Two

568 30 5
                                    

2. Elio dan Hujan

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, kini Elio serta kedua orangtuanya sudah berbaikan. Ia sudah bisa memahami mengapa Elaena sangatlah marah saat Elio bertindak seperti kemarin. Tetapi, hukuman yang Elio terima tidak hanya dipukul oleh Drake. Namun ia juga diinterogasi berjam-jam lamanya oleh ketiga kakaknya.

Elio keluar dari kamar mandi, ia sempat berendam air hangat selama dua belas menit. Tentu tidak lebih. Ia memandang keluar jendela, lalu berjalan dengan rambut yang masih basah. Oh! Tunggu! Tentu saja Elio sudah memakai pakaian.

Elio duduk di sofa yang memang sudah tersedia di sana. Ia memandang hutan dengan pohon pohon tinggi disertai dengan hujan deras. Suara yang dihasilkan dari ribuan hujan yang turun mampu membuat Elio tenang. Ketenangan seperti inilah yang Elio inginkan.

Namun ketenangan itu tidak bersamanya dengan lama. Elio berdecak karena seseorang yang mengganggunya. Ia berbalik, terkejut, dan kesal. Seorang pemuda lelaki dengan tinggi badan hampir sama dengan Drake namun lebih tinggi dan setelan jas hitam itu mendekat kearah bocah yang menatapnya kesal.

"Kenapa kesini, sih? El lagi mau sendiri!" Elio berucap mantap, tidak sadarkah anak itu telah membangunkan singa yang sedang tidur?

Lorenzo menatap manik cokelat Elio dengan tajam. "Hm? Sudah berani meninggikan suaramu kepada kakak?"

"Enggak, maafin Elio, kak." Ucap Elio dengan menunduk. Ia merutuki dirinya sendiri yang bodoh karena berkata demikian kepada sang sulung keluarga Louvent.

Lorenzo terkekeh, sedetik kemudian tubuh mungil Elio sudah berada di gendongannya. "Jangan diulangi."

•••

Kini keluarga kecil dengan kepala keluarga Drake Grey Louvent sedang berada diruang keluarga. Bercengkerama, bercanda ria, dan meminum teh hangat. Tidak disangka seorang Drake dan ketiga anaknya yang terkenal sangat dingin juga kejam bisa hangat kala bersama keluarga. Menurut Drake tidak ada yang lebih berharga daripada keluarga, terutama Elio.

Orang-orang dewasa itu berbicara dengan bahasa yang menurut Elio susah untuk dipahami. Mereka membicarakan tentang perusahaan dan pekerjaan. Elio menghela napas, ia bosan sekali. Tanpa sengaja anak itu melihat kearah jendela, hujan belum pergi, dan itu berhasil membuat Elio ingin bersamanya. Ia memutar otaknya bagaimana bisa mendapatkan izin untuk bermain hujan.

Sebuah bola mata membulat, mulutnya menganga seakan baru saja mengingat sesuatu yang penting. "OH IYA! ADA PR!" Suara itu keluar begitu saja tanpa ada aba aba yang membuat semua orang yang ada di sana sedikit terkejut. Tetapi tidak dengan Elio. Anak itu kini sudah memegangi dadanya dengan napas ngos-ngosan.

Pemuda yang melakukan hal demikian berlari kencang menuju lantai atas untuk pergi ke kamar.

"Sopan lah, bodoh." Lorenzo mencemooh adik keduanya, lebih tepatnya kakak ketiga Elio. Orang yang baru saja Lorenzo katakan bodoh adalah Nathan George Louvent. Masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas tiga. Nathan adalah orang yang sangat dingin jika tidak bersama sang adik, memiliki badan kekar sama seperti Drake dan kedua kakaknya, rambut hitam mengkilat, mata elang yang tajam, rahang tegas, dan bibir tebal. Jangan lupakan sifatnya yang keras kepala. (anggap aja drake, lorenzo, sm tokoh cwo lainnya punya ciri khas yang sama ya)

Sekarang hanya ada lima orang yang ada di sana. Drake yang sedang menerima panggilan telepon, Elaena yang sedang bertanya-tanya kepada Joel tentang kuliahnya, Lorenzo yang sedang memperhatikan benda segi empat ditangannya, dan terakhir Elio yang asik memakan cemilan.

"Ren, ikut Daddy ke kantor." Drake mengajukan ajakan untuk Lorenzo. Ia baru saja menerima permintaan dari ayahnya sendiri untuk menemui klien tepat sekarang juga. Lorenzo mengangguk, ia bangkit dari sofa lalu menjabat tangan Elaena, tak lupa ia mengecup singkat jidat Elio.

"Hati-hati, sayang..." Elaena tersenyum hangat, ia juga sempat bersalaman dengan Drake. Ah, mereka selalu saja sibuk.

•••

Elio terus saja tersenyum, ia mulai menemukan jalan keluar untuk mandi hujan. Saat ini yang ia fokuskan adalah Joel, kakak keduanya itu sedang membaca buku. Elaena sendiri ia sedang berada di dapur entah apa yang ia lakukan.

Elio melihat pintu besar itu terbuka kala seorang bodyguard keluar dari mansion dengan menenteng tas yang besar. Dengan segera Elio berlari tanpa suara dan keluar bersamaan dengan bodyguard tadi. Ia memposisikan diri disamping tas besar itu yang mampu membuat tubuh Elio terhalang oleh pandangan bodyguard lain.

Saat bodyguard yang membawa tas besar itu akan masuk kedalam mobil, Elio dengan cepat berlari ke pohon besar yang ada di sana. Dikarenakan kondisi yang sedang hujan, maka tak ada bodyguard yang berjaga diluar mansion kecuali satpam yang mempunyai kantor pos.

Mobil hitam itu berlalu, Elio tak percaya jika rencananya berhasil.

Senyuman manis dari Elio tak hilang-hilang, tubuhnya yang akhirnya bisa bersentuhan dengan ribuan hujan, Elio merasa hidup kembali.

Ia tak memikirkan konsekuensi yang akan didapatkan, untuk saat ini yang paling penting adalah bahagia bersama hujan. Elio harap hujan dapat memeluknya tanpa duri yang akan membuat Elio sakit nantinya.

•••

to be continued.
Jumat, 21 Juni 2024.

Golden Cage [slow up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang