One

711 35 3
                                    

1. Menginginkannya

Cahaya matahari mulai menerangi setengah bumi. Rembulan telah mengalah dan membiarkan matahari menggantikannya.

"Eugh.." Lenguhan demi lenguhan terdengar dari bibir kecil nan kering itu. Ia mengerut kala sinar matahari mengganggu aktivitas tidurnya. Mata indah dengan bola mata berwarna cokelat itu terbuka sempurna, mengerjap untuk beberapa kali.

Elio beranjak dari tempat tidur, berjalan dengan mata yang masih terasa berat, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Tidak cukup waktu lama untuk Elio membersihkan diri. Ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melekat indah ditubuhnya. Elio berdiri didepan lemari besar dengan banyak baju didalamnya, ia memilih atasan biru laut dan celana pendek selutut dengan warna yang senada.

Ketukan pintu mengalihkan atensi Elio. Anak itu menoleh pada pintu besar lalu berkata "Masuklah, Paman." Elio tahu siapa yang mengetuk pintunya sepagi ini.

"Tuan muda, anda sudah ditunggu oleh Tuan besar dan yang lainnya untuk sarapan bersama. Mari, Tuan." Ucap pria paruh baya dengan lembut. Dia Alex, seseorang yang ditugaskan khusus untuk menjaga Elio.

"Iya, Paman." Elio menghentikan kegiatan mengaca dan berjalan mendahului Alex.

"Selamat pagi semua.." Elio menyapa dengan gembira disertai senyuman manis yang membuat kedua mata itu tertutup seperti bulan sabit. Ia segera menempati tempat duduknya yang memang khusus untuk dirinya, tepat bersebalahan dengan seorang pria gagah.

"Selamat pagi, sayang. Mommy ambilkan, ya?" Suara lembut itu menyapa gendang telinga Elio. Elio mengangguk dengan semangat sampai sampai rambut hitamnya itu bergerak lucu. Semua yang ada dimeja makan itu melihat Elio dengan gemas.

•••

Acara sarapan bersama telah usai. Kini terlihat seorang anak laki-laki tengah berusaha membujuk seorang wanita yang lebih tua darinya. "Mommy, El mau ikut Kakak. Boleh, ya?" Elio berucap dengan sangat memohon berharap ia diperbolehkan oleh Elaena.

"Jangan, ya, sayang? Kakak kan mau kerja." Elaena membalas dengan sangat lembut. Ia mengelus rambut halus milik Elio. Sudah sejak lima belas menit yang lalu Elio bersikeras untuk ikut dengan sang Kakak pertama pergi bekerja.

"Cuman sebentar Mom-" ucapan Elio terhenti kala suara lain yang lebih berat itu memotongnya.

"Elio Weasley Louvent, mulai membantah." Dingin dan menyeramkan. Seorang pria dengan tinggi badan sekitar seratus delapan puluh lebih itu mendekat kearah Elio yang sudah menunduk takut. Suasana yang mencengkram membuat siapa saja yang berada di sana ingin mati. "Masuk kamar."

"Maaf, Daddy." Suara lirih dan sedikit gemetar itu menjawab dengan posisi masih menunduk. Drake, pelaku atas kejadian itu semua.

Drake mulai menajamkan matanya kearah Elio yang masih menunduk takut. Ia tak suka atas perilaku Elio yang membantah. "Masuk kamar, Elio."

"Nggak mau, Dad. Maafin El." Elio memberanikan diri untuk menatap Drake. Ia meremas pakaian yang ia gunakan kala mata itu bertubrukan dengan mata elang didepannya.

"Hm?" Drake menjawab dengan deheman (gmn si cara ngetiknya?) lalu menarik kasar tangan Elio yang lebih kecil daripada miliknya. Ia berjalan menuju kamar tanpa meragukan Elio yang kesusahan karena tidak bisa menyesuaikan langkahnya.

Sebuah tangan lentik dihiasi oleh cincin emas dan gelang emas itu menyilang. Memperhatikan kearah tangga dimana seorang anak laki-laki kecil yang sedang diseret paksa oleh laki-laki lainnya yang lebih besar. Elaena tersenyum, seakan setuju dengan perbuatan Drake. Ia sangat tidak jika bungsunya mulai nakal.

•••

Suara keras terdengar dari arah pintu. "Ssh.." Ringisan itu terdengar pilu. Elio terjerumus ke lantai dingin. Elio meringis kembali saat Drake menarik surai hitamnya dengan kuat.

"Sebutkan kesalahan mu, Elio!" Suara dingin Drake menggema didalam ruangan itu. Mata elangnya terus menajam kearah Elio yang sedari tadi kesakitan.

"M-membantah.." Elio berucap dengan gemetar. Sungguh, ini sangat menyakitkan. Mata indah milik Elio terus menerus mengeluarkan air, bibirnya bergetar hebat, dan tangan kecil itu berusaha menghentikan aktivitas Drake.

Drake melepas tangannya, ia merobek pakaian Elio dengan mudah, lalu melepas ikat pinggang yang ia gunakan.

CTAS

Elio menangis menahan sakit yang menjalar di punggungnya. Ia takut jika Drake sedang mode marah.

CTAS

Suara itu kembali datang untuk kedua kalinya. Elio menghela napas lega kala Drake sudah menghentikan kegiatannya. Punggung yang dulunya putih mulus itu kini tergantikan dengan punggung putih yang penuh luka dan darah.

Drake tersenyum. Ia melihat Elio yang sudah tak ada tenaga. Ia berjalan kearah pintu besar yang ada di sana lalu berbicara dengan seseorang.

Drake kembali kearah Elio. Tubuh kekar itu dengan mudah menggendong tubuh Elio yang jelas lebih kecil. Drake menidurkan Elio dengan pelan, ia menempati pinggir kasur, tangan besar dan berurat itu mengelus wajah putih dengan hiasan keringat didepannya. Drake mengulas senyum.

•••

Elio terbangun, jam menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Mata indah itu terbuka sempurna. Dahinya mengernyit heran, kemana rasa sakit yang ia terima tadi pagi? Lamunan itu buyar ketika Elaena membuka pintu kamarnya.

"Sudah bangun, sayang?" Tutur Elaena disertai senyum hangat. Ia mendekat kearah kasur King size dan mengecup pipi Elio singkat. Tidak ada pergerakan yang ditunjukkan oleh Elio. Bocah itu terdiam, ia sedikit kecewa kala mengingat Elaena tidak membelanya sedikitpun tadi pagi.

"Enak dihukum Daddy, hm?" Nada bicara Elaena berubah, ia tersenyum smirk. Dengan cepat Elio menatap Elaena dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa Mommy nggak bela El?" Tes, Elio menangis saat itu juga. Entah kenapa ia tidak suka jika Mommy-nya tidak membelanya, ia rasa sang Mommy sudah tidak sayang lagi kepadanya.

"Karena kamu nakal, sayang. Mommy nggak suka anak nakal. Paham?" Elaena berkata dengan tegas, ia menatap manik cokelat didepannya dengan sangat tajam.

Elio hanya diam, ia mencerna perkataan sang Mommy. Elaena yang melihat Elio hanya diam pun memeluk anak itu dengan erat. "Jangan nakal." Bisik Elaena mutlak.

•••

to be continued.
Sabtu, 15 Juni 2024.

Golden Cage [slow up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang