ketegangan yang sebelumnya dia rasakan.

"Bagus. Kau berhasil lagi, Ultraman Belial," puji King.

"Heh! Kau pikir aku tidak tahu kalau kau sedang mengujiku dengan ini? Jangan meremehkanku, Pak Tua! Aku tidak sebodoh itu," ucap Belial dengan penuh kebanggaan. Dia melemparkan permata itu ke udara dan menangkapnya kembali dengan teguh.

Sebelum King bisa merespons, dia melihat Ken yang tiba-tiba muncul dan menghampiri mereka.

"Baiklah, Belial. Sekarang kau boleh beristirahat. Kita akan melanjutkan latihannya nanti," ujar King sambil berjalan menjauh. Ken berdiri di samping Belial melihat King yang semakin menjauh, sebelum akhirnya menghilang dari pandangan mereka.

Ultraman Belial : second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang