{lebih baik pergi}

646 64 11
                                    

𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐚 ⭐⭐⭐
𝐅𝐨𝐥𝐨𝐰 𝐣𝐮𝐠𝐚𝐚 𝐲𝐚𝐚 𝐛𝐢𝐚𝐫 𝐠𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝟐 𝐧𝐲𝐚❦

༶•┈┈⛧┈♛ 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙜𝙖 𝙨𝙪𝙠𝙖 𝙨𝙠𝙞𝙥 ♛┈⛧┈┈•༶


👨‍💻ՏᗴᒪᗩᗰᗩT ᗰᗴᗰᗷᗩᑕᗩ 👩‍💻




Kenzo tiba di markas dengan ekspresi kusut. Ia duduk di sofa tanpa mengatakan sepatah kata pun, wajahnya seperti baju yang belum disetrika.

"Kenapa lo, Zo? Datang-datang muka lo kusut banget," goda El sambil meneguk minumannya.

"Iya, biasanya lo ke sini bareng Galen sama Rafa. Kok tumben sendirian?" tanya Zero, penasaran.

Kenzo menghela napas panjang. "Udah, nggak usah bahas mereka. Gue lagi kesal."

"Berantem, ya, sama Galen sama Rafa?" Dion menyipitkan matanya, berusaha membaca ekspresi Kenzo.

Kenzo mendengus. "Bukan. Daddy gue baru aja angkat anak."

"Hah? Terus apa hubungannya sama Galen sama Rafa?" Dion makin bingung.

Kenzo menggerutu. "Galen sama Rafa senang banget sama kehadiran dia. Gue yang nggak suka."

Zero mengerutkan kening. "Lah, kenapa lo nggak suka? Anak itu ngerebut sesuatu dari lo?"

"Dia anak jalanan," ucap Kenzo sinis.

El menatap Kenzo serius. "Terus kenapa kalau dia anak jalanan? Salahnya di mana?"

Kenzo melipat tangan. "Gue nggak suka. Nanti gimana kalau dia cuma mau manfaatin keluarga gue?"

El menggeleng. "Zo, nggak semua anak jalanan kayak gitu. Lo jangan overthinking."

Dion mengangguk setuju. "Iya, hidup di jalan itu berat. Lo nggak bisa nge-judge begitu aja."

Zero tiba-tiba menunduk, suaranya melembut. "Zo, gue pernah jadi anak jalanan sebelum diadopsi orang tua gue. Cari makan susah, tempat tinggal nggak tetap. Gue bersyukur banget bisa diangkat jadi anak, nggak perlu lagi ngerasain lapar tiap hari."

Kenzo terdiam sejenak, tapi wajahnya masih keras. "Tetap aja, gue nggak suka. Gue harus singkirin dia."

El mendesah kecewa. "Ya udah, terserah lo, Zo. Yang penting, kita udah kasih tahu."

Zero menatap Kenzo dengan tatapan lembut. "Pikirin baik-baik, Zo. Kadang lo perlu lihat dari sudut pandang lain."




Sementara itu, di masion, suasana jauh lebih hangat. Afan masih terlelap di tempat tidurnya, hingga suara lembut Felix membangunkannya.

"Baby, bangun yuk," panggil Felix sambil mengusap kepala Afan.

"Euh... sebentar lagi, Dad. Afan masih ngantuk," gumam Afan, memeluk bantalnya erat.

Felix tersenyum. "Ayok dong, bangun. Bibi masak ayam, lho. Kalau Baby lama, nanti dihabisin Abang Galen sama Rafa."

Mata Afan langsung terbuka. "Hah? Ayam? Mana ayamnya, Daddy? Afan mau!" serunya sambil bangun dengan semangat.

Felix terkekeh. "Ada, tapi kita mandi dulu ya. Baru deh makan ayamnya."

Afan melompat dari tempat tidur. "Ya udah, Daddy! Ayo mandi cepat, nanti diambil Abang!"

Setelah mandi, Felix menggendong Afan ala koala. "Nah, sekarang anak Daddy sudah wangi. Kita ke bawah yuk."

"Iya, cepat, Daddy! Ayam Afan nanti diambil abang!" kata Afan dengan nada cemas yang menggemaskan.

 baby afan 👦 (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang